Reksa dana saat ini telah menjadi salah satu investasi paling diminati investor. Agar prosesnya berjalan dengan baik dan tujuannya tercapai optimal, ada satu cara yang bisa kamu terapkan, yaitu menggunakan prinsip SMART. Agar lebih paham, mari mengenal prinsip SMART, apa arti SMART, dan bagaimana cara menerapkannya dalam investasi reksa dana.
Mengenal Prinsip SMART dalam Investasi
Prinsip SMART dalam investasi merupakan salah satu metode atau kerangka kerja yang digunakan untuk mencapai tujuan yang efektif dan terukur saat berinvestasi. SMART adalah singkatan dari lima prinsip dasar, yaitu Specific, Measurable, Achievable, Relevant, dan Time-bound. Kelimanya dapat membantu investor membangun dan menjalankan portofolio investasi yang cerdas dan efektif.
Sebelum digunakan dalam investasi, prinsip SMART sejatinya sudah lama digunakan dalam berbagai bidang, di antaranya manajemen proyek, pemasaran, dan pengembangan bisnis.
Meski tidak disebutkan siapa pencetusnya, prinsip SMART pertama kali dipopulerkan oleh George T. Doran dalam sebuah artikel yang diterbitkan di jurnal Management Review pada tahun 1981, dengan judul "There's a S.M.A.R.T. Way to Write Management's Goals and Objectives". Artikel tersebut membahas penggunaan prinsip SMART dalam menetapkan tujuan dan target dalam konteks manajemen bisnis.
Penerapan SMART juga kerap dikaitkan dengan Peter Drucker, konsultan manajemen asal Austria yang dikenal sebagai Bapak Manajemen Modern. Drucker mengaplikasikan SMART ke dalam teorinya yang disebut Management by Objectives, yakni menentukan tujuan bersama dengan memberikan umpan balik pada hasil.
Dengan menggunakan SMART, investor dapat mengurangi risiko investasi, meningkatkan peluang keberhasilan, serta memaksimalkan keuntungan jangka panjang. Selain itu, proses mencapai tujuan investasi juga menjadi lebih efektif, terukur, dan realistis sehingga membantu investor dalam mengelola dan mencapai tujuan keuangannya secara lebih luas.
Baca juga: Daftar Pertanyaan tentang Reksa Dana yang Penting Diketahui Pemula
5 Arti SMART dalam Investasi
Berikut penjelasan mengenai lima komponen SMART dalam konteks investasi.
1. Specific (Spesifik)
Tujuan investasi harus spesifik dan jelas, pun dapat dipahami dengan baik. Dengan demikian, akan lebih mudah mengukur dan mencapai tujuan investasi, termasuk mengetahui alasan berinvestasi dan mampu menentukan saatnya berhenti berinvestasi yaitu ketika tujuan tercapai.
Sejumlah studi mengenai perilaku masyarakat telah membuktikan bahwa menetapkan tujuan yang jelas cenderung akan membawa kesuksesan dibandingkan dengan yang tidak.
Dalam merealisasikannya, pertimbangkan apakah tujuan investasi untuk jangka pendek, menengah, atau jangka panjang. Selain itu, pastikan pula jenis investasi yang ingin dilakukan. Contoh tujuan investasi yang spesifik dan jelas adalah mengumpulkan dana pensiun sebesar dalam waktu 10 tahun atau mengumpulkan biaya sekolah anak sejak SMA hingga kuliah.
2. Measurable (Mudah diukur)
Tujuan investasi harus dapat diukur secara objektif dan dapat dilacak untuk mengetahui apakah tujuan tersebut sudah tercapai atau belum, misalnya dengan menggunakan indikator kinerja investasi atau ROI (Return on Investment).
Keterukuran ini terkait erat dengan besaran biaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan sehingga perlu dilakukan riset dan perhitungan. Contohnya, perkiraan realistis yang telah disesuaikan dengan kondisi keuangan saat ini untuk dapat mengumpulkan dana pensiun dalam 10 tahun adalah Rp500 juta.
Dengan demikian, setiap tahun atau setiap kuartal, investor dapat mengecek apakah investasinya telah mencapai pertumbuhan yang diharapkan atau belum.
3. Achievable (Terjangkau atau dapat dicapai)
Tujuan investasi harus realistis dan terjangkau alias dapat dicapai berdasarkan sumber daya finansial dan waktu yang tersedia. Jangan membuat target investasi yang terlalu tinggi sehingga sulit dicapai atau terlalu rendah sehingga kurang menantang.
4. Relevant (Relevan)
Investasi harus relevan dengan kebutuhan, situasi keuangan, dan tujuan jangka panjang ataupun jangka pendek investor, serta sesuai dengan profil dan toleransi risiko. Misalnya, jika berinvestasi dalam saham, berarti harus mempertimbangkan risiko dan memastikan tujuan yang ditetapkan dapat dicapai dengan tingkat risiko yang dapat diterima saat ini.
Contoh lainnya, jika tujuan investasi adalah untuk membeli rumah, investasi yang dipilih sebaiknya terkait dengan real estate. Namun, jika masih memiliki utang yang besar, jauh lebih baik mempertimbangkan tujuan investasi untuk membayar utang terlebih dahulu.
