The Goldman Sachs Group, Inc. atau biasa disebut Goldman Sachs adalah perusahaan perbankan investasi dan jasa keuangan asal Amerika yang memiliki kantor pusat di New York City.
Perusahaan perbankan investasi dengan pendapatan terbesar di dunia ini menawarkan berbagai layanan investasi semisal manajemen investasi, manajemen aset, sekuritas, kepialangan utama, penjaminan emisi, dan investasi untuk investor institusional.
Dalam dunia investasi, Goldman Sachs juga dikenal sebagai dealer utama di pasar sekuritas sekaligus Departemen Keuangan Amerika Serikat yang juga berperan sebagai pembuat pasar. Lantas, bagaimana posisinya di dalam dunia perbankan investasi? Simak penjelasan berikut ini.
Sejarah dan Perkembangan Goldman Sachs
Sebagai salah satu perusahaan dengan pendapatan terbesar di dunia, Goldman Sachs yang masuk ke dalam daftar Fortune Global 500 ini menjadi bank terpenting yang berhasil mengantongi 53,92 miliar dolar AS pada tahun 2020. Meningkatnya jumlah pendapatan bank raksasa tersebut membuat peringkatnya dalam Fortune naik 2 nomor menduduki posisi ke-202.
Meski sempat merugi sebesar 19,1 persen pada tahun yang sama, perusahaan tersebut kini memiliki keuntungan yang tergolong besar, yaitu 8,46 miliar dolar AS dengan dana kelolaan sebesar 992,96 miliar dolar AS pada asetnya.
Uniknya, perusahaan ini telah ada sejak abad ke-19 dan masih bertahan sampai sekarang. Dengan umur yang cukup tua ini, tentu prestasi Goldman Sachs tidak bisa dipandang sebelah mata.
Goldman Sachs adalah perusahaan yang didirikan oleh Marcus Goldman, seorang pria kelahiran Jerman, di New York pada 1869. Firma tersebut kemudian dijalankan bersama menantu Goldman yang bernama Samuel Sachs pada 1882. Selang tiga tahun, perusahaan tersebut mengadopsi nama yang digunakannya sampai saat ini, yaitu Goldman Sachs & Co.
Pada 1906, Goldman mulai memasuki pasar IPO dengan membawa Sears, Roebuck and Company menjadi perusahaan publik. Pada saat itu, terjalin kesepakatan antara Henry Goldman dengan pemilik Sears, Julius Rosenwald.
Pada tahun 1920, Goldman pindah dari 60 Wall Street ke bangunan 12 lantai senilai 1,5 juta dolar AS di 30-32 Pine Street. Selang delapan tahun, perusahaan tersebut meluncurkan Goldman Sachs Trading Corporation sebagai sebuah dana tertutup yang pada gilirannya tercatat sebagai dana yang gagal sepanjang Kecelakaan Pasar Saham tahun 1929.
Kegagalan tersebut digadang-gadang terjadi akibat adanya keterlibatan Goldman dalam praktik manipulasi harga saham dan perdagangan orang dalam. Untungnya, perdagangan orang dalam bukan sesuatu yang ilegal sampai akhirnya diresmikan sebagai praktik ilegal pada tahun 1934.
Baca juga: Mengenal Bank Sentral AS, The Fed atau Federal Reserve dan Fungsinya
Tokoh yang Terlibat dalam Goldman Sachs
Kegagalan selanjutnya dari Goldman Sachs adalah ketika perusahaan tersebut terlibat dalam sekuritisasi selama krisis hipotek subprima yang menyebabkan ia harus mengalami krisis finansial pada periode tahun 2007–2012.
Pengalaman tersebut membawa Goldman memperoleh investasi sebesar 10 miliar dolar AS dari Departemen Keuangan Amerika Serikat sebagai bagian dari Troubled Asset Relief Program, yakni program bantuan yang dibuat melalui Undang-Undang Stabilisasi Ekonomi Darurat 2008. Dana investasi tersebut diturunkan pada November 2008 dan berhasil dikembalikan pada Juni 2009.
Sejumlah mantan pegawai atau tokoh yang terlibat dalam perkembangan Goldman Sachs adalah beberapa orang yang pernah menempati jabatan pemerintahan. Berikut adalah beberapa tokoh yang dimaksud:
- Robert Rubin dan Henry Paulson, mantan Menteri Keuangan Amerika Serikat;
- Steven Mnuchin, Menteri Keuangan Amerika Serikat;
- John C. Whitehead, mantan Wakil Menteri Luar Negeri AS;
- Gary Cohn, mantan Kepala Penasehat Ekonomi AS;
- Phil Murphy, Gubernur New Jersey;
- Jon Corzine, mantan Gubernur New Jersey;
- Mario Monti, mantan Perdana Menteri Italia;
- Mario Draghi, mantan Presiden Bank Sentral Eropa;
- Mark Carney, mantan Gubernur Bank of Canada dan Bank of England;
- Rishi Sunak, Menteri Keuangan Britania Raya; dan
- Malcolm Turnbull, mantan Perdana Menteri Australia.
