Arti Debt to Equity Ratio, Cara Hitung, dan Bedanya dengan Debt to Asset Ratio

Uji Agung Santosa

31 Mei 2023

Pengertian Debt To Equity Ratio (123rf.com)
Pengertian Debt To Equity Ratio (123rf.com)

DER atau debt to equity ratio adalah suatu rasio yang digunakan untuk mengukur posisi keuangan dan tingkat risiko keuangan perusahaan. Tinggi rendahnya rasio DER bisa menunjukkan besar kecilnya proporsi utang dan modal sendiri (ekuitas) perusahaan.

Penggunaan DER akan membantu analis dan pemangku kepentingan lainnya untuk mendapatkan wawasan tentang struktur keuangan perusahaan, risiko keuangan, dan kelayakan investasi atau pemberian pinjaman. Yuk, simak pengertian, cara menghitung, kegunaan, dan bedanya debt to equity ratio dengan debt to asset ratio.

Pengertian Debt To Equity Ratio

Debt to equity ratio adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur tingkat utang dan modal sendiri yang digunakan oleh sebuah perusahaan. Rasio ini memberikan gambaran tentang seberapa besar proporsi utang dan modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan tersebut dalam pendanaan operasionalnya.

Semakin tinggi rasio DER, semakin besar juga proporsi utang yang digunakan oleh perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki tingkat kewajiban lebih tinggi terhadap pemberi pinjaman. Pun menandakan perusahaan lebih bergantung pada pendanaan eksternal yang berisiko lebih tinggi jika tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utangnya.

Di sisi lain, debt to equity ratio yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan lebih bergantung pada modal sendiri dalam pendanaan operasionalnya. Hal ini sering dianggap sebagai tanda kestabilan keuangan perusahaan dan dapat memberikan kepercayaan kepada pemberi pinjaman atau investor.

Dalam praktiknya, tingkat ideal dari debt to equity ratio dapat berbeda-beda tergantung pada industri atau sektor bisnis. Oleh sebab itu, penting untuk membandingkan rasio dengan standar industri atau perusahaan sejenis untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang posisi keuangan suatu perusahaan.

Baca juga: Pengertian Quick Ratio, Rumus, dan Cara Menghitungnya

Acuan Debt to Equity Ratio yang Baik

Acuan debt to equity ratio yang baik.
Acuan debt to equity ratio yang baik.

Debt to equity ratio yang baik bervariasi tergantung pada industri, sektor, dan kondisi pasar. Namun, ada acuan tertentu yang bisa dipertimbangkan untuk menentukan tingkat rasio yang baik, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Stabilitas dan risiko industri

Pertimbangkan karakteristik industri tempat perusahaan beroperasi. Beberapa industri seperti real estate atau utilitas cenderung memiliki rasio utang yang lebih tinggi dibandingkan dengan industri lainnya yang lebih stabil. Misalnya, industri teknologi startup mungkin memiliki rasio yang lebih tinggi karena bergantung pada pendanaan eksternal untuk pertumbuhan.

2. Standar industri

Selalu bandingkan rasio dengan standar industri atau perusahaan sejenis. Lihatlah rata-rata rasio utang ke ekuitas di industri tersebut dan bandingkan dengan rasio perusahaan. Jika rasio perusahaan berada dalam kisaran yang serupa atau lebih rendah, maka itu bisa dianggap baik.

3. Keberlanjutan keuangan

Evaluasi kemampuan perusahaan untuk membayar utangnya dan memenuhi kewajiban keuangan jangka panjang. Jika rasio utang ke ekuitas sangat tinggi, perusahaan mungkin mengalami kesulitan dalam membayar bunga dan angsuran utangnya. Hal ini dapat menimbulkan risiko kebangkrutan.

4. Preferensi pemberi pinjaman dan investor

Perhatikan preferensi pemberi pinjaman dan investor. Pemberi pinjaman mungkin lebih nyaman memberikan pinjaman jika rasio utang ke ekuitas rendah, karena menunjukkan kestabilan keuangan. Di sisi lain, investor mungkin ingin melihat sedikit utang agar tidak terlalu banyak terbebani oleh kewajiban pembayaran utang.

Baca juga: Pengertian Price Earning Ratio (PER) dan Cara Menghitungnya

Kegunaan Debt To Equity Ratio

Debt to equity ratio berperan penting dalam analisis keuangan perusahaan. Berikut kegunaan utamanya:

1. Evaluasi struktur modal

Rasio DER memberikan gambaran tentang sejauh mana perusahaan bergantung pada pendanaan eksternal (utang) dibandingkan dengan pendanaan internal (modal sendiri). Hal ini penting untuk mengevaluasi struktur modal perusahaan dan tingkat ketergantungan pada pihak lain untuk pembiayaan.

2. Penilaian risiko keuangan

Rasio utang ke ekuitas adalah indikator penting untuk mengevaluasi risiko keuangan perusahaan. Rasio utang ke ekuitas yang tinggi menunjukkan risiko lebih tinggi jika perusahaan mengalami kesulitan dalam membayar utangnya. Sebaliknya, rasio utang ke ekuitas yang rendah menunjukkan perusahaan dapat mengurangi risiko keuangan karena lebih bergantung pada modal sendiri.

