Setiap perusahaan perlu mempunyai kriteria jelas mengenai risk acceptance criteria atau kriteria penerimaan risiko dalam pengelolaan risiko secara lebih efektif. Risk acceptance criteria sendiri mencakup kebijakan terhadap dua hal, yaitu risk tolerance dan risk appetite.
Risk appetite adalah jenis dan tingkat risiko yang diterima perusahaan dalam rangka mewujudkan sarana-sarana operasional yang tertuang dalam Kontrak Manajemen dan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan atau RKAP. Menetapkan risk appetite bagi satu perusahaan merupakan sesuatu yang krusial. Mengapa begitu? Mari simak informasi dalam artikel berikut ini!
Definisi Risk Appetite
Risk appetite menjadi sesuatu yang penting untuk perusahaan karena bisa memengaruhi pencapaian serta progres perusahaan dalam mewujudkan tujuan. Jika perusahaan tidak melakukan perkiraan terhadap angka risk appetite, maka kegiatan operasional dan bisnis perusahaan bisa terganggu kelancarannya.
Risk appetite adalah tingkat risiko yang siap ditanggung oleh perusahaan saat tengah mengejar target. Risk appetite menjadi salah satu aspek paling penting dalam dunia manajemen risiko. Ia harus lebih dulu dibuat sebelum perusahaan menentukan rencana untuk mengurangi jumlah risiko.
Batas dari risk appetite sebuah perusahaan susah untuk didefinisikan karena prioritas serta kebutuhan setiap perusahaan pasti berbeda-beda. Walau begitu, risk appetite tetap penting agar perusahaan dapat menetapkan pemahaman bersama mengenai risiko serta dampak yang akan diterima.
Dalam keadaan tertentu, perusahaan mengekspresikan risk appetite melalui berkas-berkas pernyataan yang dibuat berdasarkan pendapat dan perspektif para pemangku kepentingan. Isinya adalah tentang penerapan strategi dan praktik perusahaan.
Baca juga: Apa Itu Risiko Finansial? Pahami Jenis dan Cara Menghindarinya di Sini
Faktor yang Memengaruhi Risk Appetite
Risk appetite bukan sesuatu yang bisa ditentukan secara mudah karena ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi besarannya. Umumnya, tingkat risk appetite ditentukan dari jumlah sumber daya milik perusahaan. Namun, jumlah risk appetite juga dapat berubah-ubah seiring waktu.
Oleh karena itu, kriteria faktor yang bisa memengaruhi risiko perlu diperbarui secara rutin oleh pihak perusahaan. Sifat risk appetite yang dinamis ini membuat mayoritas perusahaan menimbang jumlah serta risk appetite berdasarkan beberapa faktor berikut ini:
1. Sumber Daya Finansial
Dilansir dari situs Global Suite Solutions, faktor pertama yang dapat dipakai untuk menentukan risk appetite adalah sumber daya finansial perusahaan. Umumnya, setiap perusahaan memprioritaskan analisis mengenai rentang cost-benefit perusahaan, melakukan penelitian terhadap kesehatan sumber daya keuangan perusahaan, dan melakukan pemantauan terhadap nilai return on investment yang akan dicapai.
2. Strategi Bisnis Perusahaan
Faktor berikutnya yang bisa memengaruhi tingkat risk appetite yaitu strategi bisnis yang diterapkan oleh masing-masing perusahaan. Bicara mengenai strategi bisnis, setiap perusahaan pasti berbeda-beda, tetapi dari strategi tersebut perusahaan bisa menciptakan variasi risk appetite baru.
Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk selalu mempertimbangkan kebutuhan pihak-pihak yang punya kepentingan seperti pihak regulator atau shareholder.
3. Kapabilitas Perusahaan
Kemampuan atau kapabilitas perusahaan dalam mewujudkan target adalah faktor berikutnya yang bisa memengaruhi jumlah risk appetite. Dalam proses menentukan risk appetite, para analis risiko umumnya melihat pada ketersediaan sumber daya perusahaan dan tenggat waktu yang dimiliki perusahaan untuk mencapai target.
Jika jumlah sumber daya dan waktu yang dimiliki perusahaan semakin sedikit, maka akan semakin besar jumlah risk appetite-nya.
4. Dokumen Legal dan Hukum
Selanjutnya, faktor yang bisa memengaruhi jumlah risk appetite adalah validitas dokumen legal dan hukum yang dimiliki perusahaan. Setiap perusahaan umumnya memiliki persyaratan legal yang harus dipatuhi. Jika perusahaan gagal dalam menaati aturan yang berlaku, maka hal tersebut akan berdampak buruk dalam pengambilan keputusan-keputusan penting.
Keempat faktor di atas rupanya tidak selamanya digunakan perusahaan sebagai patokan. Jika tidak sesuai dengan empat faktor tersebut, maka perusahaan punya tugas lain, yaitu menentukan risk appetite berdasarkan kebutuhan utama mereka.
