Sejak Februari hingga April 2023, tingkat premi risiko investasi atau disebut credit default swap (CDS) Indonesia tercatat mulai bergerak turun. Dalam 4 bulan, tepatnya pada Agustus 2023, level CDS Indonesia mampu turun ke level terendah dalam periode setahun terakhir dan di sepanjang 2023.
Turunnya tingkat credit default swap adalah cerminan dari prospek berinvestasi yang lebih baik di Indonesia. Penurunan angka di indeks CDS menunjukkan bahwa premi asuransinya juga turun. Hal ini merupakan efek dari situasi ekonomi yang membaik lantaran banyaknya dana asing yang masuk ke Indonesia. Alhasil, risiko kebangkrutan pun ikut menurun.
Lantas, apa sebenarnya CDS dan bedanya dengan asuransi? Mari mengenal lebih lanjut mengenai credit default swap dalam ulasan berikut ini.
Baca juga: Wajib Tahu! Ini Manfaat Asuransi dan Bedanya dengan Investasi
Apa Itu Credit Default Swap?
Credit default swap adalah suatu perjanjian keuangan derivatif yang digunakan untuk mengelola risiko kredit atau kebangkrutan suatu entitas. Entitas ini bisa berupa perusahaan, pemerintah, atau lembaga keuangan.
CDS memberikan pemegangnya (biasanya investor atau lembaga keuangan) perlindungan terhadap kemungkinan gagal bayar utang alias default dari entitas yang diperjanjikan. Jika entitas yang dijamin dalam CDS mengalami default, pemegang CDS akan menerima pembayaran kompensasi atau penggantian sesuai dengan nilai kontrak.
CDS dapat digunakan untuk berbagai tujuan, di antaranya melindungi investasi, spekulasi terhadap risiko kredit, atau diversifikasi portofolio. CDS juga digunakan sebagai alat manajemen risiko karena memungkinkan investor untuk melindungi diri dari risiko kredit yang terkait dengan surat utang atau sekuritas utang lainnya, terutama dalam situasi yang sulit untuk membuat perkiraan akurat mengenai suatu risiko.
Namun, CDS juga memiliki potensi risiko yang signifikan, terutama jika tidak diatur dengan baik atau jika entitas yang diperjanjikan mengalami default dalam jumlah besar sehingga dapat mengakibatkan kerugian besar bagi penjual CDS.
Oleh sebab itu, CDS dikenal sebagai produk derivatif yang kompleks, terutama karena diperdagangkan over-the-counter(OTC). Ini berarti setiap kontrak CDS dapat memiliki karakteristik yang berbeda-beda, tergantung pada negosiasi antara pihak-pihak yang terlibat. Jadi meskipun ada tingkat fleksibilitas dalam pengaturan CDS, tetapi juga dapat meningkatkan risiko dan kurangnya transparansi.
Atas landasan tersebut, selama masa krisis keuangan global tahun 2008, CDS menjadi perhatian besar karena perannya dalam meningkatkan risiko sistemik dan kekhawatiran tentang ketidaktransparanan dalam pasar derivatif kredit.
Baca juga: Pengertian Diversifikasi Investasi, Manfaat, dan Cara Menerapkannya
Prinsip Dasar Credit Default Swap (CDS) dan Perannya dalam Keuangan
Dalam CDS, sejatinya ada setidaknya tiga pihak yang terlibat. Yaitu pembeli dan penjual CDS, serta entitas yang dijamin.
Entitas yang dijamin berperan sebagai pihak pertama. Mereka adalah peminjam atau penerbit utang yang mengeluarkan surat utang atau obligasi. Entitas ini berkewajiban membayar kembali dana kepada pembeli saat jatuh tempo, bersama dengan pembayaran bunga reguler selama periode tertentu.
Adapun Pembeli atau Pemegang CDS adalah pihak yang membeli kontrak CDS. Mereka membayar premi kepada penjual CDS sebagai kompensasi atas perlindungan yang diberikan oleh CDS terhadap potensi default, dan memiliki hak untuk menerima pembayaran jika entitas yang dijamin mengalami default.
