Margin of safety merupakan salah satu prinsip terkenal yang banyak digunakan investor sebagai panduan dalam berinvestasi. Meski konsepnya lahir sejak lama, pengaplikasiannya tak lekang oleh waktu dan masih relevan hingga kini.
Banyak investor menggunakan konsep ini sebagai acuan dalam mempertimbangkan penempatan suatu investasi. Mudahnya, apakah suatu aset mengindikasikan pertumbuhan perusahaan yang baik atau tidak, dan apakah berpotensi mendapatkan keuntungan atau tidak bisa dilihat dari margin tersebut.
Lebih lanjut, mari menyelisik apa itu margin of safety, seperti apa rumus margin of safety dan cara menghitungnya, hingga kelebihan dan kekurangannya dalam dunia investasi.
Baca juga: Mengenal Margin Call Dalam Trading dan Forex Serta Cara Menghindarinya
Mengenal Margin Of Safety
Margin of safety atau batas aman pada dasarnya merupakan prinsip investasi yang memungkinkan investor hanya membeli sekuritas ketika harga pasar secara material berada jauh di bawah nilai intrinsiknya.
Nilai intrinsik yang dimaksud merupakan nilai sebenarnya dari aset perusahaan atau nilai dari suatu aset yang berlaku sekarang. Nah, untuk menentukan nilai intrinsik suatu saham ini sifatnya sangat subjektif karena setiap investor memiliki cara yang berbeda dalam menghitungnya.
Dalam ruang lingkup investasi, margin of safety sendiri sering kali dihitung dengan perkiraan. Oleh sebab itu, jika dianalogikan, membeli harga saham di bawah nilai intrinsik tak ubahnya membeli barang berkualitas tinggi dengan harga murah.
Ditilik dari sejarahnya, prinsip investasi margin of safety dipopulerkan oleh seorang investor Amerika kelahiran Inggris yang juga dikenal sebagai ‘bapak nilai investasi’ (value investing) bernama Benjamin Graham.
Pada tahun 1934, Benjamin Graham bersama rekannya yang bernama David Dodd merilis buku berjudul The Security Analysis. Buku tersebut menjelaskan bahwa margin of safety adalah perbedaan antara harga yang beredar pada saat ini dengan nilai intrinsik yang dimiliki saham.
Gambarannya begini, seorang calon investor membeli saham seharga Rp2 ribu per lembar dengan nilai intrinsik Rp5 ribu per lembar. Maka, selisih Rp2 ribu merupakan margin of safety. Angka tersebut terbilang cukup besar, menandakan saham aman untuk dibeli. Sebaliknya, apabila margin of safety-nya terlalu kecil atau beda tipis, pembelian saham bisa dibilang cukup berisiko.
Baca juga: Swing Trading: Kelebihan, Kelemahan, dan Indikator
Cara Kerja Margin of Safety
Warren Buffett, investor kawakan yang juga dikenal mengikuti konsep berinvestasi ala Benjamin Graham mendefinisikan margin of safety semacam membeli US$1 seharga US$50 sen. Dalam konteks saham, ini berarti membeli saham yang harganya dinilai murah, tapi bukan berdasarkan harga per lembarnya, melainkan secara valuasi atau undervalue.
Untuk pembelian saham, Warren Buffet menarget harga yang terdiskon secara valuasi sebesar 50 persen. Sementara itu, Benjamin Graham sendiri memiliki prinsip utama dalam margin of safety yaitu hanya akan membeli saham jika nilai intrinsiknya adalah 2 per 3 dari harga saham tersebut.
Bercermin dari perbedaan di atas, dapat disimpulkan bahwa margin of safety yang ideal bisa bervariasi. Umumnya, investor akan membayar setidaknya 90 persen dari nilai intrinsik sekuritas jika saham dianggap memiliki kualitas tinggi dan hanya 50 persen atau kurang jika investasi dianggap bersifat spekulatif.
