Saham sektor agrikultur termasuk sektor industri yang cukup populer di kalangan investor. Salah satu saham agrikultur yang layak dipertimbangkan adalah saham AALI, yaitu saham terbitan PT Astra Agro Lestari Tbk. yang masuk sektor agrikultur di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sebagai perusahaan sawit, kinerja keuangan dan saham AALI dipengaruhi secara absolut oleh harga minyak sawit alias crude palm oil (CPO). Kamu yang tertarik untuk berinvestasi di saham berbasis komoditas tentu akan mempertimbangkan AALI sebagai saham yang layak dibeli.
Namun, sebelum membahas lebih lanjut apakah saham yang satu ini layak untuk dikoleksi atau tidak, pelajari terlebih dulu kinerja keuangan dan sentimen penggerak harga saham ini.
Profil PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI)
PT Astra Agro Lestari Tbk. (Perseroan) adalah perusahaan yang bergerak di sektor industri perkebunan dan telah memulai bisnisnya di Indonesia sejak lebih dari 30 tahun lalu.
Awalnya, AALI menjalankan bisnis dengan memulai perkebunan ubi kayu dan melakukan diversifikasi dengan mengembangkan tanaman karet. Sampai pada tahun 1984, perusahaan mulai melakukan budidaya tanaman kelapa sawit di Provinsi Riau.
Seiring berkembangnya bisnis di sektor sawit, perusahaan dengan kode emiten AALI ini terus melakukan pengembangan bisnisnya dan berhasil menjadi salah satu perusahaan besar di sektor sawit yang mempunyai luas areal kelola mencapai 297.011 hektar. Wilayah kelolaan AALI ini tersebar di berbagai wilayah di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
Selain memanfaatkan teknologi, AALI juga melakukan kolaborasi dengan masyarakat setempat dalam bentuk kemitraan inti-plasma dan IGA (Income Generating Activity), yakni kegiatan peningkatan ekonomi masyarakat, baik lewat budidaya sawit maupun nonsawit.
Per tahun 2016, perusahaan telah berhasil menjalin kerja sama dengan 51.709 petani kelapa sawit yang tergabung dalam 2.396 kelompok tani. Kerja sama tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa kehadiran perkebunan kelapa sawit perseroan mampu memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya.
Pertumbuhan AALI terus bergerak maju sampai akhirnya ia melakukan Penawaran Saham Perdana (Initial Public Offering/ IPO) pada 1997. Lalu, pada tahun 2016, perusahaan melakukan Penawaran Umum Terbatas (PUT) dengan nilai sekitar Rp4 triliun. Kini, perusahaan tersebut telah memiliki kepemilikan saham publik Perseroan mencapai 20,32% dari total 1,92 miliar saham yang beredar.
Baca juga: Prospek, Kinerja, dan Harga Saham PTBA yang Rutin Bagi Dividen
Kinerja Keuangan AALI
Pada periode tahun 2022, PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) mengumumkan kinerja perseroan yang mencatatkan penurunan kinerja, baik dari segi pendapatan maupun laba bersih.
Dalam laporan tersebut, tercatat pendapatan bersih AALI sebesar Rp21,83 triliun yang turun 10,25% dibandingkan dengan laba bersih pada tahun 2021. Meski begitu, perusahaan mampu menekan beban pokok pendapatan pada periode sebelumnya berjumlah Rp19,49 triliun menjadi Rp19,01 triliun.
Sementara itu, laba kotor perseroan ikut turun 20,87% dari Rp4,83 triliun pada tahun 2021 menjadi Rp3,82 triliun pada periode 2022. Pada periode yang sama, perusahaan mencatatkan beban umum dan administrasi sebesar Rp882,98 miliar, beban penjualan Rp578,73 miliar, dan biaya pendanaan Rp366,45 miliar.
Sampai Desember 2022, aset perseroan juga menurun dari yang sebelumnya Rp30,4 triliun menjadi Rp29,25 triliun. Aset tersebut terdiri atas aset lancar senilai Rp7,39 triliun dan aset tidak lancar Rp21,86 triliun.
