Bagi investor pemula, memilih produk reksa dana yang sesuai preferensi memang kadang terasa membingungkan. Apalagi, terdapat banyak istilah yang biasa digunakan di dalam investasi tersebut. Misalnya, istilah expense ratio yang sering dipakai dalam investasi reksa dana.
Salah satu istilah yang sering luput dari perhitungan para investor pemula adalah expense ratio. Secara umum, expense ratio adalah rasio beban biaya yang dihitung berdasarkan perbandingan antara beban biaya operasional dengan rata-rata aset yang dihasilkan dalam investasi reksa dana pada periode tertentu, utamanya dalam kurun waktu satu tahun.
Untuk lebih memahaminya, simak penjelasan berikut.
Pengertian Expense Ratio
Expense ratio biasa digunakan oleh para investor untuk mengukur besaran biaya operasional reksa dana dibanding rata-rata nilai aset bersih yang dihasilkan dalam satu tahun terakhir.
Biaya operasional pada perhitungan tersebut mencakup management fee, custodian fee, biaya transaksi aset, dan biaya lain terkait produk reksa dana. Jika nilai expense ratio yang diperoleh rendah, maka bisa dikatakan bahwa pengelolaan produk reksa dananya termasuk efisien.
Meski demikian, kamu tidak perlu khawatir dengan perhitungan tersebut karena return yang dihasilkan di reksa dana sudah bersih. Jadi, nilai imbal hasil yang kamu peroleh merupakan keuntungan bersih setelah dipotong expense ratio.
Expense ratio adalah indikator penting yang bisa digunakan oleh para investor untuk mengukur seberapa efisien pengelolaan suatu produk reksa dana dibandingkan dengan produk reksa dana lain yang sejenis. Dengan mengetahui indikator tersebut, kamu dapat menentukan mana produk reksa dana yang cocok untuk kamu beli.
Baca juga: Pengertian Reksadana yang Wajib Diketahui Investor Pemula
Fungsi Expense Ratio
Secara umum, ada empat fungsi dasar expense ratio dalam pengelolaan investasi reksa dana, yaitu sebagai berikut.
1. Mengukur beban operasional
Expense ratio reksadana adalah elemen yang berfungsi sebagai indikator untuk mengukur beban operasional secara riil kepada investor. Nilai beban ini diperoleh ketika kamu akan melakukan perbandingan antara beban operasional dengan rata-rata aset reksa dana yang kamu miliki. Dengan rasio ini, kamu bisa melakukan evaluasi sekaligus membandingkan produk reksa dana yang satu dengan yang lainnya.
2. Menilai kinerja manajer investasi
Dengan mengetahui nilai rasio beban atau expense ratio suatu reksa dana, kamu dapat menilai seberapa baik kinerja atau performa manajer investasi dalam melakukan pengelolaan dana investor. Makin renda nilai expense ratio yang dihasilkan, makin baik juga kinerja manajer investasi tersebut.
3. Mengetahui beban operasional terbesar
Dari sekian banyak biaya yang dikeluarkan untuk berinvestasi reksa dana, tentu kamu sebagai investor juga harus mengetahui apa beban operasional terbesar yang digunakan. Oleh karena itu, menghitung expense ratio akan membantu manajer investasi dalam menentukan biaya atau beban operasional apa yang paling besar. Dengan demikian, manajer investasi dapat merumuskan strategi yang tepat untuk mengurangi biaya atau beban tersebut.
Baca juga: Pahami Cara Kerja Reksa Dana Sebelum Berinvestasi
4. Menjadi bahan evaluasi
Dengan nilai expense ratio reksadana yang dihasilkan, maka investor ataupun manajer investasi bisa sama -sama melakukan evaluasi terhadap beban operasional yang dikeluarkan dan mencari cara paling efektif agar dapat mengurangi beban tersebut sehingga dapat mengoptimalkan keuntungan.
Rumus Menghitung Expense Ratio
Agar dapat mengetahui tingkat efisiensi pengelolaan reksa dana, kamu perlu menggunakan rumus berikut untuk menghitung expense ratio.