Itulah mengapa margin of safety sering kali dijadikan patokan untuk menentukan kapan waktu yang tepat membeli saham atau sekuritas. Hal ini disebabkan oleh konsep tersebut tidak hanya membantu calon investor dalam memprediksi seberapa besar untung rugi saat berinvestasi, tapi juga memastikan investor dapat memperkecil risiko kerugian atau dikenal sebagai risiko penurunan (downside risk). Dengan demikian, nantinya investasi bakal hanya diterapkan pada sesuatu yang masuk akal, dan dengan risiko lebih rendah.
Mudahnya, semakin mahal nilai intrinsik dibandingkan dengan nilai pasarnya, maka semakin baik dan semakin tinggi nilai margin of safety. Semakin tinggi nilai margin of safety, maka semakin besar ketahanan saham terhadap penurunan pasar.
Dengan kata lain, semakin tinggi nilai margin of safety, maka risiko investasi akan semakin rendah. Alhasil, investor akan tetap mendulang untung walaupun terjadi penurunan penjualan.
Baca juga: Right Issue adalah: Pengertian, Nilai dan Periode, serta Keuntungannya
Rumus Margin of Safety
Besaran margin of safety bersifat subjektif bisa saja berbeda antara satu investor dengan investor lainnya. Hal ini terjadi karena margin of safety bisa ditetapkan berdasarkan profil risiko masing-masing investor, dan tergantung pada pendekatan yang dipakai saat mencari valuasi. Berikut rumus margin of safety:
Margin of Safety: 1 – (harga saham / nilai intrinsik) x 100 persen
Cara menggunakan rumus margin of safety dalam investasi adalah dengan mencari tahu dulu berapa harga saham saat ini dan berapa nilai intrinsiknya. Lantas, bagaimana cara menghitung nilai intrinsik untuk menemukan margin of safety?
Menghitung Nilai Intrinsik
Untuk menghitung nilai intrinsik suatu saham kamu bisa menggunakan rumus yang diperkenalkan Benjamin Graham seperti berikut:
Nilai intrinsik = (EPS x (8,5 + 2g) x 4,4) / Y
Keterangan:
- EPS adalah earning per share tahunan
- 8,5 merupakan indikator P/E yang dianggap normal jika perusahaan dalam kondisi tidak mencatat pertumbuhan
- G adalah harapan pertumbuhan rata-rata harga saham setidaknya dalam kurun waktu 7 hingga 10 tahun ke depan
- 4,4 adalah rata-rata suku bunga obligasi korporasi. Angka ini digunakan sebagai patokan ketika rumus nilai intrinsik diperkenalkan pada 1962 dan boleh diubah menyesuaikan dengan data terbaru.
- Y merupakan suku bunga korporasi grade AAA atau memiliki kualitas terbaik
Rumus nilai intrinsik di atas menerapkan asumsi makro semisal yield obligasi korporasi dan risk free rate untuk pasar Amerika. Dengan kata lain, perhitungan tersebut bakal berbeda dengan pasar Indonesia. Meski begitu, kamu juga bisa menggunakan beberapa rumus lain untuk menghitung nilai intrinsik.
Baca juga: Value Investing adalah: Pengertian, Nilai Intrinsik, dan Langkah-langkahnya
Contoh Perhitungan Margin of Safety
Agar lebih paham terkait margin of safety, berikut sejumlah contoh perhitungan saham yang bisa kamu gunakan sebagai gambaran.
Diketahui bahwa harga saham X yang berlaku hari ini adalah Rp182, sedangkan nilai intrinsiknya adalah Rp152. Dengan demikian, diketahui bahwa harga saham X yang berlaku hari ini lebih tinggi dari nilai intrinsiknya. Nah, apabila saham tersebut kemudian dibeli seharga Rp182, maka risiko yang ditanggung akan lebih tinggi. Jadi, jika saham tersebut dibeli pada harga Rp182 hari ini, maka risiko yang ditanggung akan lebih tinggi, meskipun saham X memiliki nilai wajar di Rp182.
