Meski telinga kita sering mendengar istilah saham, namun banyak orang yang belum familiar dengan investasi saham. Padahal, hingga saat ini, saham dapat dikatakan merupakan salah satu instrumen investasi yang ramai peminat. Salah satu alasannya apalagi kalau bukan potensi cuan dari saham yang menggiurkan. Untuk itulah kamu perlu belajar investasi saham di sini!
Perlu dicatat, investasi saham tidak hanya membicarakan keuntungan yang besar saja berbedan dengan investasi reksadana karena di balik potensi cuan yang menggiurkan tadi, ada pula risiko yang mengintai.
Kamu tertarik untuk ikutan investasi saham? Jika ya, sebaiknya kamu belajar investasi saham terlebih dulu. Mempelajari transaksi jual beli saham dengan tepat bisa memberikan keuntungan maksimal bagi seorang investor loh.
Mengenal Saham
Belajar investasi saham bisa dimulai dengan memahami pengertian saham. Menurut Bursa Efek Indonesia (BEI), saham merupakan tanda penyertaan modal dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
Orang yang menanamkan modal di sebuah perusahaan disebut pemegang saham dan memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, aset perusahaan, dan berhak mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Dari pengertian tadi, kamu akan disebut sebagai pemegang saham jika membeli saham sebuah perusahaan. Semakin besar saham yang kamu miliki, semakin besar pula kekuasaan seseorang di perusahaan tersebut.
Baca juga: Mengenal Reksadana Saham dan Risiko-risikonya
Waktu yang Tepat Membeli dan Menjual Saham
Setelah mengetahui penjelasan singkat tentang saham, mari kita belajar investasi saham dimulai dari pengetahuan dasar. Yakni kapan harus membeli dan menjual suatu saham. Penasaran? Simak penjelasan berikut ini:
Waktu yang Tepat Membeli Saham
Jika ingin membeli saham, kamu memang harus memastikan waktu yang tepat. Bagaimana caranya? Mudah sekali. Yaitu dengan melihat dari analisis fundamental dan analisis teknikal.
1. Analisis fundamental
Analisis fundamental mengacu pada analisa melalui pendekatan kondisi ekonomi, politik, atau tren perkembangan usaha yang ada. Analisis ini bisa dilihat dari laporan keuangan sebuah perusahaan.
2. Analisis teknikal
Sedangkan analisis teknikal merupakan analisa saham berdasarkan pergerakan saham terkait pada suatu rentang waktu. Analisis ini termasuk analisa tentang harga, fluktuasi saham, dan informasi mengenai titik tertinggi dan terendah suatu saham
Baca juga: 15 Pertanyaan tentang Investasi yang Paling Sering Muncul dan Jawabannya
Strategi Membeli Saham
Ada tiga strategi dalam membeli saham, yaitu:
1. Buy On Weakness, yaitu membeli ketika harga saham sudah turun ke level tertentu yang aman untuk dibeli.
2. Buy If/On Breakout, yaitu membeli ketika harga saham berhasil menembus level tertentu atau naik menembus resistance (level tertingginya).
3. Buy on Retracement, yaitu membeli saham setelah terjadi breakout atau harga bawah. Saham yang berhasil breakout pada umumnya akan langsung mengalami kenaikan yang kencang.
Baca juga: Pengertian Manajer Investasi dan Tips Memilih yang Terbaik
Waktu yang Tepat Menjual Saham
Setelah memahami tentang kapan waktu yang tepat membeli saham, kamu juga harus mengetahui kapan waktu yang tepat untuk menjual saham.
Informasi saja, waktu yang tepat untuk menjual saham adalah ketika harganya tengah naik. Langkah inilah yang kemudian disebut profit taking.
Baca juga: Reksadana Pasar Uang, Pilihan Investasi Menguntungkan untuk Pemula
Strategi menjual saham
Waktu yang paling tepat untuk menjual saham adalah dengan melakukan strategi cut loss. Cut loss merupakan istilah yang digunakan ketika kamu menjual saham pada harga yang lebih rendah dari harga belinya, sehingga kamu mengalami kerugian (loss).
Kamu harus memahami, keberadaan cut loss bukan untuk merealisasikan kerugian melainkan untuk mencegah kerugian yang lebih besar lagi ketika harga saham yang kamu pegang terus menurun.
Keuntungan dan Risiko Investasi Saham
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, dalam belajar investasi saham, kamu harus mengetahui keuntungan dan risikonya.
Keuntungan Investasi Saham
Jika kamu ingin mendapatkan keuntungan yang besar, konsekuensinya yakni kamu juga terpapar pada risiko investasi yang tinggi.
Nah, bicara mengenai keuntungan, ada dua hal yang bisa didapatkan investor saat melakukan investasi dengan saham, yakni dividen dan capital gain.
- Dividen merupakan pembagian keuntungan yang berasal dari keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan.
- Capital gain merupakan keuntungan yang diberikan kepada investor yang berasal dari selisih antara harga beli dan harga jual saham.
Risiko Investasi Saham
Di sisi lain, kamu juga harus mempersiapkan diri untuk menghadapi risiko investasi. Dua jenis risiko yang sering terdengar antara lain capital loss dan risiko likuidasi.
