Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tren surplus neraca perdagangan Indonesia telah berlangsung berturut-turut sejak Mei 2020. Bahkan secara kumulatif, surplus neraca perdagangan tertinggi terjadi sepanjang tahun 2022 sebesar USD54,46 miliar.
Surplus neraca perdagangan juga terjadi di beberapa bulan terakhir. Pada Juni 2023 terjadi surplus neraca perdagangan sebesar USD3,45 miliar, turun menjadi USD1,31 miliar pada Juli 2023. Terakhir pada bulan Agustus 2023, BPS mencatat terjadi surplus neraca perdagangan sebesar USD3,12 miliar.
Pertumbuhan positif ini dinilai mendukung target pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia dan pemulihan ekonomi nasional, meski di sisi lain juga menimbulkan kekhawatiran. Lantas, apa itu neraca perdagangan dan bagaimana pengaruhnya pada pasar saham di Indonesia?
Pengertian Neraca Perdagangan
Neraca perdagangan, juga dikenal sebagai neraca perdagangan luar negeri atau disebut trade balance dalam bahasa Inggris, adalah suatu konsep dalam ekonomi yang mengukur perbedaan antara nilai ekspor (barang dan jasa yang dijual ke luar negeri) dan nilai impor (barang dan jasa yang dibeli dari luar negeri) dari suatu negara dalam suatu periode waktu tertentu. Biasanya neraca perdagangan dihitung per bulan, per kuartal, atau dalam periode satu tahun.
Neraca perdagangan kerap dijadikan indikator penting dalam analisis ekonomi makro dan mencerminkan bagaimana suatu negara berinteraksi dalam perdagangan internasional. Terutama untuk mengevaluasi kesehatan ekonomi suatu negara, tingkat daya saingnya dalam perdagangan internasional, serta dampaknya terhadap mata uang negara tersebut.
Perubahan dalam neraca perdagangan dapat memengaruhi kebijakan ekonomi, termasuk kebijakan perdagangan dan mata uang. Ada tiga kondisi neraca perdagangan yang umum terjadi, yakni surplus, defisit, dan seimbang.
Baca juga: Mengenal Agio Saham, Manfaat, Jenis, dan Cara Menghitungnya
Surplus terjadi ketika nilai ekspor suatu negara lebih besar dibanding nilai impornya dalam periode waktu tertentu. Ini berarti negara tersebut menghasilkan lebih banyak pendapatan dari ekspor ketimbang yang dihabiskan untuk impor. Surplus dapat meningkatkan cadangan devisa suatu negara dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Sebaliknya, defisit terjadi ketika nilai impor suatu negara lebih besar dibanding nilai ekspornya dalam periode waktu tertentu. Ini berarti negara tersebut menghabiskan lebih banyak uang untuk impor ketimbang yang diperoleh dari ekspor. Defisit dapat mengakibatkan pengurangan cadangan devisa dan memicu kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi suatu negara.
Sementara itu, neraca seimbang terjadi ketika nilai ekspor dan impor suatu negara seimbang atau relatif setara dalam periode waktu tertentu. Dalam kondisi ini, negara tersebut tidak memiliki surplus atau defisit yang signifikan dalam neraca perdagangannya.
Baca juga: Mengenal Saham Preferen, Jenis, Keunggulan, dan Cara Membelinya
Pengaruh Neraca Perdagangan pada Pasar Saham Indonesia
Pergerakan pasar saham tidak selalu sejalan dengan indikator tunggal seperti neraca perdagangan. Ada kalanya neraca tercatat surplus, tetapi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru melemah.
Artinya, neraca perdagangan dapat memengaruhi pasar saham Indonesia, meskipun hubungannya bersifat kompleks dan tidak selalu langsung. Adapun sejumlah faktor yang terlibat di antaranya sebagai berikut.
1. Pengaruh Neraca Perdagangan Terhadap Nilai Tukar Rupiah
Neraca perdagangan yang sehat dengan surplus cenderung memberikan dukungan kepada nilai tukar mata uang suatu negara. Kenaikan nilai tukar Rupiah dapat memiliki efek positif pada pasar saham Indonesia, karena membuat impor lebih murah dan dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan yang terlibat dalam ekspor.
2. Pengaruh Neraca Perdagangan pada Sentimen Investor
Neraca perdagangan yang kuat dan positif dapat meningkatkan kepercayaan investor dalam ekonomi Indonesia. Ini bisa berdampak positif pada pasar saham karena investor mungkin lebih cenderung untuk berinvestasi di Indonesia jika mereka percaya ekonomi negara ini stabil dan menguntungkan.
