PT Barito Pacific Tbk. dengan kode saham BRPT didirikan pada tanggal 4 April 1979 dengan nama PT Bumi Raya Pura Mas Kalimantan yang kemudian berubah menjadi PT Barito Pacific pada tahun 2007. Emiten multi sektor milik taipan Prajogo Pangestu ini mulai beroperasi secara komersial sejak tahun 1983 dengan kegiatan usaha di bidang kehutanan dan perkayuan.
Saat ini, BRPT telah bertransformasi menjadi perusahaan energi terintegrasi dengan jenis aset dan industri yang beragam. Meliputi petrokimia, energi, properti, logistik, produksi lem, dan masih banyak lainnya.
Bisnis inti Perseroan bergerak di sektor industri pembangkit listrik dan petrokimia, dengan aset industri di sektor-sektor terbarukan dan berorientasi sumber daya dengan potensi pertumbuhan yang signifikan melalui diversifikasi bisnis dan integrasi vertikal.
Barito Pacific merupakan pemilik PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA), satu-satunya perusahaan petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi terpasang sebesar 3.458 KTPA. Perseroan juga telah mengakuisisi kepemilikan saham Star Energy yang merupakan perusahaan panas bumi terbesar di Indonesia dan terbesar ketiga di dunia.
Baca juga: Pengertian Saham, Jenis, dan Alasan Mengapa jadi Investasi Paling Populer
Harga Saham BRPT
Saham Barito Pacific pertama kali tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui IPO pada tahun 1993, dengan jumlah penawaran sebanyak 85 juta lembar saham seharga Rp1.000 per lembar.
Pasca pencatatan, saham BRPT pernah dipecah alias stock split dengan rasio 1:5 pada Agustus 2019. Setelah itu, sahamnya menjadi lebih likuid dan sangat murah. Dari sekitar Rp3.670 sebelum dipecah, menjadi Rp705 beberapa hari usai stock split.
Hingga akhir Agustus 2019, harga saham BRPT melesat 26,21% menjadi Rp915 per lembar saham. Dalam 4 tahun terakhir, harga saham dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp105,93 triliun ini terus berfluktuasi sejalan dengan kinerjanya.
Memasuki September 2023, harga BRPT saham kembali melemah. Saat sesi perdagangan berakhir, harga saham BRPT hari ini, Kamis, 7 September 2023, ditutup merah pada harga Rp1.130 per saham.
Dibandingkan dengan penutupan sebelumnya, harga saham Barito Pacific turun 3% atau 35 poin, setelah dibuka lebih tinggi di posisi Rp1.170. BRPT Mencatatkan harga tertinggi Rp1.225 serta harga terendah Rp710 dalam 52 minggu, pun telah berfluktuasi dengan penguatan 227,54% dalam 5 tahun terakhir dan bertumbuh Rp1.088 sejak pertama melantai di bursa.
Baca juga: Ini Daftar 10 Saham dengan Dividen Terbesar Tahun 2023
Riwayat Pembagian Dividen BRPT
Sejak pertama melantai di bursa, BRPT tercatat baru 9 kali membagikan dividen dengan besaran dan imbal hasil (yield) bervariasi. Berikut rinciannya.
- Tahun 2023, dividen Rp1,59 dan imbal hasil 0,21%.
- Tahun 2022, dividen Rp3,1218 dan imbal hasil 0,38%.
- Tahun 2021, dividen Rp2,7244 dan imbal hasil 0,31%.
- Dua kali tahun 2018, dividen Rp24,43 dan Rp14,13 dengan imbal hasil 1,12% dan 0,66%.
- Tahun 1997, dividen Rp55 dan imbal hasil 1,93%.
- Tahun 1996, dividen Rp50 dan imbal hasil 2,25%.
- Tahun 1995, dividen Rp50 dan imbal hasil 1,30%.
-
Tahun 1994, dividen Rp133 dan imbal hasil 1,23%.
Kinerja Keuangan BRPT
Dalam 4 tahun terakhir, kinerja keuangan BPRT menunjukkan penurunan pendapatan dan laba kotor. Laba bersih perseroan juga mengalami fluktuasi yang signifikan dari tahun ke tahun, mulai dari US$44,13 juta pada 2019 hingga merugi menjadi hanya US$1,76 juta pada 2022.
Lalu, meskipun total aset dan total liabilitas perusahaan relatif stabil, total ekuitas mengalami penurunan dari US$4,44 miliar pada 2019 menjadi US$3,82 miliar pada 2022.
