Perdebatan adalah hal yang wajar dilakukan ketika seseorang bersosialisasi atau bergaul dengan orang lain. Saat berdebat, akan ada argumen yang dikeluarkan masing-masing pihak untuk memperkuat opini mereka sehingga lawan bicara memahami inti dari perkataan atau pernyataan yang diungkapkannya.
Memenangkan perdebatan mungkin menjadi kebanggaan tersendiri bagi sebagian orang. Apalagi jika ia mampu mengubah sudut pandang lawan bicara yang awalnya bertentangan dengan preferensinya. Sayangnya, ada kalanya manusia mengalami logical fallacy (kesesatan berpikir) sehingga tanpa sadar mengatakan hal-hal yang bersifat personal ketimbang argumentatif.
Secara sederhana, logical fallacy adalah sesat pikir yang terjadi ketika seseorang menganggap pilihannya sebagai pilihan yang paling benar sehingga dalam kondisi yang salah pun ia akan tetap membenarkan pilihan tersebut. Uniknya, logical fallacy tidak hanya bisa terjadi di dunia sosial, tapi juga dalam berinvestasi.
Baca juga: Right Issue adalah: Pengertian, Nilai dan Periode, serta Keuntungannya
Logical Fallacy dalam Berinvestasi
Secara etimologis, logical fallacy berasal dari kata fallacia yang artinya 'menipu'. Singkatnya, istilah tersebut mengacu pada kesalahan berpikir atas suatu hal dengan mengungkapkan suatu pendapat yang diyakini kebenarannya, padahal terdapat kesalahan penalaran yang justru berpotensi melemahkan pernyataan pihak lainnya.
Logical fallacy adalah kondisi yang umum terjadi di lingkungan sosial, baik dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja. Banyak orang menggunakan strategi ini untuk memengaruhi orang lain yang memiliki penalaran terbatas, bahkan dirinya sendiri.
Sesat pikir seperti ini tentu berpengaruh terhadap banyak hal. Mulai dari kesalahan penalaran, respons yang tidak tepat, sampai pengambilan keputusan yang juga tidak tepat. Padahal, sebelum mengambil keputusan, tiap orang seyogianya mampu melakukan analisis secara menyeluruh dan mendalam agar tidak terjadi kesesatan dalam berpikir.
Untuk mengenalinya, terdapat tiga karakteristik yang menunjukkan adanya logical fallacy, yaitu terdapat kesalahan dalam logika berpikir, argumentasi, dan kesan untuk menipu orang lain atau bahkan diri sendiri.
Dalam dunia investasi, logical fallacy adalah salah satu faktor yang sering kali digunakan dengan cara memutarbalikkan fakta, membohongi publik, melakukan pembunuhan karakter, dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan tentu dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan.
Baca juga: AUM (Asset Under Management) adalah: Pengertian dan Fungsinya
7 Contoh Logical Fallacy yang Biasa Terjadi dalam Berinvestasi
Ada beberapa jenis logical fallacy yang sering terjadi dalam dunia investasi, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Personal Incredulity
Sesat pikir yang biasa terjadi dalam dunia investasi ini ditunjukkan ketika seseorang menganggap hal yang rumit atau sulit dipahami sebagai sesuatu yang salah. Hal ini adalah jenis logical fallacy yang paling sering ditemui dalam lingkungan masyarakat awam yang belum melek finansial.
Misalnya, orang-orang yang menganggap bahwa investasi adalah kegiatan yang sia-sia karena tidak memberikan keuntungan apa pun dan malah mempersulit keadaan. Anggapan ini biasanya muncul dari orang-orang yang menganggap investasi sebagai sesuatu yang rumit dan sulit dipahami.
2. Straw Man
Jenis logical fallacy dalam berinvestasi lainnya adalah Straw Man, yaitu sifat yang bertendensi untuk memutarbalikkan argumen atau fakta menjadi sesuatu yang masuk akal.
Dalam dunia investasi, sesat pikir jenis ini biasanya muncul ketika seseorang mengajak orang lain untuk berinvestasi tanpa modal sehingga bisa memperoleh keuntungan yang besar dalam jangka waktu yang relatif singkat. Iming-iming tersebut dilakukan supaya orang tersebut tertarik untuk berinvestasi di instrumen tersebut.