- Capital loss merupakan suatu kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli.
- Risiko likuidasi merupakan suatu kondisi saat perusahaan dinyatakan bangkrut oleh pengadilan atau saat perusahaan tersebut dibubarkan.
Cara Membeli Saham
Belajar investasi saham belum lengkap jika tidak mengetahui caranya. Nah, kamu bisa membeli saham suatu emiten di pasar modal melalui dua cara:
1. Membeli di Pasar Perdana, yaitu pada saat saham ditawarkan pertama kalinya kepada masyarakat/investor (yang lazim disebut Penawaran Umum Saham Perdana atau IPO atau go public).
2. Membeli di Pasar Sekunder, yaitu membeli saham yang dimiliki investor lainnya melalui Perusahaan Efek (broker) yang menjadi Anggota Bursa (AB). Hanya Perusahaan Efek yang menjadi Anggota Bursa (AB) yang dapat melakukan jual-beli saham melalui sistem perdagangan di Bursa Efek Indonesia (Jakarta Automated Trading System/JATS).
Syarat Membeli Saham Melalui Perusahaan Efek
Kamu bisa membeli saham melalui Perusahaan Efek dengan cara membuka rekening pada Perusahaan Efek. Adapun persyaratan umumnya adalah sebagai berikut:
1. Mengisi formulir dan menyerahkan foto copy KTP yang berlaku.
2. Mengisi formulir yang telah disediakan oleh pihak Perusahaan Efek dan mengisi formulir Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Client Principle). Ketentuan tersebut termasuk menyampaikan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).
3. Membuka rekening di Bank sesuai ketentuan Perusahaan Efek bersangkutan dan menyimpan sejumlah uang sebagai deposit awal.
Masing-masing Perusahaan Efek (broker) memiliki ketentuan minimal uang deposit berbeda-beda. (rata-rata sekitar Rp. 5 Juta atau lebih)
4. Setelah disetujui, investor sudah siap bertransaksi.
Memilih Saham Blue Chip
Setelah mengetahui cara membeli saham, kini, saatnya kamu belajar investasi saham mengenai saham apa yang harus dipilih untuk dikoleksi. Saham yang banyak direkomendasikan adalah saham blue chip.
Saham blue chip merupakan saham-saham dari perusahaan besar yang kinerja dan labanya sudah stabil.
Mengapa disebut blue chip? Rupanya istilah ini diambil dari permainan poker, di mana chip atau keping koin berwarna biru memiliki nilai tertinggi dari keping koin warna merah dan putih.
Baca juga: 10 Fungsi Investasi dan Tips Berinvestasi yang Menguntungkan
Istilah ini kemudian diadopsi oleh mereka yang bekerja di dunia saham. Dan kini, blue chip mengacu pada saham-saham unggulan di dunia pasar modal. Di Indonesia, saham-saham blue chip dikenal dengan sebutan saham LQ45.
Ciri-ciri saham blue chip, antara lain:
- Memiliki nilai kapitalisasi besar di atas Rp 40 triliun
- Memiliki likuiditas baik
- Sudah terdaftar lama di Bursa Efek Indonesia minimal lima tahun
- Kinerja perusahaan sudah solid
- Konsisten membagikan dividen
- Menjadi pemimpin di sektor industrinya
- Ramai diperdagangkan
Daftar 45 Saham Blue Chip di BEI
Berikut adalah datar saham LQ45 berdasarkan data terkini di idx.co.id:
1. Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI)
2. Adaro Energy Tbk (ADRO)
3. AKR Corporindo Tbk (AKRA)
4. Aneka Tambang Tbk (ANTM)
5. Astra International Tbk (ASII)
6. Alam Sutera Realty Tbk (ASRI)
7. Bank Central Asia Tbk (BBCA)
8. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI)
9. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)
10. Bank Tabungan Indonesia (Persero) Tbk (BBTN)
11. Sentul City Tbk (BKSL)
12. Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)
13. Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE)
14. Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN)
15. Elnusa Tbk (ELSA)
16. XL Axiata Tbk (EXCL)
17. Gudang Garam Tbk (GGRM)
18. HM Sampoerna Tbk (HMSP)
19. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP)
20. Vale Indonesia Tbk (INCO)
21. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
22. Indika Energy Tbk (INDY)
23. Indah Kiat Pulp & Paper (INKP)
24. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)
25. Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)
26. Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR)
27. Kalbe Farma Tbk (KLBF)
28. Lippo Karawaci Tbk (LPKR)
29. Matahari Department Store Tbk (LPPF)
30. Medco Energi Internasional Tbk (MEDC)
31. Media Nusantara Citra Tbk (MNCN)
32. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS)
33. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA)
34. PP (Persero) Tbk (PTPP)
35. Surya Citra Media Tbk (SCMA)
36. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR)
37. Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL)
38. Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS)
39. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM)
40. Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA)
41. United Tractors Tbk (UNTR)
42. Unilever Indonesia Tbk (UNVR)
43. Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA)
44. Waskita Beton Precast Tbk (WSBP)
45. Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT)