Aksi penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) tidak hanya menarik perhatian para pelaku pasar modal, tapi juga publik. Apalagi kalau perusahaan yang akan melakukan IPO adalah perusahaan besar.
Pada tahap ini, ada proses book building yang biasa dilakukan dalam IPO. Pada tahap ini, dapat dilihat bagaimana minat investor pada saham yang ditawarkan. Secara umum, bookbuilding saham merupakan penawaran awal sebuah saham dari suatu perusahaan yang sedang go public.
Penawaran tersebut dianggap penting bagi calon investor karena mereka bisa memperoleh harga murah sebelum saham melantai di pasar bursa. Nah, kalau kamu mau berinvestasi saham, sebaiknya pelajari terlebih dahulu bagaimana cara book building saham IPO.
Pengertian Book Building
Book building merupakan istilah dalam electronic IPO (e-IPO) yang merujuk pada penawaran awal suatu saham dari sebuah emiten yang sedang go public. Momen ini menjadi peluang tersendiri bagi para calon investor untuk memperoleh saham perdana yang lebih murah sebelum masuk pasar saham.
Pada tahapan IPO book building, calon investor dapat melakukan pemesanan saham perdana dengan harga sesuai keinginan. Namun, harga tersebut tentu harus sesuai dengan rentang harga yang telah ditentukan sebelumnya. Minat investor terhadap saham IPO inilah yang menjadikan dasar penentuan harga penawaran perdana bagi emiten dan underwriter terkait.
Perusahaan yang akan go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan menawarkan sebagian kepemilikan sahamnya kepada publik. Misalnya, 20% dari total valuasi. Jadi, jika suatu perusahaan memiliki valuasi Rp4 triliun, maka kepemilikan saham sebesar Rp800 miliar akan ditawarkan kepada publik.
Tapi, apakah mungkin ada investor yang akan membeli saham dengan nilai tersebut? Ada saja pihak yang bisa membeli saham dengan nominal tersebut. Namun, tentu tidak semua investor mampu melakukannya sehingga emiten yang berencana IPO akan membagikan saham mereka ke dalam beberapa lembar atau lot saham untuk dijual ke publik.
Seorang calon investor yang mendapat jatah dalam bookbuilding saham berarti berhasil memiliki saham lebih dulu sebelum saham tersebut melantai di pasar bursa. Keuntungannya tentu saja terletak dari harga saham yang lebih murah.
Baca juga: Wajib Tahu, Ini Bedanya Investor Institusional dengan Investor Retail
Proses Book Building
Harga saham perdana biasanya berpengaruh terhadap antusiasme masyarakat saat book building. Jika minat masyarakat cukup tinggi pada masa book building, maka harga saham perdana yang ditawarkan akan tinggi. Sebaliknya, jika minat masyarakat terhadap saham tersebut cenderung rendah, maka harga saham perdananya juga rendah.
Cara bookbuilding saham IPO biasanya dilakukan selama 7 sampai 21 hari kerja. Pada tahap ini, calon investor harus memenuhi jumlah minimum order agar bisa memesan saham yang ditawarkan saat book building. Itulah sebabnya, calon investor harus menyiapkan dana yang cukup untuk memenuhi batas minimum order tersebut.
Selain melihat harga saham dan minimum order yang disyaratkan, calon investor juga sebaiknya memperhitungkan potensi permintaan yang tinggi dan jumlah lembar saham yang relatif terbatas selama masa book building.
Setelah periode bookbuilding saham selesai, barulah calon investor dapat mengetahui jumlah slot saham yang dipesannya dan menyiapkan dana sesuai dengan jumlah slot yang berhasil diperoleh. Jatah slot yang diperoleh ini dilakukan oleh penerbit atau emiten saham yang melakukan IPO. Kalau investor tidak berhasil mendapatkan jatah pada periode tersebut, maka calon investor bisa menunggu sampai masa pooling dibuka.