Manfaat Mengetahui Risk Appetite
Sama halnya dengan risk tolerance, risk appetite juga bisa dipakai perusahaan untuk mencegah risiko-risiko besar, tetapi manfaat yang didapatkan perusahaan dari mengetahui risk appetite ternyata bukan hanya itu.
Setidaknya ada beberapa manfaat yang bisa dirasakan perusahaan dari memperhitungkan risk appetite, yaitu:
- Membantu perusahaan mengelola dan memahami eksposur risiko lebih baik.
- Membantu tim manajemen membuat keputusan berbasis risiko secara lebih jelas.
- Membantu tim manajemen mengalokasikan sumber daya perusahaan dan memahami trade-off risiko.
-
Meningkatkan transparansi untuk para investor, regulator, lembaga pemberi kredit dan para pemangku kepentingan.
Keterkaitan Risk Appetite dan Risk Tolerance
Risk tolerance merujuk pada tingkat toleransi tertinggi atau terendah perusahaan terhadap besaran deviasi dari berbagai ukuran yang tertulis dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).
Tingkat toleransi tersebut dijabarkan dalam bentuk Matriks Eksposur Risiko (Risk Exposure Matrix) dan Kriteria Risiko (Risk Criteria). Bila terjadi perubahan pada beberapa faktor internal dan eksternal, terutama jika berpengaruh secara signifikan terhadap RKAP, maka matriks eksposur risiko dan risk criteria dapat ditinjau kapan saja.
Baca juga: 10 Cara Bermain Saham untuk Pemula, Aman dan Minim Risiko
Dilihat dari kondisi tersebut, tampak bahwa risk appetite dan risk tolerance mengacu pada sikap perusahaan terhadap segala jenis risiko yang dimiliki.
Dengan menempatkan segala macam jenis risiko ke dalam zona risk appetite yang berbeda-beda, mulai dari sangat rendah, rendah, menengah hingga tinggi, perusahaan menegaskan sikapnya terhadap jenis-jenis risiko yang dimiliki terkait pencapaian dan sasaran KPI atau Key Performance Indicator perusahaan.
Maknanya, untuk kelompok KPI tertentu dengan risk appetite yang sangat rendah, direksi menolak melakukan deviasi dan eksposur risiko tinggi. Contohnya, untuk KPI finansial yang risk appetite-nya sangat rendah, artinya pihak direksi hanya menerima eksposur risiko zona hijau untuk macam-macam risiko terkait KPI kelompok finansial; baru jika eksposur masuk ke zona kuning, risiko harus segera dimitigasi.
Risk tolerance sebaiknya mengikuti risk appetite, artinya jika risk appetite direksi untuk KPI kelompok tertentu sangat rendah, secara logis, risk tolerance-nya dinyatakan zero tolerance atau punya rentang nilai toleransi yang sangat kecil. Sementara itu, untuk kelompok KPI yang risk appetite direksinya ‘moderat’, risk tolerance-nya bisa lebih besar.
Perbedaan Risk Appetite dan Risk Tolerance
Pemakaian istilah risk appetite dan risk tolerance sering kali tertukar. Faktanya, definisi dua hal tersebut memang berbeda, sesuai lembaga atau instansi yang menyampaikannya.
Dilihat dari kacamata awam, jika diterjemahkan secara sederhana dan langsung, risk appetite berarti selera terhadap risiko, sedangkan risk tolerance berarti toleransi terhadap risiko.
Risk tolerance tentu berkaitan dengan risk appetite tetapi dasarnya dua hal itu berbeda karena risk appetite bersifat strategis, sementara risk tolerance bersifat operasional dan taktikal.
Pada risk appetite, perusahaan menetapkan faktor risiko pada bidang tertentu. Artinya risk appetite adalah batasan level risiko yang dapat diterima dan batas minimum risiko yang tidak bisa ditoleransi untuk hasil yang tidak sesuai target. Perbedaan lainnya adalah risk appetite bisa dinyatakan secara kuantitatif atau kualitatif, sedangkan risk tolerance dinyatakan secara kuantitatif.
Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa risk appetite adalah hal penting yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan demi kelancaran operasional produksi. Dengan begitu perusahaan bisa berusaha meminimalisasi risiko yang terjadi.
Baca juga: Mengenal ORI, Investasi Rendah Risiko dengan Return Signifikan
Bicara mengenai risiko, investasi pun tak luput dari hal tersebut. Untuk menghindarinya, berbagai cara dilakukan para investor.
Sebagai investor pemula, kamu mungkin bingung tentang cara menghindari dan menghadapi risiko. Mulai sekarang, tak usah bingung dan ragu karena ada aplikasi investasi BMoney yang siap membantumu. Aplikasi tersebut sudah terdaftar di OJK sehingga terjamin keamanannya. Segera unduh di App Store dan Play Store untuk kebutuhan investasimu!