Dalam hal liabilitas, perusahaan mencatatkan penurunan dari yang sebelumnya Rp9,23 triliun pada Desember 2021 menjadi Rp7 triliun pada periode 2022. Liabilitas tersebut terdiri atas liabilitas jangka pendek senilai Rp2,05 triliun dan liabilitas jangka panjang sebesar Rp4,95 triliun.
Dalam hal ekuitas, perusahaan mencatatkan kenaikan ekuitas perusahaan dari posisi akhir Desember 221 sebesar Rp21,17 triliun menjadi Rp22,24 triliun per akhir Desember 2022.
Tahun ini, emiten AALI telah melakukan pembagian dividen tunai kepada para pemegang saham pada Mei 2023. Pembagian dividen ini mengacu pada hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan yang diselenggarakan pada April 2023 dengan dividen tunai tahun buku 2022 senilai Rp613,97 miliar. Dari jumlah tersebut, setiap pemegang satu saham AALI mendapat dividen tunai sebesar Rp319.
Baca juga: Menilik Harga Saham SLIS, Produsen Sepeda Listrik Indonesia
Prospek Bisnis AALI
Sebagai komoditas Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB, minyak sawit atau CPO berperan penting dalam menyediakan sumber pangan global. Hal ini disebabkan oleh minyak sawit yang menjadi satu dari empat minyak nabati utama di dunia.
Menurut data Oil World, pangsa konsumsi minyak sawit pada tahun 2019 berada di angka 33% konsumsi global. Rata-rata pertumbuhan konsumsi komoditas yang satu ini pada periode 2015-2019 berkisar di angka 6,6% per tahun.
Sementara itu, pertambahan jumlah penduduk, dari tahun ke tahun memengaruhi pertumbuhan harga yang kompetitif dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Hal ini didorong oleh pengembangan produk turunan kelapa sawit dan pemanfaatan minyak sawit sebagai sumber energi terbarukan. Dengan begitu, Indonesia sebagai penghasil CPO akan semakin diuntungkan.
Dalam ruang lingkup dalam negeri, kebijakan Pemerintah Indonesia dalam mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil menjadi salah satu katalis positif yang mendorong pertumbuhan harga minyak sawit. Melalui kebijakan tersebut, produksi green diesel D100 atau produk bahan bakar diesel berbasis minyak sawit (CPO) terus meningkat.
Sejalan dengan itu, Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) memprediksi akan ada penyerapan produksi CPO nasional sebesar 30 juta ton setiap tahunnya. Hal ini diprediksi dengan berkaca pada kebijakan B30 (bahan bakar campuran solar dengan komponen biodiesel sebesar 30%) yang mampu menyerap produksi nasional sebesar 9 juta ton per tahun.
Jika prediksi tersebut akurat, maka jumlah permintaan ekspor yang sudah ada dan potensi permintaan akibat D100 akan meningkatkan total permintaan sehingga melebihi jumlah produksi nasional.
Inilah yang menyebabkan harga minyak sawit terus meningkat sehingga menjadi prospek bisnis yang dianggap menjanjikan. Tak heran jika kemudian harga saham AALI terus bertumbuh dan dikoleksi para investor.
Baca juga: Kinerja Saham NICL: Emiten Tambang dan Mineral Nikel
Mulai Investasi Saham AALI di BMoney!
Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, kegiatan berinvestasi saat ini dapat dilakukan dengan praktis dan aman oleh siapa saja, termasuk investor pemula yang belum mempunyai cukup modal untuk berinvestasi di nominal besar.
Salah satu media yang bisa kamu gunakan untuk mempermudah kegiatan berinvestasi adalah aplikasi investasi BMoney. Dengan aplikasi ini, kamu dapat mengetahui profil risiko investasimu dan memilih aset yang sesuai dengan profil tersebut. Soal keamanan, kamu tidak perlu khawatir karena BMoney sudah terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Yuk, manfaatkan aplikasi investasi ini untuk membeli saham AALI dan memantau pergerakan harga saham AALI secara real-time untuk memprediksi potensi keuntungan dan kerugiannya. Tunggu apa lagi? Download aplikasinya sekarang di Play Store atau App Store.