Ada banyak gaya investasi yang biasa digunakan oleh para pelaku pasar. Namun, sebelum membahas tentang ragam gaya investasi tersebut, kamu perlu memahami bahwa investasi merupakan kegiatan pengalokasian dana pada satu atau lebih aset dalam suatu periode. Kegiatan ini tentu saja dilakukan untuk memperoleh penghasilan atau peningkatan nilai aset.
Meski begitu, tujuan keuangan tiap orang tentu berbeda-beda. Ada yang ingin berinvestasi untuk tujuan jangka panjang, ada juga yang ingin mendapatkan keuntungan dalam waktu singkat. Perbedaan tujuan finansial dan investasi dapat berpengaruh terhadap gaya dalam berinvestasi, baik itu strateginya maupun instrumen investasinya.
7 Gaya Investasi Saham yang Perlu Kamu Pahami
Nah, jika kamu sudah memahaminya, saatnya mengenal ragam gaya berinvestasi yang biasa diimplementasikan oleh para pelaku pasar berikut ini.
1. Analisis Fundamental
Salah satu pendekatan yang biasa digunakan oleh investor untuk menganalisis instrumen finansial adalah analisis fundamental. Gaya investasi ini biasa digunakan untuk menentukan nilai intrinsik suatu aset sehingga kamu bisa memanfaatkan kesempatan jika terdapat perbedaan nilai aset di pasar dengan nilai yang kamu prediksi.
Dengan menggunakan analisis fundamental, kamu dapat memperoleh keuntungan jika membeli aset ketika harga pasar lebih murah ketimbang nilai intrinsiknya. Setelah itu, kamu bisa menjualnya kembali saat para pelaku pasar menyadari nilai sesungguhnya dari aset tersebut.
Penganut paham analisis fundamental disebut juga sebagai kaum fundamentalis. Mereka percaya bahwa data-data perusahaan yang terbuka untuk umum, seperti halnya laporan keuangan dan neraca perusahaan, bisa dimanfaatkan untuk menentukan nilai saham atau instrumen lain yang diterbitkan perusahaan tersebut. Beberapa elemen yang biasa dianalisis dalam pendekatan ini antara lain adalah arus kas, profitabilitas, dan rasio atau indikator penerimaan perusahaan tersebut.
Selain itu, kelompok fundamentalis juga meyakini bahwa harga pasar suatu aset pada akhirnya akan sesuai dengan nilai intrinsiknya. Namun, dibutuhkan waktu yang cukup agar publik atau pasar dapat mengolah informasi dan menilai aset tersebut secara tepat.
Baca juga: Pengertian Analisis Fundamental Saham Beserta Indikator Acuannya
2. Analisis Teknikal
Pendekatan lain yang biasa digunakan oleh para pelaku pasar dalam berinvestasi adalah analisis teknikal. Dengan gaya investasi ini, para investor dapat melihat celah untuk masuk atau keluar pasar berdasarkan data historis atau pola pergerakan harga suatu aset di masa lampau.
Berbeda dengan analisis fundamental yang fokus pada peluang keuntungan berdasarkan perbedaan harga pasar dan nilai intrinsik sebuah aset, analisis teknikal lebih menekankan strategi dalam menentukan momen yang tepat untuk keluar dan masuk pasar.
Investor dengan gaya berinvestasi ini biasanya percaya bahwa aspek psikologis berpengaruh terhadap tindakan para pelaku pasar untuk mengikuti suatu pola jual-beli aset yang dapat dikenali. Misalnya, tren menjual aset ketika harga menyentuh level resistance agar investor atau trader dapat memastikan balik modal dan membukukan laba.
Para pelaku pasar yang sering menggunakan analisis teknikal biasanya bermain di instrumen saham atau kripto. Hal ini disebabkan oleh pergerakan harga kedua aset tersebut yang dinilai lebih dipengaruhi oleh momentum dan banyak pemain pasar yang memakai algoritma dalam trading.
Baca juga: Apa Itu Analisa Teknikal Saham? Pahami Pengertian dan Jenis-Jenisnya!
3. Investasi Jangka Panjang
Berdasarkan jangka waktunya, terdapat dua gaya investasi yang biasa diterapkan oleh para pelaku pasar. Pertama, investasi jangka panjang dengan prinsip “beli dan tahan”. Investasi jangka panjang biasanya digunakan oleh orang-orang yang memiliki tujuan finansial di masa depan.
