Jadi Indikator Penting Investasi Reksadana, Ini Pengertian AUM dan Fungsinya

Uji Agung Santosa

23 Februari 2023

Pengertian AUM dalam investasi reksadana (123rf.com)
Pengertian AUM dalam investasi reksadana (123rf.com)

AUM adalah indikator penting yang perlu dipertimbangkan investor saat memilih suatu produk reksa dana. Bukan hanya membantu menentukan baik tidak dan berhasil atau tidaknya suatu produk reksa dana, AUM juga berperan penting dalam memutuskan kredibilitas manajer investasi atau lembaga keuangan.

Lantas, apa itu AUM? Bagaimana perannya bagi investor atau perusahaan dan seperti apa menentukan total AUM reksa dana yang ideal? Yuk, simak penjelasan berikut ini.

Pengertian AUM

Pengertian AUM.
Pengertian AUM.

AUM atau Asset Under Management adalah total jumlah dana kelolaan manajer investasi di sebuah produk reksa dana. Dalam AUM juga dikenal istilah total AUM. Total AUM adalah keseluruhan dana yang dikelola reksa dana, berupa total nilai pasar (fair value) atas aset yang ditangani oleh manajer investasi atau lembaga keuangan. Komponen aset yang dimaksud bisa berupa tabungan di bank, total portofolio investasi, hingga uang tunai.

Formula perhitungan AUM di tiap perusahaan bisa berbeda-beda. Namun, umumnya, semakin tinggi total AUM, semakin tinggi pula kepercayaan investor terhadap suatu produk reksa dana dan manajer investasi yang mengelolanya.

Dalam dunia investasi, nilai AUM menjadi penting karena mengacu pada kinerja manajer investasi dan manajemen perusahaan yang baik, sekaligus menunjukkan berapa banyak individu dan perusahaan yang telah mempercayakan berinvestasi pada suatu reksa dana.

AUM juga bisa dijadikan alat pertimbangan dan pemantau bagi investor untuk mengetahui nominal investasi, strategi investasi, dan kestabilan pertumbuhan suatu investasi. Pemantauan tersebut nantinya berguna dalam membuat strategi pemasaran untuk menarik minat investor, pun untuk  menghitung biaya manajemen yang dibebankan pada klien.

Baca juga: AUM (Asset Under Management) adalah: Pengertian dan Fungsinya

Cara Menghitung AUM Reksa Dana

Cara Menghitung AUM Reksadana
Cara Menghitung AUM Reksadana

Cara menghitung AUM tidak sulit. Kamu tinggal menghitung seluruh jumlah diversifikasi aset investasi dari suatu lembaga keuangan.

Contohnya, suatu perusahaan memiliki portofolio reksa dana meliputi saham dan obligasi terdiversifikasi senilai Rp25 juta, lalu Rp10 juta korporasi,  obligasi pemerintah senilai Rp20 juta, dan Rp15 juta tunai. Setelah dijumlah seluruhnya, maka total AUM reksadana adalah senilai Rp70 juta.

Nah, karena uang tunai kerap dinilai tidak terlalu memberikan return tinggi bagi investor, maka sah-sah saja jika uang tunai sengaja tidak dimasukkan oleh manajer investasi ke dalam perhitungan. Berdasarkan contoh tadi, berarti total AUM reksa dana menjadi hanya senilai Rp55 juta.

Baca juga: Pengertian Manajer Investasi dan Tips Memilih yang Terbaik

Jumlah Asset Under Management (AUM) yang Ideal

Jumlah AUM yang ideal
Jumlah AUM yang ideal

Nominal AUM suatu perusahaan bisa berbeda-beda, bergantung pada sejumlah faktor yang memengaruhinya. Beberapa faktor tersebut di antaranya adalah akibat penambahan investor atau aset baru, terjadinya penurunan harga pasar, nilai pasar sekuritas yang meningkat, dan banyak lagi. 

Meski begitu, ada batasan ideal yang bisa dijadikan patokan kinerja AUM. Nilai total AUM yang ideal untuk dikelola oleh suatu lembaga keuangan tertera dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No.23/POJK.04/2016 tentang Reksa Dana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif.

Berdasarkan peraturan tersebut, batasan minimal AUM reksadana yang ideal telah ditetapkan sebesar Rp10 miliar dan hanya dibatasi minimal 10 jenis efek. Sementara itu, batasan maksimal kepemilikan efek telah ditetapkan sebesar 10 persen dari total AUM.

Lalu, untuk jenis reksa dana terbuka seperti reksa dana saham, reksa dana campuran, reksa dana pasar uang, dan reksa dana pendapatan tetap (fixed income) memiliki periode selama 90 hari berturut-turut, sedangkan untuk jenis reksa dana dengan penjaminan, reksa dana indeks, dan reksa dana terproteksi memiliki periode selama 4 bulan atau 120 hari berturut-turut.

