Crypto Bubble, Risiko Investasi yang Wajib Diwaspadai

Uji Agung Santosa

21 November 2022

Pengertian crypto bubble dan risikonya (123rf.com)
Pengertian crypto bubble dan risikonya (123rf.com)

Harga aset kripto Bitcoin sempat menyentuh rekor harga tertinggi di harga Rp926 juta. Namun, aset tersebut harus mengalami penurunan drastis pada Mei 2021 sehingga banyak investor atau trader memilih untuk menjual kembali aset mereka dengan harga murah. 

Pada tahap ini, banyak investor mengira bahwa aset kripto tengah berada di ambang bubble atau disebut juga crypto bubble. Sebelum mencari tahu jawabannya, mari cari tahu terlebih dulu tentang apa itu cryptocurrency bubble dan penyebab kemunculannya.

 

Baca juga: Cara Main Crypto untuk Pemula yang Aman

Apa Itu Crypto Bubble?

Apa itu Crypto Bubble
Apa itu Crypto Bubble

Sudah bukan hal asing bagi investor untuk mempertimbangkan setiap risiko yang mungkin dihadapi saat akan membeli suatu aset, termasuk aset kripto. Nah, salah satu risiko yang mungkin terjadi saat berinvestasi di mata uang kripto adalah cryptocurrency bubble atau biasa disebut crypto bubble.

Cryptocurrency bubble atau gelembung aset kripto merupakan fenomena yang terjadi ketika harga aset kripto mengalami lonjakan yang sangat signifikan dalam periode tertentu. Namun, kenaikan harga aset tersebut diikuti juga dengan penurunan nilai yang cepat sehingga banyak investor atau trader yang harus mengalami kerugian.

Penggunaan istilah bubble dalam hal ini menggambarkan bahwa harga suatu aset bisa saja "pecah" seperti halnya gelembung. Pecah di sini berarti bisa merosot tajam dalam waktu yang tidak terduga. Mekanisme ini biasanya terjadi akibat perilaku pasar yang terjebak oleh FOMO. Jika aset kripto mengalami bubble, maka aset tersebut akan diperjualbelikan dengan harga yang jauh melebihi nilai intrinsiknya.

Baca juga: Apa Itu Altcoin dan Kinerjanya di Pasar Kripto

Penyebab Terjadinya Crypto Bubble

Penyebab terjadinya crypto bubble (123rf.com)
Penyebab terjadinya crypto bubble (123rf.com)

Secara umum, cryptocurrency bubble bisa terjadi karena investor atau trader menjual aset mereka dengan harga yang jauh lebih tinggi dengan tujuan untuk mendapatkan tingkat keuntungan yang besar. Namun, ada juga penyebab lain yang memungkinkan terjadinya crypto bubble, di antaranya adalah cuitan Elon Musk yang membuat Bitcoin dan beberapa aset mengalami bubble.

Awalnya, CEO Tesla ini mendukung Bitcoin sebagai salah satu aset kripto yang cukup menjanjikan. Ia bahkan rela membeli 1,5 miliar Bitcoin dan mengumumkan bahwa perusahaan Tesla miliknya akan mulai menerima Bitcoin sebagai alat pembayaran dalam pembelian produk Tesla.

Sayangnya, 49 hari kemudian Elon Musk mengumumkan bahwa Tesla sudah tidak menerima Bitcoin sebagai alat pembayaran karena aset tersebut dinilai berdampak buruk terhadap lingkungan. Sejak saat itu, Musk mengalihkan perhatiannya dari Bitcoin ke Dogecoin. 

Cuitan tersebut tentu saja membuat nilai Bitcoin mengalami penurunan secara drastis dan menyebabkan ratusan miliar dolar dalam pasar crypto terhapus. 

Selain cuitan Elon Musk, penyebab terjadinya crypto bubble juga datang dari beberapa pemerintah yang tidak setuju dengan aset digital tersebut. Beberapa pemerintah di negara-negara tertentu tidak setuju dengan aset digital tersebut karena dianggap berpotensi merusak mata uang mereka yang didukung oleh bank sentral. 

Salah satu negara berpengaruh yang menyebabkan terjadinya crypto bubble adalah China. Negara tersebut secara tegas menolak pergerakan aset kripto dan berhasil membuat pasar crypto mengalami kekacauan besar. Hal ini dilakukan dengan cara melarang bank atau kanal pembayaran online di China untuk melakukan atau menawarkan layanan apa pun yang berhubungan dengan mata uang kripto. Padahal, mayoritas penambangan Bitcoin justru dilakukan di negara tersebut.

