Narasi Higher-for-Longer Warnai Bulan Oktober

Rafika Primadesti

06 November 2023

Narasi Higher-for-Longer Warnai Oktober
Narasi Higher-for-Longer Warnai Oktober

Oktober ditutup oleh narasi higher-for-longer yang mendominasi pasar investasi global. Dari kenaikan imbal hasil obligasi hingga ketegangan inflasi, bulan lalu memunculkan diskusi seputar strategi investasi di tengah ketidakpastian yang terus berlanjut.

Mari kita lihat bagaimana narasi ini telah membentuk keputusan investasi dan memengaruhi arus global selama sebulan terakhir.

Kilas Balik Bulan Lalu

Oktober Menjadi Bulan yang Menantang

Oktober menjadi bulan yang menantang, baik secara global maupun domestik. IHSG turun 2,70% sepanjang bulan, terutama ditekan sektor teknologi (-11,08%). Sementara itu, Sri-Kehati dan MSCI Indonesia turun lebih dalam lagi, masing-masing 5,33% dan 5,85%.

Imbal Hasil Obligasi Pemerintah AS dan Indonesia Naik

Imbal hasil obligasi Treasury AS dan pemerintah Indonesia tenor 10 tahun naik 35,5 bps dan 15,9 bps menjadi 4,93% dan 7,17%.

Harga Emas ANTAM Naik

Harga emas ANTAM naik 7,41% menjadi Rp1.131.000/gr, sementara nilai tukar rupiah melemah 2,27% terhadap dolar AS menjadi Rp15.845/US$1. Harga batu bara dan minyak mentah WTI masing-masing turun 21,34% dan 8,68% menjadi US$123,5/MT dan US$82,9/barel.

Dampak Kenaikan Suku Bunga The Fed

Dampak dari upaya The Fed dalam menaikkan suku bunga secara agresif mulai terlihat dari pasar tenaga kerja yang melambat akibat turunnya perekrutan pada Oktober, sehingga tingkat pengangguran sedikit naik menjadi 3,9%. Namun, tenaga kerja AS tetap dapat memperoleh pendapatan yang lebih tinggi di tengah demonstrasi pekerja yang terus berlangsung.

Situasi tersebut memberikan ruang bagi The Fed untuk menjaga suku bunga di target range 5,25-5,50% pada bulan Desember dan memperkuat pandangan pasar bahwa The Fed telah selesai dengan kenaikan suku bunga. Tampaknya, para investor telah berkompromi dengan narasi "tingkat yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama (higher for longer)", baik dalam hal suku bunga, inflasi, maupun imbal hasil obligasi.

Outlook Bulan Ini

Pada awal bulan November ini, saham-saham beranjak pulih dan imbal hasil obligasi Treasury AS kembali turun. Menurut LPL Financial, November menjadi bulan terkuat secara historis AS untuk saham sejak 1950. Data dari Bespoke Investment Group mencatat bahwa Indeks Dow Jones mengalami kenaikan rata-rata lebih dari 1% pada November selama 100 tahun terakhir.

Meskipun tren domestik berkata sebaliknya, dimana dalam 10 tahun terakhir hanya 3 tahun yang mencatat pertumbuhan positif, penguatan pasar domestik diharapkan tetap terjadi bulan ini mengingat earnings yield IHSG di level 7,3% sangat atraktif, apalagi didukung oleh tingkat suku bunga Bank Indonesia yang telah mencapai 6,00% dan inflasi yang masih berada dalam target di kisaran 2-4%.

Berita Emiten Terkini

PANR

PT Panorama Sentrawisata Tbk (PANR) mencatatkan pendapatan sebesar Rp2 triliun hingga kuartal III-2023 alias naik 140% dari periode yang sama tahun 2022.

UNTR

PT United Tractors Tbk (UNTR) menyerap belanja modal atau capital expenditure sebesar Rp13,8 triliun sampai dengan kuartal III-2023.

INDY

PT Indika Energy Tbk (INDY) telah menyerap belanja modal atau capital expenditure sebesar US$104,9 juta atau setara Rp1,62 triliun hingga September 2023.

PTBA

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatatkan laba bersih sebesar Rp3,8 triliun hingga September 2023.

Kinerja Aset Pekan Lalu

Kinerja Aset Oktober
Kinerja Aset Oktober 2023

Kalender Ekonomi Pekan Ini

Senin

08.12: PDB Q3 Indonesia

Selasa

10.00: Neraca Dagang Tiongkok
10.30: Suku Bunga Australia
11.00: Cadangan Devisa Indonesia
17.30: Suku Bunga Rusia
20.30: Neraca Dagang AS

Rabu

10.00: IKK Indonesia
14.00: CPI Oktober Jerman
21.15: Pidato Jerome Powell

Kamis

06.50: Neraca Dagang Jepang
08.30: CPI & PPI Oktober Tiongkok
10.00: Penjualan Ritel Indonesia
20.30: Initial Jobless Claims AS

Jumat

02.00: Pidato Jerome Powell
14.00: PDB Q3, Produksi Industri, Neraca Dagang Inggris

Ide Pilihan Produk Pekan Ini

Bulan November ini diharapkan dapat menjadi momentum bangkitnya saham dan obligasi. Sobat Cuan BMoney dapat melanjutkan strategi barbel dengan alokasi 50% di produk berisiko rendah seperti reksa dana pasar uang, dan 50% lainnya di produk reksa dana saham baik yang dikelola secara aktif maupun indeks di sektor Keuangan, Infrastruktur, Energi, Barang Baku, Barang Konsumsi, dan Kesehatan.

Baca juga: Harga Emas Tembus US$2.000 per Troy Ons!

Rekomendasi Produk BMoney

(Performa Year to Date per 3 November 2023)

Reksa Dana Pendapatan Tetap

TRIM Dana Tetap 2 +3,72%
Ashmore Dana Obligasi Nusantara +3,48%

Reksa Dana Campuran

Sucorinvest Premium Fund +3,97%

Reksa Dana Saham

Batavia Disruptive Equity +4,59%
Syailendra MSCI Indonesia Fund +5,35%

Disclaimer: Kinerja masa lalu tidak mencerminkan proyeksi kinerja yang akan datang. Calon pemodal wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana. Investasi reksa dana mengandung risiko, pelajari sebelum berinvestasi.

Mulai Investasi Saham, Daftar Aja Udah Cuan

Artikel menarik lainnya

reksadana_hero_image

Selalu update bareng komunitas investor BMoney!