5. Time-bound (Waktu terbatas atau terjadwal)
Tujuan investasi harus memiliki batas waktu yang jelas dan terjadwal. Hal ini akan membantu investor mengukur dan mengevaluasi kemajuan investasi secara berkala, menghindari investasi yang berkepanjangan, menentukan besaran investasi, serta memastikan bahwa investasi tersebut dapat memberikan return yang diharapkan sesuai waktu yang ditentukan.
Misalnya, kamu menetapkan tujuan investasi biaya sekolah anak harus tercapai dalam waktu 10 tahun. Jika perkiraan biaya sekolah saat ini Rp600 juta, lalu dalam 10 tahun mendatang terjadi inflasi tahunan setidaknya 6 persen, maka biaya sekolah anak yang perlu disiapkan mencapai sekitar Rp1,2 miliar.
Baca juga: Pahami Cara Kerja Reksa Dana Sebelum Berinvestasi
Penerapan SMART dalam Reksa Dana
Dengan menerapkan konsep SMART dalam reksa dana, investor dapat memaksimalkan potensi keuntungan dan meminimalkan risiko investasi. Namun, investor juga harus memperhatikan bahwa investasi memiliki risiko dan tidak ada jaminan keuntungan. Oleh karena itu, investor harus melakukan analisis risiko terlebih dahulu sebelum berinvestasi di reksa dana.
Berikut beberapa contoh penerapan SMART dalam reksa dana.
1. Tujuan reksa dana yang spesifik dan terukur (Specific, Measurable)
Investor harus menetapkan tujuan investasi yang spesifik dan terukur dengan memperimbangkan sejumlah unsur sekaligus, yaitu kemampuan finansial, profil risiko, dan urgensi dari tujuan investasi.
Misalnya, jika tujuannya adalah untuk mempersiapkan biaya pendidikan anak yang akan datang, ia harus menentukan berapa biaya pendidikan yang diperlukan dan dalam waktu berapa tahun. Nah, karena sekolah sifatnya urgensi tinggi, artinya anak akan tetap sekolah sekalipun uang belum cukup terkumpul. Solusinya terletak pada poin di bawah.
2. Memilih reksa dana yang dapat dicapai tujuannya (Achievable)
Investor harus memilih jenis reksa dana yang paling realistis mencapai tujuan investasi. Sebagai contoh, untuk mengantisipasi dana pendidikan anak di masa depan yang tidak cukup terkumpul, investor harus memilih reksa dana yang memiliki portofolio cukup stabil dan memiliki potensi hasil yang cukup.
Misalnya, alih-alih memilih reksa dana saham yang potensi risikonya lebih besar, sebaiknya memilih reksa dana campuran yang persentase keberhasilannya lebih tinggi meskipun nilai investasinya jauh lebih besar.
Penting diketahui, perkiraan imbal hasil dalam jangka panjang untuk reksa dana pasar uang adalah 5-6 persen, 7-10 persen untuk reksa dana pendapatan tetap, 11-15 persen untuk reksa dana campuran, dan 16-20 persen untuk reksa dana saham. Persentase yang sama berlaku bagi potensi risiko masing-masing jenis reksa dana tersebut.
Baca juga: Mengenal Reksadana Campuran dan Risiko Investasinya
3. Reksa dana yang relevan (Relevant)
Investor harus memilih jenis reksa dana yang relevan dengan profil risiko dan tujuan investasinya. Sebagai contoh, jika seorang investor memiliki profil risiko yang konservatif, ia sebaiknya memilih reksa dana yang berisiko rendah dan stabil seperti reksa dana pasar uang atau reksa dana pendapatan tetap.
Hal ini mengingat kondisi keuangan tiap orang tak sama. Pada investor dengan kemampuan finansial terbatas yang memiliki jangka waktu berinvestasi, disarankan berani mengambil risiko yang lebih tinggi karena lebih relevan.
Namun, dalam kondisi tertentu seperti mencapai biaya sekolah di masa depan yang tingkat urgensinya tinggi, investor sah-sah saja mengambil reksa dana dengan risiko yang lebih rendah untuk meningkatkan persentase keberhasilan pencapaian tujuan.
4. Menetapkan jangka waktu investasi yang jelas (Time-bound)
Investor harus menetapkan jangka waktu investasi yang jelas untuk menentukan jenis reksa dana mana yang bakal diambil sekaligus menilai realistis tidaknya saat diterapkan.
Misalnya, jika dalam waktu 10 tahun biaya pendidikan anak harus terkumpul Rp600 juta, tapi kemampuan per bulan hanya Rp1 juta, maka perencanaan menjadi tidak realistis. Untuk itu, investor perlu menimbang lagi jenis reksa dana pilihan, meningkatkan penghasilan, dan sebagainya.
Jadi, sudah paham apa arti SMART? Sebagai rekomendasi, kamu bisa menerapkan prinsip SMART dalam reksa dana melalui aplikasi investasi online BMoney yang terjamin aman dan terpercaya. Lewat aplikasi ini, berinvestasi reksa dana bukan hanya jadi lebih mudah, tapi juga terjangkau karena bisa segera dicoba mulai dari Rp10 ribuan.