3. Daya tahan keuangan

DER membantu dalam mengevaluasi daya tahan keuangan perusahaan. Rasio ini memberikan petunjuk tentang kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan angsuran utangnya dalam jangka panjang. 

Perusahaan dengan rasio utang ke ekuitas yang terlalu tinggi mungkin mengalami tekanan keuangan jika pendapatan menurun atau beban bunga meningkat. Sebaliknya, perusahaan dengan rasio yang baik dapat menunjukkan kemampuan yang lebih baik untuk mengatasi tekanan keuangan dan memenuhi kewajiban utangnya.

4. Perbandingan dengan standar industri sejenis

Menggunakan DER membantu dalam menilai posisi keuangan perusahaan secara relatif terhadap pesaingnya di industri yang sama. Jika rasio utang ke ekuitas perusahaan berada di atas rata-rata industri, hal ini menunjukkan ketergantungan yang lebih tinggi pada utang dan risiko yang lebih besar dibandingkan dengan pesaingnya.

5. Keputusan investasi dan pemberian pinjaman

Investor dan pemberi pinjaman seringkali menggunakan rasio ini sebagai salah satu faktor dalam mengevaluasi kelayakan investasi atau kecukupan keuangan perusahaan untuk mendapatkan pinjaman. Rasio yang rendah atau seimbang dapat memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada investor dan pemberi pinjaman.

Baca juga: Apa Itu Expense Ratio? Kenali Arti dan Cara Menghitungnya di Sini

Cara Menghitung Debt to Equity Ratio

Cara menghitung debt to equity ratio.
Cara menghitung debt to equity ratio.

Debt to equity ratio dihitung dengan membagi total utang perusahaan dengan total modal sendiri (ekuitas). Umumnya, utang mencakup utang jangka pendek dan utang jangka panjang, sedangkan modal sendiri mencakup modal saham (equity capital) dan laba ditahan perusahaan (retained earnings).

Rumus debt to equity ratio adalah sebagai berikut.

DER = Total Utang / Total Modal Sendiri

Contohnya, jika sebuah perusahaan memiliki total utang sebesar Rp200.000 dan total modal sendiri sebesar Rp400.000, maka debt to equity ratio-nya adalah 0,5 (Rp200.000 / Rp400.000). Ini berarti perusahaan menggunakan setengah bagian utang dan setengah bagian modal sendiri dalam pendanaan operasionalnya.

Nilai DER yang dihasilkan berupa angka desimal. Jika ingin diubah menjadi persentase, cukup kalikan hasilnya dengan 100. Pada contoh di atas, DER 0,5 menjadi 50 persen jika dikonversi ke persentase.

Baca juga: Mengenal Auto rejection Bawah (ARB) Saham, Investor Pemula Wajib Tahu!

Bedanya DER dengan Debt to Asset Ratio

Debt to equity ratio dan debt to asset ratio (DAR) adalah dua rasio keuangan yang digunakan untuk menganalisis struktur keuangan perusahaan dan sama-sama melibatkan utang. Meski begitu, keduanya memberikan perspektif berbeda. Perbedaan utama antara keduanya adalah sebagai berikut.

1. Definisi dan ukuran

DER mengukur proporsi utang perusahaan terhadap ekuitas perusahaan. Sementara itu, DAR mengukur proporsi utang perusahaan terhadap total aset perusahaan. Rasio ini menunjukkan sejauh mana aset perusahaan didanai oleh utang.

2. Komponen yang digunakan

DER menggunakan total utang perusahaan (hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang) dan total modal sendiri (modal saham dan laba ditahan) dalam perhitungannya. Sementara itu, DAR menggunakan total utang perusahaan dan total aset perusahaan dalam perhitungannya.

3. Interpretasi

DER memberikan gambaran tentang tingkat risiko keuangan perusahaan. Sementara itu, DAR memberikan informasi tentang seberapa besar perusahaan bergantung pada utang dalam mendanai asetnya. Semakin tinggi DAR, semakin besar proporsi aset yang dibiayai oleh utang. DAR yang tinggi dapat menunjukkan tingkat ketergantungan yang tinggi pada utang dan meningkatkan risiko keuangan.

4. Fokus pada ekuitas dan aset

DER lebih terfokus pada modal sendiri, sedangkan DAR lebih terfokus pada aset. DER berfokus pada hubungan antara utang dan ekuitas perusahaan, sedangkan DAR berfokus pada hubungan antara utang dan aset perusahaan. Rasio DAR memberikan gambaran tentang sejauh mana perusahaan menggunakan utang untuk mendanai asetnya.

Baca juga: Expense Ratio adalah: Pengertian dan Cara Menghitungnya

Pada akhirnya, DAR dan DER adalah rasio yang berguna dalam menganalisis risiko keuangan dan tingkat ketergantungan perusahaan pada utang, tetapi perlu digunakan bersamaan dengan metrik keuangan lainnya untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang kesehatan keuangan perusahaan.

Agar risiko finansial bisa dicegah dan dikurangi, pastikan kamu memilih instrumen investasi yang sesuai dengan menggunakan aplikasi investasi yang aman dan terpercaya seperti BMoney. 

 

Artikel menarik lainnya

reksadana_hero_image

Selalu update bareng komunitas investor BMoney!