Negara lain yang juga melakukan pelarangan berkembangnya aset kripto adalah Turki. Sementara itu, Bolivia, Ekuador, Nigeria, dan Aljazair sudah melarang mata uang digital tersebut secara efektif sebelumnya. Larangan di beberapa negara inilah yang membuat aset kripto mengalami penurunan sampai titik terendahnya.

Baca juga: Jenis Mata Uang Kripto yang Bisa Kamu Beli di Indonesia

Fenomena Crypto Bubble 2021

Fenomena Crypto Bubble
Fenomena Crypto Bubble

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, aset kripto pernah mengalami penurunan tajam pada bulan Mei 2021. Beberapa aset yang terdampak di antaranya adalah Bitcoin, Ethereum, Cardano dan beberapa aset lainnya sempat berada di ambang bubble

Menariknya, Vitalik Buterin sebagai penemu Ethereum justru sudah memprediksi bahwa aset kripto akan mengalami bubble dalam waktu dekat. Fenomena ini tentu akan membuat para investor kripto menjadi khawatir karena aset yang mereka punya akan terus mengalami penurunan.

Kerugian yang mungkin dialami oleh para investor akibat fenomena ini tentu tidak sedikit. Harga Bitcoin, misalnya, sempat merosot 48 persen sampai menyentuh angka Rp499 juta pada akhir Mei 2021. Padahal, nilai aset tersebut pada bulan sebelumnya masih mencapai rekor harga tertingginya yang berada di kisaran Rp926 juta.

Bukan hanya itu, menurunnya harga Bitcoin diikuti juga dengan penurunan harga aset kripto lainnya, seperti Ethereum yang dalam 24 jam mengalami penurunan harga sampai 38,48 persen. 

Selain Bitcoin dan Ethereum, beberapa aset kripto lain yang juga mengalami penurunan signifikan antara lain adalah Cardano dengan penurunan sampai 35,83 persen, Binance Coin yang nilainya turun sampai 52,77 persen, Dogecoin dengan nilai penurunan sampai 34,71 persen, XRP yang anjlok sampai 44,68 persen, Polkadot (DOT) dengan nilai penurunan sampai 55,21 persen, dan Internet Computer yang turun sampai 32,34 persen. 

Tips Menghindari Risiko Crypto Bubble

Cara Menghindari Crypto Bubble
Cara Menghindari Crypto Bubble

Dengan adanya fenomena crypto bubble, banyak investor andal yang menawarkan tips perdagangan kripto untuk meminimalisasi kerugian. 

Pertama, tetapkan batasan berapa banyak nilai aset yang bisa kamu tanamkan atau berapa banyak jumlah aset kripto yang bisa kamu beli. Jika terdapat penawaran aset kripto yang murah, namun jumlah aset yang kamu miliki sudah ada di batas yang kamu tentukan, pastikan agar kamu tidak tergoda untuk membeli lebih banyak aset.

Kedua, lakukan diversifikasi portofolio kripto sehingga kamu tidak hanya berinvestasi di satu jenis aset. Dengan begitu, jika ada satu jenis aset yang mengalami penurunan, maka kamu masih bisa bertahan di aset lainnya. 

Ketiga, hindari panic buying saat harga rendah karena pada dasarnya, aset yang kamu miliki tidak akan hilang. Lakukan investasi kripto jangka panjang dengan meninggalkan uang kamu di pasar selama bertahun-tahun sampai kamu mendapatkan harga jual terbaik.

Terakhir, lakukan mekanisme pembelian otomatis yang memungkinkan kamu untuk melakukan pembelian secara berulang. Dengan cara ini, kamu akan terhindar dari stres akibat harus menentukan waktu jual beli secara manual dengan benar agar kamu bisa membeli aset tersebut saat harganya rendah dan menjualnya saat harganya tinggi.

Baca juga: 10 Cara Mendapatkan Bitcoin dengan Gratis, Cepat, dan Mudah

Demikianlah informasi yang bisa kamu pelajari terkait apa itu crypto bubble, penyebabnya, dan apa saja langkah-langkah yang bisa kamu lakukan untuk menghindari risiko saat fenomena tersebut terjadi.

Kalau kamu merasa belum siap untuk mengambil risiko dalam berinvestasi di aset kripto, sebaiknya gunakan dana yang kamu miliki untuk berinvestasi di aset lain yang lebih aman dan minim risiko. Misalnya, berinvestasi di aset reksa dana melalui aplikasi investasi BMoney yang bisa di-download di Play Store atau App Store.

 

Artikel menarik lainnya

reksadana_hero_image

Selalu update bareng komunitas investor BMoney!