Sepanjang 2022, kinerja keuangan BRPT cenderung memburuk. Terutama akibat penurunan pendapatan dan laba bersih, serta peningkatan beban pokok penjualan. Perusahaan juga mengalami penurunan total ekuitas yang dapat memengaruhi stabilitas keuangan jangka panjangnya.
Kabar baiknya, BRPT berhasil membukukan kenaikan laba bersih yang impresif sepanjang tiga bulan pertama 2023. Laba bersih BRPT tumbuh hingga 149% menjadi US$23,28 juta dari periode sama tahun sebelumnya. Meski di sisi lain, capaian tersebut diraih ketika kinerja top line turun. Pendapatan BRPT mengalami koreksi 20% menjadi US$650,73 juta dari sebelumnya US$813,44 juta.
Turunnya pendapatan didorong oleh ekspor dan penjualan lokal petrokimia yang masing-masing turun 3,91% dan 32,57, sedangkan beban pajak penghasilan meningkat 15,87%.
Menariknya, beban pokok pendapatan dan beban langsung BRPT terpangkas 26,90% menjadi US$489,49 juta karena biaya bahan baku perseroan turun 29,04%. Menilik rasio keuangan dari saham BRPT di kuartal kedua tahun 2020-2023, bisa disimpulkan bahwa bisnis dari kinerja keuangan saham BRPT tampak mulai membaik.
Pada Q2 2023, selain terjadi peningkatan GPM; nilai ROE, ROA, dan NPM menunjukkan angka yang kembali positif meskipun masih rendah, dari sebelumnya cenderung di bawah 0. Meski begitu, perusahaan masih memiliki tingkat utang relatif tinggi dari tahun ke tahun yang tercermin dari rasio DER sehingga perlu diawasi untuk mengelola risiko keuangan.
Baca juga: Ini Deretan Saham Rokok di Indonesia, Tertarik Investasi?
Prospek Saham BRPT
Meskipun top line (pendapatan) dan bottom line (laba bersih) perusahaan mengalami penurunan pada tahun lalu, emiten Barito Grup ini terus melakukan ekspansi bisnisnya. Untuk 2023, perusahaan memiliki strategi fokus pada pertumbuhan usaha demi menciptakan pertumbuhan berkelanjutan jangka panjang.
Selain meningkatkan kapasitas produksi petrokimia hampir dua kali lipat lewat proyek Chandra Asri Perkasa (CAP2), perusahaan juga mencari peluang ekspansi di sektor energi terbarukan, khususnya panas bumi, melalui proyek Salak Binary.
Lalu, Barito Grup melalui anak usahanya, PT Chandra Asri Alkali, akan mendirikan pabrik EDC, yang merupakan bahan kimia penting dalam pembuatan PVC. Proyek ini sejalan dengan rencana bisnis untuk mengembangkan pabrik chlor-alkali dan EDC. Barito Grup juga telah menandatangani kesepakatan dengan Indonesia Investment Authority (INA) untuk mengembangkan proyek CA-EDC. Selain itu, Barito Pacific melalui TPIA juga mengeksplorasi peluang bisnis kimia hijau melalui kerjasama dengan Nippon Shokubai.
Apakah Saham BRPT Layak Dikoleksi?
Sejumlah analis menyoroti potensi dampak positif penurunan harga minyak mentah dunia terhadap emiten dengan model bisnis manufaktur petrokimia, seperti BRPT. Penurunan harga minyak dapat mengurangi beban biaya perusahaan. Hanya saja, prospek perbaikan kinerja BRPT belum mengangkat secara signifikan harga sahamnya.
Mengingat Barito Group memiliki strategi ekspansi yang ambisius, rekomendasi saham BRPT untuk saat ini adalah "wait and see" sambil memantau harga minyak mentah dunia dan kinerja keuangan BRPT. Secara teknikal, ada rekomendasi "speculative buy" untuk BRPT dan "buy on weakness" untuk TPIA.
Baca juga: Marak Isu Rangka eSAF Motor Honda Karatan, Bagaimana Prospek Saham ASII?
Mau berinvestasi di saham BRPT secara praktis dan aman? Yuk, coba aplikasi BMoney. Lewat aplikasi ini, kamu bisa membeli saham BRPT atau saham perusahaan apa pun dengan mudah, kapan pun, dan di mana saja.
Hanya dengan modal terjangkau mulai dari Rp10 ribu, kamu sudah bisa berinvestasi secara cepat dan aman, ditambah berbagai fitur menarik yang akan mempermudahmu mengoptimalkan potensi profit. Jadi, tunggu apa lagi? Segera unduh aplikasinya di Play Store atau App Store.