3. Hasty Generalisation
Jenis sesat pikir yang satu ini biasa terjadi saat seseorang hanya menggunakan data yang terbatas untuk menganalisis sesuatu dalam berbagai kriteria. Logical fallacy ini biasa ditemukan pada investor pemula yang baru mengetahui sedikit analisis teknikal, namun sudah merasa bisa menganalisis banyak elemen aset sebelum melakukan pengambilan keputusan.
Misalnya, seorang investor pemula tertarik untuk bermain saham setelah melihat influencer mendapat keuntungan yang banyak dengan cara berinvestasi di suatu instrumen.
Baca juga: Value Investing adalah: Pengertian, Nilai Intrinsik, dan Langkah-langkahnya
4. Ad Ignorantiam
Sesat pikir selanjutnya adalah Ad Ignorantiam, yaitu kesalahan berpikir secara logis yang biasa terjadi ketika seseorang mencoba untuk berinvestasi dalam saham gorengan. Ad Ignorantiam sendiri berarti 'tidak peduli'.
Oleh karena itu, sesat pikir tersebut biasanya terjadi karena ego diri sendiri. Misalnya, seseorang ingin membeli suatu saham yang menurut kebanyakan investor adalah saham yang tidak bagus.
Namun, ia tetap membelinya dengan harapan saham tersebut akan mengalami kenaikan harga sehingga ia akan mendapatkan keuntungan berlimpah. Sesat pikir ini biasanya terjadi karena seseorang tidak melakukan analisis terlebih dulu sebelum mengambil keputusan.
5. False Dichotomy
Jenis logical fallacy ini biasa terjadi kepada kaum perempuan atau ibu-ibu yang hobi berinvestasi emas. Seperti yang kita tahu, para ibu di Indonesia menganggap emas sebagai aset investasi yang paling masuk akal bagi mereka.
Rata-rata orang memilih investasi emas karena anggapan bahwa jenis investasi lainnya memiliki risiko yang cenderung tinggi. Padahal, ada berbagai jenis investasi yang tingkat risikonya setara dengan risiko investasi emas.
6. Genetic
Banyak orang yang mengalami sesat pikir yang satu ini hanya karena menganggap pendapat kebanyakan orang sebagai suatu kebenaran. Padahal, informasi atau anjuran yang diberikan suatu komunitas mayoritas belum tentu benar dan sesuai dengan kebutuhan tiap orang.
Salah satu contoh logical fallacy jenis ini adalah ketika seseorang memutuskan untuk berinvestasi hanya karena rekomendasi yang diberikan oleh grup berbayar, influencer keuangan, atau pendapat netizen di media sosial.
7. Slippery Slope
Kamu yang terjun di dunia trading mungkin sudah memahami bahwa penting bagi trader untuk memiliki strategi trading dan psikologis yang tepat. rata-rata trader yang membeli saham hanya berdasarkan pola psikologis suatu bandar atau terjebak dalam FOMO sering kali mengalami sesat pikir yang satu ini.
Misalnya, saham ABCD mengalami ARA karena adanya pembelian besar-besaran oleh sekuritas X. Lalu, ketika sekuritas X membeli saham BCDE, banyak investor yang kemudian membeli saham BCDE dengan harapan bisa ARA seperti saham ABCD.
Baca juga: CAGR adalah: Rumus, Pengertian, Jenis, & Kelebihannya
Agar terhindar dari sesat pikir dalam berinvestasi, kamu perlu melakukan banyak latihan, mempelajari banyak istilah, dan tentu saja melakukan praktik investasi sesuai dengan aturan logika yang valid.
Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk menghindari logical fallacy dalam berinvestasi:
- Introspeksi diri dan mempelajari berbagai logical fallacy adalah hal yang perlu dilakukan dalam dunia investasi.
- Melakukan analisis dan mencatatnya sebelum mengambil keputusan dalam melakukan pembelian atau penjualan aset.
- Mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya berdasarkan sumber terpecaya sebelum melakukan analisis.
Itulah penjelasan tentang logical fallacy yang biasa terjadi dalam berinvestasi. Apakah kamu pernah mengalaminya?
Nah, selain memperkaya pengetahuan kamu tentang investasi, ada baiknya jika kamu juga langsung mempraktikkan investasi. Misalnya, dengan berinvestasi reksa dana mulai dari Rp10 ribu saja melalui aplikasi BMoney yang bisa diunduh di Play Store atau App Store.