Dunia investasi saat ini sedang menghadapi pergeseran signifikan, dengan imbal hasil Treasury AS meningkat menyebabkan Dolar AS menguat. Hal ini telah memicu kekhawatiran para pelaku pasar terkait dampaknya kepada ekonomi global dan membuat investor waspada mengelola portofolio mereka.
Bagaimana pergeseran ini akan memengaruhi rencana investasi Anda? Simak analisis mendalam mengenai situasi ini dan temukan strategi terbaik bersama Bmoney!
Kilas Balik Pekan Lalu
IHSG turun 1,12% ke 6.849,168
IHSG turun 1,12% ke 6.849,168 pekan lalu. Investor asing mencatat penjualan bersih sebesar Rp3,01 triliun di semua pasar. Peningkatan masih disokong sektor infrastruktur yang tumbuh hingga 13,49% dengan BREN melonjak 313,33% dalam sepekan. BBRI (-4,27%) dan BMRI (-5,35%), menjadi top market laggard serta saham yang paling banyak dijual bersih asing, bersama dengan BBCA, ASII, GOTO, AKRA, ISAT, BTPS, INDF, dan SMGR.
Imbal Hasil Obligasi Pemerintah AS dan Indonesia Melonjak
Imbal hasil obligasi pemerintah AS dan Indonesia tenor 10 tahun melonjak 29,8 bps dan 39,8 bps, masing-masing menjadi 4,91% dan 7,27%. Harga emas ANTAM ikut naik 3,73% menjadi Rp1,112 juta/gram dan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS sebesar 1,09% menjadi 15.875. Harga minyak naik, dengan kontrak berjangka WTI melonjak 0,68% menjadi US$88,3/barel.
Rilis Ekonomi Menguat
Rilis ekonomi global yang menunjukkan angka yang lebih kuat dan Bank Indonesia secara tak terduga meningkatkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 6,00% melemahkan minat risiko investor.
Konflik Israel Hamas
Melemahnya minat risiko secara global juga diakibatkan kekhawatiran konflik Israel dengan Hamas yang dapat bereskalasi menjadi perang yang lebih luas di Timur Tengah.
Penjualan Ritel AS Tumbuh Pesat
Data penjualan ritel AS tumbuh lebih pesat dari perkiraan. Sementara itu, sebagian besar pejabat The Fed mengisyaratkan bahwa suku bunga akan tetap stabil, sehingga pasar semakin yakin bahwa tidak akan ada kenaikan suku bunga di pertemuan FOMC berikutnya.
Imbal Hasil Obligasi Pemerintah AS Melampaui 5%
Imbal hasil untuk obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun melampaui 5% untuk pertama kalinya dalam 16 tahun terakhir pada Kamis (19/10). Fenomena ini dapat memperkuat dolar AS dan membuat rupiah tertekan dalam jangka pendek, serta dapat berdampak pada perekonomian AS dalam jangka menengah-panjang karena tingkat suku bunga hipotek, kartu kredit, pinjaman mobil, dan lainnya akan ikut naik.
Outlook Pekan Ini
Pekan Laporan Keuangan AS
Pekan laporan keuangan AS berpotensi mengalihkan fokus investor dari berita konflik di Timur Tengah dan kenaikan tajam imbal hasil obligasi pemerintah. Beberapa perusahaan besar yang dijadwalkan akan melaporkan hasilnya termasuk Amazon (AMZN), Microsoft (MSFT), Meta Platforms (META) (preview), Coca-Cola (NYSE:KO) (analisis), AbbVie (ABBV) (analisis), dan Chevron (CVX) (analisis).
European Central Bank (ECB)
European Central Bank (ECB) akan mengumumkan keputusan suku bunganya pada 26 Oktober. Tingkat suku bunga diperkirakan akan tetap dipertahankan setelah dinaikkan sebanyak 450 poin sejak Juli 2022.
Periode Blackout The Fed
Anggota The Fed akan berada dalam periode blackout jelang pertemuan FOMC berikutnya pada 1 November. Namun, tebak-tebakan "berapa lama lagi suku bunga tetap dipertahankan" akan terus berlanjut.
Berita Emiten Terkini
AKRA
Presiden Komisaris dan Direktur Utama PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) kembali melakukan pembelian saham perusahaannya masing-masing sebanyak 241.000 & 301.200.
INCO
PT Vale Indonesia Tbk (INCO) optimistis mencapai target produksi setahun penuh di kisaran 70.000 ton nikel dalam matte. Hingga September 2023, capaian produksi sudah mencapai 51.644 ton nikel dalam matte.
SMMT
Geo Energy Resources Limited melaporkan telah merampungkan proses akuisisi terhadap 58,65% saham PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT) dari Rajawali Corp pada 20 Oktober 2023.
HRTA
Menguatnya harga emas yang disebabkan oleh konflik yang terjadi di Timur Tengah membuat PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) yakin bahwa harga jual rata-rata logam mulia Hartadinata masih akan bertumbuh hingga 10%.
Kinerja Aset Pekan Lalu
Kalender Ekonomi Pekan Ini
Selasa
12.00: CPI Inti Bank of Japan
13.00: Tingkat Pengangguran Inggris
20.45: PMI Jasa Global S&P AS
Rabu
07.30: CPI Q3 Australia
19.00: Building Permits AS
21.00: New Home Sales AS
Kamis
03.35: Pidato Jerome Powell
19.15: Suku Bunga Zona Euro
19.30: Durable Goods Orders AS
19.30: PDB Q3 AS
19.30: Neraca Dagang Barang AS
19.30: Initial Jobless Claims AS
19.45: Konferensi Pers ECB
21.00: Pending Home Sales AS
Jumat
07.30: PPI Q3 Australia
19.30: PCE September AS
19.30: Personal Spending AS
Ide Pilihan Produk Pekan Ini
Sobat Cuan BMoney masih dapat menggunakan strategi barbel untuk menyeimbangkan tingkat risiko portofolio.
Untuk aset dengan risiko yang lebih rendah, pilih reksa dana pendapatan tetap berdurasi pendek. Sebagai penyeimbang, pilih aset yang lebih berisiko seperti reksa dana campuran dan reksa dana saham yang dikelola aktif di sektor Keuangan, Barang Baku, Energi, Infrastruktur, dan Barang Konsumen.
Rekomendasi Produk BMoney
(Performa Year to Date per 20 Oktober 2023)
Reksa Dana Pasar Uang
TRIM Kas 2 Kelas A | +3,40% |
Syailendra Dana Kas | +3,31% |
Reksa Dana Pendapatan Tetap
Sucorinvest Stable Fund | +2,39% |
Reksa Dana Saham
Ashmore Dana Progresif Nusantara | +1,98% |
Batavia Dana Saham | +1,47% |
Disclaimer: Kinerja masa lalu tidak mencerminkan proyeksi kinerja yang akan datang. Calon pemodal wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana. Investasi reksa dana mengandung risiko, pelajari sebelum berinvestasi.