Kamu termasuk investor pemula yang masih sering kesulitan menentukan kapan harus memulai dan kapan sebaiknya menjual produk investasi? Jika iya, ada solusi cerdas berinvestasi yang bisa kamu pertimbangkan, yaitu dollar cost averaging .
Dollar cost averaging atau biasa disingkat DCA merupakan salah satu strategi investasi yang tergolong aman lantaran efektif dan mudah dipraktikkan, termasuk oleh investor pemula yang baru mulai berinvestasi. Lewat metode ini, kamu tidak perlu kesulitan mengelola risiko dan imbal hasil, serta dapat mengoptimalkan keuntungan sekaligus memperkecil risiko kerugian.
Agar lebih jelas, yuk simak penjelasan seputar DCA mulai dari pengertian dan cara kerjanya sampai tips penting lainnya yang perlu kamu ketahui.
Baca juga: Mengenal Growth Investing dan Strategi investasinya
Pengertian Dollar Cost Averaging
Dollar cost averaging merupakan strategi investasi dengan metode sederhana yang memungkinkan investor untuk melakukan investasi secara berkala. Jadi, alih-alih berinvestasi sekaligus dalam satu waktu, investor akan membagi dana investasi tadi ke dalam beberapa waktu. Misalnya, secara mingguan, bulanan, atau di setiap periode tertentu.
Selain bisa menyesuaikan besaran modal di awal, strategi investasi ini juga akan memudahkan investor untuk mengalokasikan dana investasi secara rutin sesuai periode waktu yang telah ditentukan. Jadi, tanpa perlu menghiraukan fluktuasi harga saham, investor hanya dituntut tetap konsisten dan disiplin selama berinvestasi.
Jika dilihat secara sederhana, strategi investasi ini mirip-mirip menabung secara rutin atau mencicil aset. Oleh sebab itu, DCA cocok bagi pemula karena investasinya bisa langsung dimulai tanpa perlu repot memprediksi ataupun menunggu waktu yang tepat.
Contohnya, kamu punya dana yang ingin diinvestasikan sebesar Rp1 juta. Dengan berstrategi menggunakan metode DCA, kamu tidak harus menginvestasikan seluruh dana sekaligus, tapi memilih untuk berinvestasi rutin Rp100 ribu selama 10 bulan.
Lewat metode DCA, jenis instrumen yang kamu gunakan untuk investasi bisa bervariasi. Mulai dari saham, emas, P2P lending, hingga reksa dana.
Baca juga: AUM adalah Istilah Reksa Dana yang Penting untuk Diketahui
Contoh lainnya, kamu memiliki dana Rp1 juta dan ingin berinvestasi reksa dana. Di bulan pertama, kamu memilih NAB/unit reksa dana seharga Rp1.000 dan membeli 100 unit penyertaan. Lalu, jika di bulan kedua NAB/unit reksadana turun harga menjadi Rp800, berarti kamu mesti membeli 125 unit penyertaan.
Nah, andaikan di bulan ketiga NAB/unit reksadana berubah lagi menjadi Rp1.250, maka unit penyertaan yang kamu beli adalah 80 unit. Begitu seterusnya untuk bulan berikutnya. Jadi, meski jumlah pembelian unit penyertaan bisa saja berbeda-beda, nominal uang yang digunakan tetap sama, yaitu Rp1 juta.
Lantas, bagaimana dampak DCA terhadap keseluruhan aset invetasi?
Dampaknya bisa dibilang nyaris positif karena strategi ini tidak hanya memangkas perhitungan waktu terbaik untuk masuk ke pasar, tapi juga bisa membantumu membeli aset kapan pun dengan harga terbaik.
Penting untuk diketahui, pasar modal memiliki istilah market timing atau perhitungan waktu pasar yang sejatinya mustahil untuk dilakukan. Kenapa? Karena pergerakan pasar modal tidak mudah diprediksi dan tidak mudah juga untuk menentukan harga paling tinggi ataupun paling rendah.
Baca juga: Ini Artinya ARA Saham yang Perlu Kamu Ketahui!
Cara Kerja Strategi Investasi DCA
Melalui strategi dollar cost averaging, investor secara tidak langsung akan menekan emosi dalam berinvestasi. Mereka hanya akan membeli sejumlah kecil aset secara teratur dengan jumlah yang sama dalam periode tertentu.
Artinya, para investor yang menerapkan strategi DCA akan melakukan pembelian saham dengan jumlah yang lebih sedikit saat harga tinggi dan dengan jumlah lebih banyak ketika harga aset rendah.
Meski begitu, strategi ini hanya akan bekerja dengan baik dan optimal jika performa saham atau instrumen investasi yang dipilih meningkat secara konsisten seiring berjalannya waktu. Itulah sebabnya kamu tetap perlu mempelajari bagaimana kinerja produk investasi yang kamu pilih.