Sebaliknya, jika ada ketidakpastian politik, kebijakan pemerintah yang merugikan, atau kekhawatiran tentang perkembangan ekonomi global, investor mungkin menjadi kurang percaya diri dan cenderung menjual saham mereka, meskipun terjadi surplus. Sentimen negatif dapat menghambat pertumbuhan pasar saham.
3. Pengaruh Neraca Perdagangan pada Pertumbuhan Ekonomi
Neraca perdagangan yang sehat dapat mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang kuat. Pertumbuhan ekonomi yang baik dapat berdampak positif pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di pasar saham Indonesia. Berikutnya hal ini dapat memicu kenaikan harga saham.
Meski begitu, IHSG mencakup berbagai sektor industri yang mungkin memiliki kinerja berbeda. Meskipun neraca perdagangan secara keseluruhan positif, sektor tertentu dalam ekonomi bisa mengalami tekanan atau mengalami masalah internal yang mempengaruhi kinerja saham di sektor tersebut. Lalu, jika pendapatan atau laba di bawah ekspektasi, saham perusahaan boleh jadi mengalami penurunan.
4. Pengaruh Neraca Perdagangan pada Keseimbangan Penawaran dan Permintaan
Pergerakan pasar saham juga bergantung pada keseimbangan antara penawaran dan permintaan saham-saham tertentu. Jika ada peningkatan penjualan besar-besaran oleh investor atau institusi keuangan, bahkan dengan neraca perdagangan yang positif, harga saham bisa turun.
5. Pengaruh Neraca Perdagangan pada Harga Komoditas
Indonesia adalah produsen dan eksportir utama berbagai komoditas, seperti minyak kelapa sawit, batu bara, dan karet. Harga komoditas ini sering kali berkorelasi dengan neraca perdagangan Indonesia. Kenaikan harga komoditas bisa menguntungkan perusahaan dalam sektor ini dan memiliki dampak positif pada pasar saham Indonesia.
6. Pengaruh Neraca Perdagangan pada Kebijakan Pemerintah
Pemerintah Indonesia dapat merespons perubahan dalam neraca perdagangan dengan berbagai kebijakan ekonomi, seperti mengendalikan defisit anggaran atau mengatur kebijakan perdagangan. Keputusan-keputusan ini dapat memengaruhi sentimen pasar saham.
Baca juga: Arti Listing, Delisting, dan Relisting di Pasar Modal yang Lengkap
Neraca Perdagangan Negara Lain yang Berpengaruh Secara Global
Surplus neraca perdagangan Indonesia pada 2023 dinilai mengkhawatirkan karena terjadi akibat anjloknya impor, ditambah ekspor yang terus tertekan karena melemahnya ekonomi global. Nantinya, kinerja impor yang lebih baik dibandingkan ekspor bisa saja mengurangi surplus, tetapi membuat neraca dagang berbalik arah ke defisit.
Neraca dagang negara tertentu seperti Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok memang memiliki dampak signifikan pada ekonomi global karena ukuran dan peran ekonomi mereka dalam perdagangan internasional. Oleh karena itu, banyak pengamat ekonomi dan investor memantau neraca dagang negara-negara tersebut sebagai indikator penting dalam analisis ekonomi global.
AS adalah salah satu negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Neraca perdagangan AS sering kali mencatat defisit, yang berarti nilai impor lebih besar daripada nilai ekspor. Karena peran dominan AS dalam ekonomi global, neraca dagang AS memiliki dampak signifikan pada stabilitas mata uang dunia, harga komoditas, dan arus modal global.
Begitu pula, Tiongkok adalah negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia. Negara ini memiliki kecenderungan untuk mencatat surplus yang besar karena ekspor yang kuat. Neraca perdagangan Tiongkok memengaruhi harga komoditas global, rantai pasokan global, dan hubungan ekonomi dengan banyak negara di seluruh dunia.
Baca juga: Pengertian Bollinger Band, Cara Membaca, dan Manfaatnya Saat Investasi Saham
Demikian ulasan mengenai neraca perdagangan dan pengaruhnya pada pasar saham di Indonesia. Bagi kamu yang masih pemula dan tertarik berinvestasi, bisa mulai mencoba bermain saham dan reksa dana melalui aplikasi investasi BMoney yang andal dan terpercaya sekaligus aman karena sudah terdaftar di OJK. Tunggu apa lagi, segera download aplikasinya secara gratis melalui App Store atau Play Store!