Kendati demikian, bukan berarti agar terhindar dari risiko likuiditas investor harus selalu memilih reksa dana dengan AUM di kisaran Rp10 miliar. Sebaliknya, meski nilai AUM yang semakin besar bisa menunjukkan kredibilitas dan kinerja yang bagus, nyatanya anggapan tersebut juga tidak sepenuhnya tepat. 

Baca juga: Investasi Reksadana, Definisi, Fungsi, dan Jenisnya

Penyebab Jumlah AUM Reksa Dana yang Besar Tidak Ideal

Ada alasan mengapa besarnya nilai AUM tidak melulu menjamin kinerja reksa dana yang bagus. Ini karena nilai total AUM yang besar bisa tidak aman apabila tidak mempertimbangkan setidaknya dua hal. Yakni kinerja indeks acuan dan strategi manuver dalam reksa dana. Berikut penjelasannya.

1. Strategi manuver dalam reksa dana

Dana kelolaan yang sangat besar justru bisa menyulitkan manuver reksa dana maupun pengelolaan. Di antaranya karena kesulitan mengubah strategi, kesulitan menyasar jenis efek tertentu seperti saham atau obligasi, menukar portofolio efek di dalamnya, hingga beralih bobot indeks tertentu.

Misalnya, batasan minimal untuk satu reksadana adalah 10 jenis efek berbeda karena batas maksimal kepemilikan efeknya sebesar 10 persen dari total AUM reksa dana. Nah, jika diperlukan portofolio investasi yang cepat pada reksa dana dengan jumlah besar senilai Rp10 miliar, alhasil 10 persen portofolionya mesti ditukar sebesar Rp1 miliar.

Artinya, jika terjadi transaksi beli pada saham atau obligasi sebesar Rp1 miliar oleh suatu pihak dalam sehari, akibatnya harga nilai pasar untuk satu saham unggulan bakal naik signifikan.Sebaliknya, jika terjadi transaksi jual, harga saham bakal turun drastis.

Belum selesai di situ, efek jangka panjang yang terjadi adalah penukaran jual beli saham oleh manajer investasi nantinya bakal dilakukan bertahap dan bahkan memakan waktu lama ketimbang total nilai reksa dana dengan AUM yang lebih kecil.

2. kinerja indeks acuan

Dana kelolaan yang sangat besar menandakan kinerja suatu reksa dana memiliki kemiripan dengan indeks acuan utama. Padahal kinerja reksa dana  semestinya berada di atas indeks acuan saham-saham blue chips. Akibatnya, bobot reksa dana yang terlalu besar di saham yang bukan blue chips akan membuat kinerja reksa dana itu tertinggal jauh terutama ketika pasar sedang positif. 

Dengan kata lain, nominal yang terlalu tinggi ini akan berdampak buruk pada nilai pasar karena total dananya bakal lebih sulit dialokasikan tepat waktu. Itulah mengapa reksa dana dengan jumlah besar bakal menjadi acuan yang arah pasarnya mengikuti atau diikuti.

Baca juga: Apa Itu Investasi Saham? Keuntungan, Risiko, dan Cara Membelinya

Pertimbangan Sebelum Berinvestasi Reksa Dana

Sejumlah pertimbangan sebelum beli reksadana.
Sejumlah pertimbangan sebelum beli reksadana.

Melihat contoh-contoh di atas, alangkah penting untuk tidak semata menjadikan nilai AUM yang tinggi sebagai patokan popularitas dan keuntungan. Bagaimanapun seorang investor harus tetap memantau, mengontrol, sekaligus mengevaluasi pertumbuhan investasinya. Lantas, apa saja yang perlu menjadi pertimbangan sebelum berinvestasi reksa dana?

  • Pilih reksa dana yang usianya sudah melebihi 5 tahun agar tahan banting terhadap fluktuasi.
  • Cermati rasio keuntungan (return) dan risikonya, lalu pilih yang paling sesuai denganmu.
  • Pertimbangkan berapa jumlah dana yang akan kamu gelontorkan untuk mengelola dana investasi, lalu sesuaikan dengan budget keuanganmu.

Nah, sekarang kamu sudah paham kan maksud dari AUM adalah indikator penting untuk reksa dana? Oleh sebab itu, alangkah lebih aman jika kamu melakukan investasi reksa dana di perusahaan yang telah terdaftar dan mendapat izin dari OJK untuk mengelola investasi. 

Salah satu rekomendasi yaitu menggunakan aplikasi BMoney yang bisa diakses lewat smartphone dan telah dipercaya banyak investor untuk menanamkan aset dalam bentuk reksa dana. 

 

Artikel menarik lainnya

reksadana_hero_image

Selalu update bareng komunitas investor BMoney!