Pengertian Reksadana, Jenis, Fungsi, dan Keuntungannya

Uji Agung Santosa

16 September 2022

Pengertian reksadana yang perlu diketahui investor pemula (Foto:123rf.com)
Pengertian reksadana yang perlu diketahui investor pemula (Foto:123rf.com)

Reksadana adalah salah satu produk investasi yang bisa kamu manfaatkan untuk mengembangkan uang. Reksadana cocok untuk kamu yang baru memulai investasi karena produk ini cukup populer dan mudah dipahami. Bagi investor pemula yang memiliki keterbatasan dari segi dana, pengetahuan, dan waktu, reksadana juga menjadi alternatif investasi yang cukup menguntungkan.

Sebelum memutuskan membeli reksadana, ketahui dulu pengertian reksadana, jenis-jenisnya, serta keuntungan dan risikonya.

Apa Itu Reksadana

Apa itu reksadana
Apa itu reksadana

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana masyarakat yang dikelola oleh badan hukum yang bernama manajer investasi. Kemudian dana tersebut diinvestasikan ke dalam surat berharga seperti saham, obligasi, dan instrumen pasar uang.

Sementara menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27), reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.

Baca juga: Cara Menentukan Tujuan Investasi dan Mewujudkannya

Dengan kata lain, reksadana adalah sarana investasi yang dikelola oleh manajer investasi sehingga investor tidak perlu repot mengatur dananya sendiri. Kamu sebagai investor hanya perlu menyetorkan uang kepada pihak manajer investasi yang diselenggarakan oleh pihak bank. Selanjutnya kamu memantau perkembangan investasi dan menentukan apakah akan menambah dana secara rutin atau tidak.

Keuntungan Reksadana

keuntungan reksadana
keuntungan reksadana

Ini adalah keuntungan atau manfaat yang akan kamu peroleh jika melakukan investasi reksadana.

1. Investasi yang terjangkau dan mudah

Keuntungan reksadana adalah kamu bisa membeli reksadana sesuai dana yang kamu miliki. Investasi reksadana bisa dimulai dari nominal yang tidak terlalu besar. Ini berbeda dengan investasi saham yang dibeli dalam satuan lot dengan dana yang cukup besar. Investor pun dapat melakukan investasi di pasar modal tanpa harus memiliki kemampuan dan pengetahuan mengenai reksadana. Ada manajer investasi yang mengelola dana investasimu.

2. Dikelola secara profesional dan transparan oleh ahlinya

Kamu tak perlu khawatir dana investasimu dikelola oleh orang lain, dalam hal ini manajer investasi. Mereka adalah para profesional dan berpengalaman di dunia pasar modal. Mereka juga diharuskan mendapat sertifikat agar bisa menjaga integritas dan memahami reksadana agar mampu memaksimalkan hasil investasi. Manajer investasi juga akan melaporkan perkembangan investasi secara transparan sehingga kamu tahu dana yang kamu setorkan dialokasikan ke mana saja.

Baca juga: Pengertian Manajer Investasi dan Tips Memilih yang Terbaik

3. Terjaganya likuiditas

Selain itu, keuntungan reksadana adalah investor dapat mencairkan investasinya di setiap hari bursa, yaitu hari kerja yang telah ditetapkan sesuai kalender Bursa Efek Indonesia. Dengan begini, kamu memiliki keleluasaan untuk mengatur investasi sesuai dengan kebutuhan.

4. Risiko kerugian yang kecil

Dana investasi dialokasikan pada beberapa instrumen investasi pasar modal. Dengan besarnya dana di reksadana, akses untuk melakukan diversifikasi (pola pembagian risiko) semakin besar. Dengan adanya diversifikasi, kerugian investasi secara keseluruhan akan lebih kecil. 

5. Keringanan pajak

Keuntungan lainnya dari reksadana adalah hasil keuntungan dan penjualan reksadana tidak dikenai pajak sehingga investor mendapat keuntungan bersih. Ini berbeda dengan investasi properti dan logam mulai yang menjadi objek pajak.

Baca juga: 15 Pertanyaan tentang Investasi yang Paling Sering Muncul dan Jawabannya

Risiko Reksadana

Risiko reksadana
Risiko reksadana

Selain memperoleh keuntungan, reksadana juga memiliki risiko yang perlu kamu pertimbangkan sebelum memutuskan berinvestasi.