Expense ratio (Rasio beban biaya) = Total beban biaya: Rata-rata Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, expense ratio adalah rasio beban biaya yang dihitung dengan cara membagi seluruh beban biaya dengan rata-rata NAB. Total beban biaya dalam rumus tersebut merupakan akumulasi dari biaya operasional, biaya administrasi, beban transaksi reksa dana, beban jasa investasi, beban jasa audit, pajak, dan biaya atau beban reksa dana lainnya. Sementara itu, Nilai Aktiva Bersih (NAB) adalah rata-rata hasil aset investasi yang kamu peroleh dari reksa dana tersebut.
Baca juga: Transaksi Reksa Dana Kamu Kena Bea Meterai? Ini Ketentuan dan Cara Bayarnya
Cara Menghitung Expense Ratio
Expense ratio reksadana adalah indikator yang sebenarnya dapat dilihat secara mudah dengan mengakses laporan keuangan manajer investasi. Namun, untuk memudahkan kamu dalam memahami indikator reksa dana tersebut, berikut contoh cara menghitung expense ratio yang tepat.
Saat memutuskan untuk berinvestasi pada suatu produk reksa dana, kamu akan menemukan biaya biaya operasional dari produk tersebut. Biaya operasional yang bisa kamu hitung untuk mengetahui expense ratio adalah beban transaksi reksa dana, beban jasa investasi, beban jasa audit, pajak, jasa kustodian, dan beban lainnya.
Jika sudah mengetahui nominal beban-beban tersebut, jumlahkan seluruhnya. Misalnya, kamu memperoleh nilai total beban sebesar Rp10 miliar.
Setelah itu, hitunglah Nilai Aktiva Bersih (NAB) dari produk reksa dana yang kamu tentukan. Nilai ini diperoleh berdasarkan total jumlah penghitungan nilai pasar suatu aset, yaitu utang, deposito, atau saham dalam reksa dana tersebut. Misalnya, setelah melakukan perhitungan NAB, kamu memperoleh angka Rp1 triliun.
Dengan demikian, kamu dapat menggunakan rumus di atas dengan cara sebagai berikut.
= Beban biaya : Rata-rata NAB
= Rp10 miliar : Rp1 triliun
= 0,01
Expense ratio reksadana adalah indikator yang biasanya dinyatakan dalam bentuk persen. Oleh karena itu, kamu perlu mengalikan nilai yang didapat dengan 100%. Berdasarkan perhitungan tersebut, maka nilai expense ratio yang diperoleh adalah sebesar 1%. Artinya, dana investasi efektif yang dikelola dalam investasi tersisa sebesar 99%.
Baca juga: Cara Menghitung Keuntungan Reksa Dana Per Bulan dan Contohnya
Demikianlah penjelasan singkat mengenai pengertian, fungsi, rumus, dan cara menghitung expense ratio agar kamu bisa menentukan produk reksa dana mana yang cocok dibeli.
Sebelum memilih produk reksa dana, jangan lupa kenali apa saja jenis-jenis instrumen investasi yang satu ini. Mulai dari reksa dana pasar uang, reksa dana obligasi, atau reksa dana saham. Hal ini penting untuk diketahui agar kamu juga bisa memastikan bahwa jenis reksa dana yang dipilih sesuai dengan profil risiko yang kamu miliki.
Kalau kamu berinvestasi reksa dana dengan tujuan keuangan jangka menengah (1-5 tahun), maka kamu bisa memilih reksa dana obligasi yang memiliki potensi imbal hasil lebih tinggi ketimbang reksa dana pasar uang. Kalau kamu ingin berinvestasi jangka panjang (lebih dari 5 tahun), maka reksa dana saham bisa menjadi pilihan yang tepat.
Namun, ingat bahwa potensi keuntungan yang dihasilkan berbanding lurus dengan tingkat risiko yang mungkin terjadi. Makin tinggi nilai keuntungannya, makin tinggi juga risikonya. Oleh karena itu, ketahui dulu bagaimana profil risikomu sebelum memutuskan untuk memilih suatu produk reksa dana.
Jika ingin mencoba berinvestasi reksa dana dari sekarang tanpa harus takut merasa rugi, mulailah dengan berinvestasi melalui aplikasi BMoney yang bisa di-download di Play Store atau App Store. Lewat aplikasi ini, kamu bisa berinvestasi secara praktis dan aman hanya dengan modal mulai dari Rp10 ribu saja.