Pengertian Instrumen Derivatif, Contoh, dan Implementasi Pajaknya

Uji Agung Santosa

02 Januari 2023

Mengenal instrumen derivatif dan jenisnya (123rf.com)
Mengenal instrumen derivatif dan jenisnya (123rf.com)

Dalam dunia keuangan, terdapat salah satu instrumen yang sudah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), namun tidak sepopuler instrumen lain seperti halnya reksa dana, saham, dan obligasi atau surat utang. Instrumen tersebut adalah derivatif, yaitu surat kontrak perjanjian yang dilakukan antara dua pihak atau lebih dengan tujuan untuk melakukan jual beli aset atau komoditas.

Salah satu instrumen derivatif yang paling dikenal dalam dunia investasi adalah derivatif keuangan yang juga telah terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI). Produk tersebut terdiri atas saham, obligasi, mata uang, serta instrumen keuangan lainnya.

Meskipun sudah termasuk kategori instrumen investasi, belum banyak investor yang mengetahui derivatif beserta produknya. Padahal, instrumen tersebut juga menawarkan potensi keuntungan yang cukup besar seperti halnya saham dan obligasi.

Lantas, apa itu instrumen derivatif? Simak penjelasan lengkapnya di sini.

 

Baca juga: Pahami Apa Itu Screening Saham dan Alasan Harus Melakukannya!

Pengertian Derivatif 

Pengertian Instrumen Derivatif
Pengertian Instrumen Derivatif

Dari sekian banyak instrumen investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), derivatif merupakan salah satu instrumen yang belum dikenal banyak orang. Pasalnya, instrumen yang satu ini mungkin tidak sering dibicarakan oleh para investor, khususnya investor pemula. Padahal, keberadaan sekuritas derivatif sudah tercatat di BEI.

Lalu, apa itu derivatif?

Instrumen derivatif adalah instrumen berupa kontrak yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih untuk melakukan perjanjian jual beli aset atau komoditas. Kontrak tersebut digunakan sebagai objek yang diperdagangkan dengan harga yang telah disepakati dalam perjanjian di atas.

Nilai harga kontrak perdagangan derivatif yang akan muncul di masa depan biasanya dipengaruhi oleh harga aset ataupun komoditas dari induk tersebut.

Konsep derivatif ini pertama kali diperkenalkan pada 1949 di Chicago, Amerika Serikat. Saat itu, petani di Chicago sedang panen gandum sehingga harganya menurun karena stoknya berlebih. Sebaliknya, saat tidak panen, harga komoditas tersebut melambung tinggi karena kelangkaannya. Inilah yang membuat para petani di Chicago sering mengalami kerugian.

Untuk mengatasinya, maka diberlakukanlah instrumen keuangan derivatif berupa kontrak pembelian gandum yang dikeluarkan oleh Chicago Mercantile Exchange untuk menjaga stabilitas harga gandum. Dengan adanya produk derivatif, para petani dapat menjual gandum hasil panen mereka sesuai dengan harga yang tertera pada kontrak tersebut.

Dengan begitu, para petani tidak perlu menjual seluruh hasil panen mereka ke Chicago. Mereka bisa menyimpan hasil panen mereka untuk dijual kembali di masa depan dengan harga yang tertera di surat kontrak tersebut. Demikianlah awal mula mekanisme derivatif dilakukan dalam dunia perdagangan dan investasi.

Singkatnya, cara kerja derivatif diimplementasikan berdasarkan kontrak perjanjian perdagangan derivatif yang sudah disepakati sebelumnya. Itulah sebabnya, instrumen derivatif dianggap sebagai instrumen berisiko tinggi karena memanfaatkan perkiraan harga di masa depan dengan potensi imbal hasil yang tinggi.

Baca juga: Penting, Begini Taktik Saat Menghadapi Golden Cross Saham!

Jenis dan Contoh Instrumen Derivatif

Jenis dan Contoh Instrumen Derivatif
Jenis dan Contoh Instrumen Derivatif

Jenis-jenis instrumen derivatif bisa dibedakan menjadi beberapa kategori. Umumnya, instrumen ini dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu derivatif yang dijual di pasar sekunder dan derivatif di luar bursa. Berikut adalah beberapa jenis dan contoh derivatif.