Keuntungan Berinvestasi dengan DCA
Walaupun pelaksanaannya cenderung sederhana, strategi investasi DCA memiliki sejumlah kelebihan atau keuntungan berikut ini.
1. Relatif mudah diterapkan
Karena cara kerjanya serupa menabung dan mencicil, kamu yang masih pemula atau belum memiliki dana yang besar untuk diinvestasikan bisa dengan mudah mulai menjalankan investasi ini. Kamu juga bisa tetap berinvestasi dengan jumlah yang sama dalam situasi apapun. Lihat tips keuangan lain di sini.
2. Mengurangi risiko kerugian
Hal yang wajar bagi pemula untuk merasa ragu dan khawatir tidak dapat memilih waktu yang tepat untuk berinvestasi. Nah, karena strategi DCA tidak mementingkan kondisi pasar, kamu justru akan mendapat keuntungan finansial jangka panjang yang cukup besar. Bagaimana bisa?
Saat pergerakan pasar terlihat naik turun, kamu bisa memangkas risiko untuk terus berspekulasi atau menebak-nebak kapan waktu terbaik untuk berinvestasi. Sebagai gantinya, kamu akan dapat mempertimbangkan koreksi pasar sebagai peluang pembelian.
Hasilnya, kamu akan mengurangi risiko kerugian akibat perubahan nilai lantaran nilai rata-rata yang diperoleh tidak terlalu rendah.
Baca juga: 10 Cara Bermain Saham untuk Pemula, Aman dan Minim Risiko
3. Menghindari salah pilih momen
Melanjutkan poin sebelumnya, dengan memangkas risiko pemilihan waktu yang tepat untuk berinvestasi, investor akan menghindari salah pilih momen akibat jebakan euphoria ataupun panik dalam berinvestasi.
Studi menunjukkan bahwa keputusan investasi sering dibuat secara emosional akibat rasa takut mengalami kerugian atau sebaliknya, rasa takut kehilangan momen. Secara psikologis, rasa takut akibat stres maupun euphoria itu disebut sebagai fear of missing out (FOMO).
Di sisi lain, mayoritas investor akan lebih memilih menghindari rugi ketimbang memperoleh keuntungan apabila potensi nilainya sama. Kecenderungan seperti ini disebut juga loss aversion bias.
Oleh karena itu, jangan heran jika banyak investor memiliki pola pikir investasi yang salah kaprah atau terlihat tidak rasional. Misalnya, ketika pasar mengalami koreksi, investor justru menjual kepemilikan aset dan lebih memilih uang tunai alih-alih memanfaatkannya sebagai peluang pembelian.
Kekurangan Berinvestasi dengan DCA
Meski mampu mengurangi risiko kerugian dan cocok untuk investor pemula, strategi investasi DCA juga memiliki kekurangan, di antaranya:
1. Tidak sepenuhnya melindungi investor
Strategi DCA muncul dari konsep yang mengasumsikan harga suatu aset akan terus naik. Dengan demikian, adanya penurunan harga suatu aset tidak akan mampu melindungi investor sepenuhnya. Terlebih jika investor tidak memahami detail perusahaan penerbit saham. Boleh jadi, investor justru tidak bisa menentukan sama sekali kapan harus menjual aset yang dibutuhkan.
Satu-satunya cara menangkal kekurangan ini adalah dengan tetap berhati-hati sebelum memutuskan berinvestasi, terutama dalam memantau kinerja aset atau perusahaan.
Baca juga: 5 Keuntungan Investasi untuk Masa Depan yang Lebih Baik
2. Return cenderung kecil
Mengingat kondisi pasar cenderung bergerak naik dari waktu ke waktu, maka jangan heran jika strategi DCA dalam jangka panjang memberikan nilai return yang lebih kecil ketimbang berinvestasi sekaligus.
3. Biaya lebih besar
Setiap pembelian instrumen investasi akan dikenai biaya dengan nominal tertentu. Nah, karena strategi DCA memiliki beberapa pos pembelian di setiap periode atau serupa membeli banyak saham, maka biaya investasi yang kamu keluarkan akan semakin besar. Beda halnya jika kamu membeli 1 saham sekaligus sehingga biaya investasi yang dikenakan hanya untuk sekali pembelian.
Jadi, sudah lebih paham kan mengenai strategi investasi dollar cost averaging yang aman bagi pemula? Dengan proses transaksi yang mudah, kamu tentu lebih bersemangat dalam melakukan investasi rutin. Untuk memulainya, manfaatkan aplikasi investasi BMoney yang bisa kamu download di Play Store ataupun App Store.