Kembali Menggeliat, Begini Kinerja Saham BUMI Terkini

Uji Agung Santosa

08 Mei 2023

Kondisi saham BUMI terkini (123rf.com)
Kondisi saham BUMI terkini (123rf.com)

Sebelumnya, ada saham blue chip yang dijual dengan harga saham Rp8 ribuan. Sayangnya, saham tersebut menurun drastis sampai di angka Rp50-an pada tahun 2021.

Saham tersebut adalah saham BUMI Resources, yaitu saham yang dikeluarkan oleh perusahaan pertambahan PT BUMI Resources Tbk. Meski sempat menurun drastis, saham tersebut kembali menggeliat pada Desember 2022 dengan posisi harga Rp168 per lembar saham.

Jika kamu tertarik untuk berinvestasi di saham ini, kenali dulu apa itu saham BUMI dan bagaimana kinerjanya lewat penjelasan berikut ini.

Mengenal Saham BUMI

BUMI Resources merupakan salah satu perusahaan pertambangan besar di Indonesia yang menjadi bagian dari Bakrie Group. Perusahaan ini masuk ke dalam deretan saham B7 (Brothers 7) yang dikenal sebagai produsen batu bara termal terbesar di Indonesia. 

Kabar baik lainnya adalah perusahaan ini juga terdaftar di Bursa Efek London. BUMI dikenal sebagai perusahaan yang bergerak di bidang eksplorasi dan eksploitasi endapan batu bara, termasuk pertambangan batu bara dan kegiatan eksploitasi minyak. 

Sebagai salah satu perusahaan besar, BUMI memiliki empat bisnis utama, yaitu pertambangan dan distribusi batu bara (eksplorasi dan eksploitasi endapan batu bara), pelayanan (pemasaran dan pelayanan manajemen), serta eksplorasi migas dan emas.

Saham BUMI pertama kali masuk ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 1990 di Papan Pengembangan dengan harga IPO Rp4.500 sebanyak 10 miliar lembar saham. 

Per Desember 2022 ini, saham BUMI mencatatkan harganya di level Rp168 per lembar dengan kapitalisasi pasar Rp63 jutaan dan saham keseluruhan yang beredar sebanyak 486.744.000 lembar saham. Saham tersebut memiliki komposisi publik sebesar 75.21%.

Salah satu daya tarik yang dimiliki saham BUMI adalah sejarah mencatat bahwa Lo Kheng Hong, yang merupakan bapak value investing Indonesia, pernah memiliki saham tersebut. 

Jika melihat harga jual dan kapitalisasi pasarnya, saham BUMI dapat dipastikan merupakan saham gorengan sehingga harus dihindari oleh investor yang ingin berinvestasi jangka panjang. Lantas, bagaimana kinerja dan kondisi keuangannya? Simak penjelasan di bawah ini.

Baca juga: Tertarik Investasi, Ini Harga Saham BCA Per 1 Lot Terbaru

Kinerja Keuangan Saham BUMI

Harga batubara
Harga batubara

Harga batu bara yang anjlok pada tahun 2020 lalu tentu berdampak signifikan terhadap kinerja saham BUMI yang bergerak di sektor pertambangan batu bara. Berdasarkan laporan keuangan 2020 yang diakses melalui BEI, BUMI Resources mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 21,81% secara year-on-year dari US$751 juta ke US$581 juta. 

Penurunan pendapatan perusahaan tersebut ditambah lagi dengan kenaikan beban bunga dan keuangan yang mencapai 30,49%. Namun, pendapatan BUMI terus meningkat sejak Q3 2022.

ROA dan ROE merupakan indikator yang menentukan apakah perusahaan dapat mempergunakan aset dan investasinya untuk memperoleh keuntungan secara efektif dan efisien atau tidak.

Jika dilihat dari kacamata finansial, rasio keuangan saham BUMI memang sangat jauh dari kata sehat. Pencapaian rasio keuangannya pada tahun lalu bahkan lebih baik daripada tahun ini. Hal tersebut dapat dilihat dari rasio return yang turun, di antaranya adalah ROA -4,02% dan ROE -32,19%.

Sementara itu, rasio profitabilitas saham BUMI juga tergolong sangat tidak baik karena NPM-nya berada di angka -21,82%, sedangkan GPM-nya anjlok sampai ada di posisi angka -17,25% ke 5,93%. Terakhir, OPM-nya berada di level -23,3%. Melihat seluruh angka rasio tersebut, dapat dipastikan bahwa BUMI tidak dapat menjalankan perusahaan secara efisien. 