Sementara itu, penjual CDS adalah pihak yang menerima premi dari pembeli CDS dan setuju untuk membayar kompensasi kepada pembeli jika entitas yang dijamin mengalami default.
Premi yang dibayarkan oleh pembeli CDS dapat berupa pembayaran bulanan atau tahunan, dan biasanya merupakan biaya yang harus dibayar untuk mempertahankan perlindungan tersebut.
Biaya premi CDS ini dapat mencerminkan persepsi pasar tentang risiko kredit. Semakin banyak investor yang percaya bahwa peminjam cenderung mengalami default, maka permintaan untuk CDS akan meningkat, dan biaya premi CDS akan naik.
Jika entitas yang dijamin dalam CDS tidak mengalami default, premi tersebut menjadi pendapatan bagi penjual CDS. Sebaliknya, peristiwa yang memicu aktivasi CDS disebut credit event. Misalnya kebangkrutan entitas referensi, kegagalan membayar, percepatan kewajiban, penolakan, dan moratorium. Ketika credit event terjadi, pembeli CDS dapat meminta pembayaran kompensasi dari penjual.
Baca juga: Pengertian, Fungsi, dan Contoh Kredit Investasi
Credit Default Swap sebagai Asuransi
Dalam konteks analogi asuransi, credit default swap adalah alat asuransi yang digunakan untuk melindungi pemegang sekuritas atau utang dari risiko gagal bayar oleh peminjam. Melalui CDS, pemegang sekuritas dapat mengalihkan sebagian atau seluruh risiko gagal bayar kepada penjual CDS dengan membayar premi.
Pembeli CDS juga menerima perlindungan kredit. Artinya, jika penerbit utang mengalami default, pembeli CDS berhak menerima pembayaran dari penjual CDS sesuai dengan nilai kontrak, termasuk bunga yang belum dibayar.
Lalu, risiko kredit bukan dihilangkan melalui CDS, tetapi dialihkan. Risiko tersebut menjadi tanggung jawab penjual CDS. Alhasil, risiko yang dihadapi oleh pemegang sekuritas telah berkurang karena pemegang CDS memiliki penjual CDS sebagai pemegang risiko kredit.
Itulah mengapa credit default swap sering digambarkan sebagai "asuransi kredit" atau bahkan “asuransi kebangkrutan” karena dapat memberikan perlindungan yang mirip dengan asuransi terhadap risiko kredit atau risiko default. Misalnya ketika pemegang obligasi membeli perlindungan CDS dan membayar premi berkala, tindakan tersebut mirip-mirip pembelian polis asuransi dan pembayaran premi asuransi.
Namun, sebetulnya ada perbedaan mendasar antara CDS dan asuransi konvensional. Dalam CDS, tidak ada kepentingan asuransi langsung. Artinya, pemegang tidak harus memiliki obligasi atau keterkaitan langsung dengan entitas yang dijamin. Mereka dapat membeli CDS sebagai spekulan yang hanya ingin melindungi diri dari risiko default tanpa memiliki investasi terkait.
Lalu, ada keterbatasan regulasi karena CDS tidak diatur oleh badan pengawas asuransi seperti asuransi konvensional. Selain itu, CDS dapat digunakan untuk berspekulasi atau melakukan trading tanpa memiliki eksposur terhadap entitas yang dijamin. Oleh karena itu, ada potensi untuk penyalahgunaan atau penilaian yang kurang tepat terhadap risiko.
Pada akhirnya, penting untuk memahami dengan baik bagaimana CDS beroperasi dan risiko yang terkait dengan instrumen ini sebelum menggunakannya dalam investasi. Selain dapat melindungi investasi dari risiko gagal bayar, credit default swap adalah cara efektif bagi investor sebagai alat untuk diversifikasi portofolio.
Dengan memegang CDS, investor dapat mengurangi risiko kredit terkonsentrasi di dalam portofolio. Jangan lupa, gunakan aplikasi BMoney untuk mempermudah kegiatan berinvestasi dan mengoptimalkan keuntungan. BMoney dilengkapi banyak fitur menarik, dan kamu bisa memulai investasi dengan modal terjangkau hanya mulai Rp10 ribu. Yuk, segera download aplikasinya di di App Store atau Play Store.