1. Kontrak Serah

Sesuai dengan namanya, perjanjian yang dilakukan antara dua pihak atau lebih ini dilakukan dengan cara menyerahkan atau membeli aset atau komoditas dengan harga, jumlah, dan tanggal penyerahan yang sudah disepakati sebelumnya. Kontrak serah dapat dinyatakan selesai jika komoditas atau valuta asing sudah diserahkan secara fisik. Penyerahan aset atau komoditas ini disebut juga penyerahan secara neto.

2. Kontrak Berjangka

Masih sama dengan kontrak serah, jenis derivatif ini juga dilakukan oleh dua pihak atau lebih dengan tujuan untuk melakukan transaksi komoditas yang harga, jumlah, dan tanggal penyerahannya sudah disetujui terlebih dulu. Perbedaannya terletak pada tempat dilakukannya transaksi kontrak. Kontrak berjangka diperdagangkan secara teratur di bursa berjangka.

3. Kontrak Opsi

Jenis derivatif yang satu ini biasa digunakan untuk melindungi investor dari risiko atau nilai (hedging). Ada dua jenis kontrak opsi yang biasa dilakukan, yaitu opsi jual dan opsi beli. 

Opsi jual (put option) adalah penyerahan hak kontrak kepada pemiliknya untuk menjual suatu aset tertentu, sedangkan opsi beli (call option) adalah penyerahan hak kontrak kepada pemiliknya untuk membeli suatu aset. Kedua pihak tersebut mempunyai hak untuk menjual atau membeli, tapi tidak berkewajiban untuk melakukan transaksi sesuai harga yang tertera di dalam kontrak opsi.

4. Swap

Jenis derivatif yang terakhir adalah swap, yaitu kontrak berisi perjanjian untuk saling menukar arus kas dalam jangka waktu tertentu yang dilakukan secara berkesinambungan. Contoh instrumen derivatif yang satu ini adalah interest rate swap.

Interest rate swap merupakan transaksi yang harganya cenderung fluktuatif dan berfungsi sebagai pelindung perusahaan dalam menghadapi fluktuasi suku bunga. Secara umum, jenis derivatif ini memungkinkan kedua belah pihak pemilik kontrak untuk melakukan negosiasi harga secara langsung.

Baca juga: Swing Trading: Kelebihan, Kelemahan, dan Indikator

Implementasi Pajak Instrumen Derivatif

Pajak Instrumen Derivatif
Pajak Instrumen Derivatif

Setelah mengetahui pengertian beserta jenis dan contoh instrumen derivatif, saatnya kamu memahami bagaimana implementasi pajak instrumen derivatif. Salah satu dasar hukum yang digunakan untuk mengatur derivatif adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari Transaksi Derivatif Berupa Kontrak Berjangka yang Diperdagangkan di Bursa. 

Dalam peraturan tersebut, dinyatakan bahwa penghasilan yang diperoleh dari transaksi derivatif akan dikenakan pajak penghasilan final (PPh Final). Tarif pajak yang dimaksud di dalam peraturan tersebut adalah sebesar 2,5% dari margin awal. 

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa instrumen derivatif merupakan salah satu instrumen investasi yang mewajibkan pelakunya untuk membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku.

Baca juga: Tips Menghindari Penipuan Robot Trading

Demikianlah informasi terkait pengertian, jenis dan contoh, serta implementasi pajak instrumen derivatif yang bisa kamu pelajari. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, derivatif termasuk ke dalam instrumen investasi sehingga transaksi derivatif cenderung menggunakan pendekatan harga yang spekulatif. 

Oleh karena itu, transaksi derivatif termasuk ke dalam instrumen yang memiliki risiko tinggi jika dibandingkan dengan instrumen lainnya, seperti saham dan obligasi. Jika kamu termasuk investor pemula yang tidak ingin mengambil risiko, cobalah untuk memulai investasi di instrumen reksa dana.

Selain bisa dilakukan dengan mudah, kamu juga bisa memulainya dengan modal yang sangat minim. Untuk mencobanya, kamu bisa menggunakan aplikasi investasi BMoney dan memulai investasi reksa dana dengan modal sebesar Rp10 ribu saja. Download aplikasinya sekarang di Play Store atau App Store sekarang!

 

Artikel menarik lainnya

reksadana_hero_image

Selalu update bareng komunitas investor BMoney!