1. Risiko berkurangnya nilai unit

Risiko reksadana adalah efek yang dikelola juga dapat mengalami penurunan nilai investasinya. Ini dipengaruhi perkembangan pasar uang dan pasar modal, seperti perubahan suku bunga, jatuhnya harga saham, risiko default emiten, dan sebagainya. Oleh karena itu, nilai per unit reksadana dapat menurun dan mengalami fluktuasi.

2. Risiko likuiditas

Risiko ini terjadi jika sebagian besar pemegang unit reksadana melakukan penjualan kembali (redemption) atas unit yang dipegangnya. manajer investasi akan kesulitan menyediakan uang tunai. Dengan demikian, investor akan kesulitan menarik dananya.

3. Risiko manajemen pengelolaan

Jika manajer investasi kurang atau tidak berhasil mengelola portofolio efeknya, NAB (Nilai Aktiva Bersih) per unit reksadana juga akan menurun nilainya. Ini karena kinerja setiap reksadana sangat bergantung pada pengalaman, pengetahuan, keahlian, teknik, dan proses investasi yang diterapkan oleh manajer investasi.

4. Risiko wanprestasi

Risiko terburuk dari reksadana adalah jika perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan reksadana tidak segera membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi hal yang tidak diinginkan. Misalnya seperti wanprestasi dari pihak yang terlibat dalam reksadana yang menyebabkan penurunan NAB.

Baca juga: Mengenal Reksadana Saham dan Risiko-risikonya

Jenis-jenis Reksadana

Secara umum ada 4 jenis reksadana dibedakan menurut alokasi jenis investasi yang dilakukan. 

1. Reksadana Pasar Uang

Reksadana jenis ini dilakukan dengan menginvestasikan dana investor 100% pada instrumen pasar uang yang jatuh tempo kurang dari 1 tahun. Instrumen pasar uang tersebut contohnya Sertifikat Bank Indonesia (SBI), obligasi, dan deposito berjangka. Tingkat risiko reksadana ini paling rendah dibanding jenis lainnya. Karena risiko yang sangat minim, keuntungan yang didapat pun relatif lebih kecil. 

2. Reksadana Pendapatan Tetap

Dalam reksadana jenis ini, dana investor ditempatkan pada efek yang memberikan pendapatan tetap, seperti obligasi, dan alokasi investasinya minimal 80%. Reksadana Pendapatan Tetap mirip Reksadana Pasar Uang, tetapi risikonya lebih besar. Reksadana ini mempunyai jangka waktu investasi 1—3 tahun, bahkan hingga 5 tahun.

3. Reksadana Saham

Reksadana saham memiliki kebijakan investasi minimal 80% dan sesuai namanya, investasinya ditempatkan pada saham. Reksadana ini berisiko cukup tinggi dibanding reksadana jenis lainnya. Namun potensi keuntungannya juga relatif lebih tinggi. Reksadana saham cocok untuk pemenuhan tujuan keuangan dengan jangka waktu di atas 5 tahun.

4. Reksadana Campuran

Reksadana ini memiliki kebijakan investasi maksimal 79%. Investasinya dilakukan dalam efek bersifat ekuitas dan efek bersifat utang. Dana investasi ditempatkan pada obligasi, saham, dan produk investasi lain yang tidak dapat dikategorikan ke dalam tiga jenis reksadana sebelumnya. Keuntungan yang didapat bisa lebih tinggi daripada Reksadana Penghasilan Tetap dengan risiko yang lebih kecil daripada Reksadana Saham.

Baca juga: Apa Itu Investasi Saham? Keuntungan, Risiko, dan Cara Membelinya

5. Reksadana Syariah

Selain itu, ada juga reksadana syariah yang merupakan versi syariah dari keempat jenis reksadana di atas. Pengelolaannya mengikuti ketentuan dan prinsip syariah Islam. Produk reksadana syariah dijamin kesyariahannya oleh Dewan Syariah Nasional (DPS).

Itulah pengertian dari reksandana yang perlu kamu ketahui. Nah, sudah punya rencana untuk mulai berinvestasi? Yuk, download BMoney untuk mulai investasi reksadana.

 

Artikel menarik lainnya

reksadana_hero_image

Selalu update bareng komunitas investor BMoney!