Baca juga: Silicon Valley Bank Bangkrut, Apakah Emas Jadi Alternatif?
Strategi Kesuksesan Goldman Sachs
Selama periode tahun 1970-an, Goldman Sachs dilihat sebagai perusahaan yang terus berkembang sampai akhirnya bisa menduduki peringkat ke-62 dalam daftar Fortune 500.
Saat berada di bawah pimpinan Mitra Senior Stanley R. Miller, Goldman membuka kantor internasional pertamanya di London dan membuat divisi kekayaan pribadi serta divisi pendapatan tetap pada tahun 1972.
Selang dua tahun, perusahaan tersebut memelopori strategi "ksatria putih" pada tahun 1974 dalam rangka mempertahankan Baterai Penyimpanan Listrik terhadap tawaran pengambilalihan tidak bersahabat atas International Nickel dan Goldman dari saingan Morgan Stanley. Tindakan ini meningkatkan reputasi perusahaan sebagai penasihat investasi karena Goldman berjanji untuk tidak lagi berpartisipasi dalam pengambilalihan serupa.
Goldman Sachs adalah perusahaan yang kemudian mengakuisisi J. Aron & Company, sebuah perusahaan perdagangan komoditas yang bergabung dengan divisi Pendapatan Tetap yang kini dikenal sebagai pemain di pasar kopi dan emas.
Pada tahun 1985, Goldman kemudian menjamin penawaran umum dari kepercayaan investasi real-estate yang dimiliki Rockefeller Center. Saat itu, penawaran tersebut merupakan REIT terbesar sepanjang sejarah investasi.
Pada masa pembubaran Uni Soviet, Goldman Sachs juga terlibat dalam upaya memfasilitasi gerakan privatisasi global dengan menjadi penasihat bagi perusahaan-perusahaan yang memisahkan diri dari pemerintah induknya.
Pada 1986, perusahaan membentuk Goldman Sachs Asset Management, yakni perusahaan yang bekerja dalam mengelola sebagian besar reksa dana. Pada tahun yang sama, perusahaan juga menanggung IPO Microsoft, menyarankan General Electric pada akuisisi RCA dan bergabung dengan bursa saham London dan Tokyo.
Baca juga: Resesi Ekonomi: Pengertian, Efek, Penyebab, dan Kebijakan Mengatasinya
Goldman Sachs di Indonesia
Seperti yang sudah disinggung di atas, Goldman juga memiliki banyak anak perusahaan yang bergerak di berbagai negara, termasuk Indonesia. Di Indonesia, Goldman melakukan branding atas nama PT Goldman Sachs Indonesia Sekuritas (“Perseroan”) sebagai perusahaan penjamin emisi efek Indonesia yang didirikan pada tahun 2014.
Perseroan tersebut telah mendapatkan izin sebagai penjamin emisi efek dengan surat keputusan No. KEP-51/D.04/2015 tertanggal 25 September 2015 dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Berdasarkan keputusan tersebut, Perseroan menjalankan kegiatan bisnis berupa pemberian jasa keuangan dan melaksanakan kegiatan penjaminan emisi efek di Indonesia.
Dengan didukung oleh Goldman Sachs Group, Inc., PT Goldman Sachs Indonesia Sekuritas menjalankan kegiatan operasionalnya dengan misi menciptakan nilai dan memberikan jasa keuangan terbaik bagi klien, serta memastikan agar Perseroan senantiasa bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip bisnis Goldman Sachs.
Penting untuk diketahui bahwa Goldman Sachs tidak menerima simpanan dari dan/atau menawarkan layanan keuangan kepada investor ritel atau individu di Indonesia. Oleh karena itu, jika ada perusahaan yang menawarkan layanan tersebut, bisa dipastikan bahwa hal tersebut adalah penipuan.
Demikianlah penjelasan tentang sejarah dan perkembangan Goldman Sachs sampai akhirnya menjadi salah satu perusahaan perbankan dan investasi raksasa di dunia yang telah bertahan sejak abad ke-19.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, Goldman Sachs di Indonesia adalah perusahaan penjamin efek yang tidak menawarkan layanan investasi kepada individu atau investor retail sehingga kamu tidak bisa berinvestasi di perusahaan tersebut secara mandiri.
Kamu yang ingin berinvestasi di perusahaan raksasa lainnya bisa memilih alternatif emiten besar lainnya yang terdaftar sebagai top emiten di layanan investasi BMoney. Kamu juga bisa memantau pergerakan harga saham yang dipilih secara real-time dan melakukan transaksi saham di aplikasi tersebut. Mau coba? Download aplikasinya sekarang di Play Store atau App Store.