Mereka akan melihat peningkatan harga dari suatu aset dalam waktu yang cukup lama. Itulah sebabnya, investor jangka panjang akan mengincar instrumen investasi yang nilainya berpotensi meningkat agar dapat memperoleh imbal hasil yang sesuai di masa mendatang. Investor dengan gaya seperti ini tidak akan menunggu sampai pasar koreksi besar-besaran karena dia sudah memiliki strategi jangka panjang.
4. Trading Harian
Gaya berinvestasi yang satu ini biasa dilakukan dengan menjual dan membeli aset berdasarkan analisis teknikal. Misalnya, berdasarkan tren pergerakan harga, volume perdagangan, atau kecepatan pergerakan harga.
Banyak orang yang menganjurkan investor pemula untuk tidak melakukan gaya investasi ini karena tingkat risikonya yang cukup tinggi dan kondisi psikologis yang berpotensi terancam jika trader mengalami kerugian gara-gara salah mengambil langkah. Untuk itu, pastikan kamu sudah memahami apa saja pendekatan analisis teknikal yang bisa digunakan sebelum terjun langsung dalam trading harian.
5. Value Investing
Gaya investasi yang satu ini sering juga disebut sebagai strategi investasi yang fokus untuk mencari aset dengan harga pasar yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai buku atau intrinsiknya. Dengan kata lain, orang yang melakukan strategi ini sering kali memilih aset yang “diremehkan” oleh pelaku pasar lainnya.
Baca juga: Nilai-nilai dalam Value Investing dan Langkah-Langkah Investasinya
Sebagai contoh, suatu perusahaan menerbitkan saham yang memiliki tingkat imbal hasil 10% bersamaan dengan kenaikan harga komoditas. Namun, harga saham perusahaan tersebut anjlok saat kegiatan ekonomi terhenti akibat pandemi. Dalam kondisi seperti ini, tingkat imbal hasil naik menjadi 15% karena investor memerlukan modal lebih sedikit untuk membeli saham tersebut.
Situasi ini membuat seorang value investor akan membeli saham tersebut dengan tujuan untuk memperoleh dividen sekaligus menunggu kenaikan harga saham ke harga normal.
6. Growth Investing
Gaya investasi lainnya adalah growth investing, yaitu strategi yang biasa digunakan oleh para pelaku pasar untuk mencari perusahaan dengan keunggulan pasar yang tinggi dibandingkan kompetitornya. Hal ini dianggap menguntungkan karena perusahaan tersebut berpotensi tetap bertahan di saat pasar sedang melemah.
Keunggulan ini biasanya dinilai berdasarkan mereknya. Misalnya, perusahaan teknologi dengan beragam hak paten semisal Google atau perusahaan teknologi dengan ekosistem produk yang solid seperti halnya Apple.
Durabilitas inilah yang membuat kinerja keuangan perusahaan-perusahaan tersebut menjadi unggul sehingga dapat terus tumbuh dan menghasilkan pendapatan, laba, serta arus kas di masa depan.
Baca juga: Mengenal Growth Investing dan Strategi Investasinya
7. Momentum Investing
Terakhir, ada momentum investing. Strategi berinvestasi yang satu ini biasanya dilakukan ketika investor membeli aset yang tingkat permintaannya sedang tinggi alias sedang naik daun. Setelah membelinya, investor akan menahannya dalam jangka pendek dan menjualnya kembali ketika harga aset kembali meroket.
Berdasarkan mekanismenya, tentu saja gaya investasi yang satu ini cocok untuk investasi jangka pendek. Apalagi, seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi di dunia keuangan, penggunaan algoritma juga makin marak digunakan untuk trading.
Demikianlah penjelasan mengenai apa saja gaya investasi yang biasa digunakan oleh para pelaku pasar untuk memperoleh keuntungan dan mencapai tujuan finansial.
Jika kamu masih berstatus sebagai investor pemula dan belum mengetahui gaya investasi seperti apa yang akan kamu implementasikan, kamu bisa mencari tahu dengan mengecek profil risikomu melalui aplikasi BMoney. Selain itu, kamu juga bisa berinvestasi dengan modal mulai dari Rp10 ribu saja. Yuk, download aplikasinya secara gratis di App Store atau Play Store!