Pada tahapan ini, calon investor juga perlu memperhatikan harga pesanan. Jika calon investor melakukan pemesanan di bawah harga pembentukan, maka pesanan akan secara otomatis dibatalkan (dropped) oleh sistem e-IPO.
Baca juga: Mengenal Bank Sentral AS, The Fed atau Federal Reserve dan Fungsinya
Tips Book Building untuk Investor
Pada periode book building, calon investor bisa menyampaikan minat mereka terhadap saham yang akan listing di bursa dengan mengisi harga saham sesuai keinginan dalam rentang harga saham yang sudah ditentukan.
Nah, agar sukses mendapatkan penjatahan, berikut ini tips yang bisa dijalankan oleh calon investor saat periode book building.
1. Mempelajari prospektus perusahaan
Mempelajari prospektus saham penting untuk dilakukan agar calon investor dapat mengetahui kondisi perusahaan atau emiten yang menawarkan saham. Prospektus saham biasanya akan diterbitkan oleh perusahaan yang ingin menawarkan saham dan memublikasikannya kepada seluruh calon investor.
Selain prospektus pendahuluan, emiten juga akan menerbitkan prospektus final bagi calon investor yang berminat terhadap saham mereka. Prospektus pendahuluan adalah dokumen penawaran awal yang berisi informasi detail terkait transaksi yang diusulkan.
Sementara itu, prospektus final diterbitkan ketika penawaran telah selesai dilakukan dan ditawarkan kepada publik untuk berlangganan. Prospektus ini berisi informasi seputar jumlah saham yang diterbitkan, harga penawaran, data keuangan perusahaan, faktor risiko, penggunaan dana, kebijakan dividen, dan informasi lain yang dibutuhkan investor.
2. Menghitung kisaran harga saham
Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk menentukan harga saham emiten yang akan go public berdasarkan harga saham wajar. Salah satu metode yang sering digunakan pada tahap ini adalah dengan menghitung valuasi harga saham perusahaan berdasarkan indikator price to earning ratio (PER).
Baca juga: Arti Debt to Equity Ratio, Cara Hitung, dan Bedanya dengan Debt to Asset Ratio
3. Mengetahui jadwal IPO
Saat akan melakukan pemesanan saham dalam periode bookbuilding saham, calon investor juga perlu memperhatikan jadwal saham IPO. Jadwal tersebut mencakup periode book building, tanggal penjatahan, tanggal distribusi saham secara elektronik, dan listing di bursa.
4. Melakukan pemasangan bid
Agar sukses memperoleh penjatahan dan pesanan saham bisa diterima saat tahapan book building, lakukan pemasangan bid di harga tertinggi dari rentang harga yang ditawarkan. Hal ini akan dianggap potensial oleh emiten atau penerbit saham untuk memberikan jatah saham IPO perusahaan kepada calon investor yang tepat. Itulah sebabnya, banyak investor yang memasukkan bid di harga atas pada saat penawaran awal.
5. Mengenali risiko pemasangan bid
Dengan mempelajari animo masyarakat terhadap suatu saham IPO, investor bisa mengenali risiko kerugian dari pemasangan bid yang terlalu tinggi atau rendah. Penting untuk diingat bahwa harga saham berpotensi mengalami penurunan jika sudah diperjualbelikan di bursa efek.
Baca juga: Begini Cara Membaca Laporan Keuangan Emiten
Itulah informasi mengenai pengertian book building, proses, dan tips yang harus dilakukan investor pada periode tersebut. Selain book building, tentu ada istilah lain yang mesti dipelajari saat akan berinvestasi saham. Nah, salah satu media yang tepat untuk mempelajari istilah-istilah dalam dunia investasi adalah aplikasi investasi BMoney.
Selain bisa mendapat wawasan terkait investasi, kamu juga bisa mulai berinvestasi dengan modal mulai dari Rp10 ribu dan melakukan trading saham atau reksa dana melalui aplikasi tersebut. Download aplikasinya sekarang di Play Store atau App Store.