Itulah mengapa diperlukan margin of safety untuk meminimalisasi risiko atau membatasi kerugian secara berlebih. Misalnya, sebesar 25 persen sehingga target harga pembeliannya adalah Rp112. Rincian perhitungannya sebagai berikut:
25 |
= |
(152-X)/152 x 100 |
25/100*152 |
= |
152 - X |
X |
= |
152 – 40,5 |
|
= |
111,5 = 112 |
Terakhir, harga pembelian perlu ditetapkan pada Rp112 untuk benar-benar membatasi risiko penurunan. Melalui penggunaan metode ini, kamu bisa tetap membeli saham dengan percaya diri sekalipun harga saham turun ke Rp112.
Baca juga: Memahami Apa Itu Order Book Saham dan Cara Membacanya
Kekurangan Margin of Safety
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, margin of safety merupakan prinsip investasi yang sangat subjektif lantaran sulit menentukan nilai intrinsik suatu perusahaan. Agar lebih jelas, berikut sejumlah kekurangan margin of safety yang perlu diketahui:
1. Berlandaskan faktor subjektif
Kekurangan utama margin of safety adalah mengharuskan lebih dulu menghitung nilai intrinsik saham. Padahal, cara menghitung nilai intrinsik ini bervariasi dan bergantung pada pendekatan yang ingin dipakai oleh analis atau investor. Apalagi, hasil perhitungannya juga belum tentu akurat. Faktor-faktor tersebut itulah yang membuat konsep margin of safety jadi terlalu subjektif.
2. Tetap berisiko
Margin of safety memang dianjurkan digunakan sebagai teknik manajemen risiko dalam berinvestasi. Namun, bukan berarti setelah digunakan dapat menghilangkan risiko itu sendiri. Misalnya, margin yang lebar tidak menjadi jaminan bahwa investor akan selalu untung tanpa kehilangan uangnya. Sebaliknya, margin terlalu lebar justru bisa mengurangi imbal hasil.
3. Hanya dengan imbal hasil optimal
Investor yang memprioritaskan pertumbuhan perusahaan umumnya tidak tertarik dengan margin yang besar. Ini karena mereka biasanya tertarik mendapat imbal hasil lebih besar sehingga tak keberatan menerima risiko lebih besar. Walaupun ada tantangan tersendiri saat menghitung nilai intrinsik perusahaan terutama di industri yang sedang berkembang, tetapi investor macam ini justru berupaya mengoptimalkan imbal hasil.
Kelebihan Margin of Safety
Di samping kekurangannya, tentu ada lebih banyak lagi kelebihan yang ditawarkan oleh perhitungan margin of safety. Berikut sejumlah kelebihannya:
1. Memprediksi beragam risiko
Konsep margin of safety dapat membantu investor memprediksi beragam jenis risiko karena akan ada banyak hal yang diperhitungkan dalam menciptakan margin yang lebar. Mulai dari pergerakan pasar saham, hal-hal spesifik terkait perusahaan, hingga memperhitungkan adanya penilaian investor yang tidak tepat.
2. Belajar dari kesalahan
Dalam berinvestasi, melakukan kesalahan adalah hal yang wajar. Namun, melalui konsep ini seorang investor diberi kesempatan lebih banyak untuk belajar dari kesalahannnya secara lebih aman. Misalnya, ketika kamu berinvestasi dengan margin cukup lebar, masih ada celah yang aman saat melakukan kesalahan.
3. Menghindari keputusan gegabah
Konsep ini mengajak orang untuk secara mandiri mengelola keputusannya dalam berinvestasi. Alih-alih mengikuti tren pasar seperti membeli saham yang sedang tren atau banyak diperbincangkan, margin of safety justru menuntut investor membuat margin yang aman sehingga terhindar dari membuat keputusan gegabah yang hanya mengikuti tren.
Demikian penjelasan mengenai apa itu margin of safety yang biasa dijadikan sebagai tolok ukur dalam mengambil keputusan saat berinvestasi. Kunjungi laman BMoney serta download aplikasinya di Play Store atau App Store untuk mendapatkan berbagai informasi lainnya terkait investasi.