Baca juga: Apa Itu ROE dan Cara Mengukur Kinerja Keuangan Pakai Rumus ROE

Jejak Pembagian Dividen untuk Pemegang Saham BUMI

Dividen merupakan salah satu indikator penting dalam fundamental perusahaan yang berfungsi sebagai parameter untuk mengukur bagaimana perusahaan mampu menyisihkan laba untuk investor. 

Setelah melihat kinerja keuangan BUMI, dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut belum pernah membagikan dividen sedikit pun kepada investornya selama 12 tahun ke belakang. Terakhir kalinya BUMI membagikan dividen adalah pada tahun 2011 lalu. Hal ini tentu membuat investor ragu untuk berinvestasi di perusahaan tersebut.

Absennya perusahaan dalam pembagian dividen disebabkan oleh pihak manajemen perusahaan yang harus membayar utang beserta bunganya setiap tahun. Di lain pihak, manajemen BUMI berjanji akan membagikan dividen pada 2023 setelah mendapatkan izin dari kreditur atau setelah perusahaan membayarkan 80% dari total utang. 

Potensi tersebut memberikan harapan tersendiri bagi para investor lama dan menjadi faktor pertimbangan tersendiri bagi investor baru yang ingin membeli saham BUMI.

Baca juga: Perlu Dikoleksi! Ini Daftar Saham yang Bagi Dividen 2 Kali Setahun

Prospek Bisnis BUMI

Kenaikan harga saham BUMI yang terjadi pada beberapa waktu lalu membuka peluang yang cukup realistis untuk memperbaiki kinerja keuangan perusahaan tersebut.

Pada perdagangan saham 29 November 2022, misalnya, harga saham BUMI ditutup menguat 3,35% ke level Rp85 per lembar saham. Dalam lima hari perdagangan terakhir, harga saham BUMI terakumulasi turun 3 poin atau 1,60%. Akan tetapi, harga saham BUMI terbilang meroket sampai 176,12% secara year to date.

Bersamaan dengan itu, manajemen BUMI Resources kembali memperlihatkan kenaikan performanya dengan penurunan jumlah utang dari yang tadinya menggunung perlahan-lahan mulai menipis, bahkan bisa dibilang hampir lunas. Vice President Investor Relations & Chief Economist BUMI, Achmad Reza Widjaja juga menjelaskan bahwa BUMI berupaya untuk melakukan sejumlah langkah untuk menggenjot restrukturisasi dan pelunasan utang.

Pada tahun 2017, utang BUMI sempat mencapai angka US$ 4,3 miliar. Sementara itu, pada tahun 2022, perusahaan tersebut telah berhasil melunasi Tranche A/B/C CVR. Selain itu, BUMI juga memiliki OWK sebesar US$ 166 juta yang akan jatuh tempo pada Desember 2024. 

Sementara kondisi kinerja keuangan makin baik, masuknya Grup Salim juga menjadi salah satu faktor yang membuat neraca keuangan BUMI semakin sehat. Pada 18 Oktober 2022, BUMI melakukan private placement atau non-preemptive rights (NPR) senilai US$1,6 miliar. Keesokan harinya, BUMI pun melakukan pembayaran utang PKPU.

Langkah signifikan lain yang dilakukan BUMI untuk terus meningkatkan kinerja keuangannya adalah dengan merilis 27,48 miliar saham baru seri C dengan nilai keseluruhan Rp2,20 triliun. Saham tersebut dirilis dengan skema private placement dan akan dialokasikan bagi OWK, salah satunya China Investment Corporation (CIC).

Baca juga: Pengertian dan Cara Menganalisis Saham dengan Data Historis

Rekomendasi Saham

Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas, Cheryl Tanuwijaya, melihat prospek saham BUMI akan kembali menggeliat setelah perusahaan tersebut terbebas dari utang. Hal ini lantaran beban utang yang menggunung inilah yang membuat sentimen negatif di kalangan investor sehingga enggan untuk masuk ke saham BUMI.

Bagi kamu yang ingin berinvestasi di saham ini, Cheryl merekomendasikan buy dengan target harga Rp210 dan para pelaku pasar disarankan untuk stop loss jika saham BUMI menembus harga Rp178 per saham.

Demikianlah sedikit informasi yang bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk memutuskan apakah kamu akan membeli saham BUMI atau tidak. Jika melihat prospek saham BUMI yang kian meningkat, tidak ada salahnya untuk mempertimbangkan rekomendasi di atas.

Namun, jika kamu belum yakin untuk melakukannya, tentu kamu harus memikirkan berbagai risikonya matang-matang. Supaya transaksi saham kamu berjalan dengan lancar, jangan lupa gunakan aplikasi investasi tepercaya seperti BMoney yang bisa diunduh melalui Play Store atau App Store.

 

Artikel menarik lainnya

reksadana_hero_image

Selalu update bareng komunitas investor BMoney!