Apakah kamu tertarik berinvestasi di saham INAF? Sebelum memutuskan, ada baiknya mengetahui bahwa pada Kuartal II tahun 2023, PT Indofarma Tbk. (INAF) membukukan laporan penjualan sebesar Rp363,97 miliar. Penjualan tersebut mengalami penurunan sebesar 36,60% jika dibandingkan penjualan pada periode yang sama di tahun lalu, yang bisa mencapai Rp574,05 miliar.
Perseroan ini sukses menekan beban pokok penjualan pada kuartal II tahun ini dari Rp502,55 miliar menjadi Rp359,36 miliar. Sayangnya, INAF hanya bisa mendapatkan laba bruto senilai Rp13,6 miliar, merosot sebanyak 80,97% dibanding kuartal II tahun lalu yang bisa mengantongi Rp71,5 miliar.
Rentetan performa buruk yang diraih INAF sampai 4 Agustus 2023, membuat BEI memberi perseroan ini stemple ‘E’, yang artinya nilai ekuitasnya negatif. Notasi ini menjadi penanda bagi investor sebelum berinvestasi. Benarkah seburuk itu? Bagaimana analisis saham dari salah satu perusahaan BUMN ini?
Profil Perusahaan PT Indofarma Tbk.
Berawal dari tahun 1918, pabrik berskala kecil yang memproduksi salep dan kasa pembalut yang terletak di lingkungan Rumah Sakit Pusat Pemerintah Kolonial Belanda adalah cikal-bakal PT Indofarma Tbk. Perusahaan kemudian berkembang dengan menambah barang produksi berupa tablet dan injeksi.
Tahun 1942, perusahaan sempat dikuasai oleh pemerintah Jepang di bawah Takeda Pharmaceutical. Delapan tahun kemudian pemerintah berhasil mengambil kembali perusahaan ini melalui Departemen Kesehatan. Pada 11 Juli 1981, status perusahaan berubah menjadi badan hukum bernama Perusahaan Umum Indonesia Farma atau Perum Indofarma.
Baru pada tahun 1996, perusahaan berubah nama menjadi PT Indofarma (Persero). Bisnis pun semakin berkembang seiring ekspansi dengan mendirikan anak perusahaan bernama PT Indofarma Global Medika.
Tepat 17 April 2001, perseroan resmi terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya (yang saat ini telah berubah menjadi Bursa Efek Indonesia/BEI). Dengan kode emiten INAF, perusahaan berubah menjadi PT Indofarma (Persero) Tbk.
Baca juga: Menarik, Komoditas adalah Alternatif Investasi yang Layak Dicoba!
Perkembangan bisnis yang dijalani PT Indofarma Tbk. tak lepas dari produk obat generik yang mencakup pasar secara lebih luas. Hingga 2016, INAF berhasil menambah produk baru sebanyak tiga Kelas Terapi dari 11 Kelas Terapi Fornas. Di tahun yang sama, melalui anak perusahaannya, PT Indofarma melengkapi produknya dengan perakitan tempat tidur rumah sakit.
Sekian puluh tahun beroperasi, PT Indofarma Tbk paling tidak sudah memiliki 253 izin edar obat yang terdiri atas kategori Obat Generik Berlogo, Over The Counter, Obat Generik Bermerek dan izin edar untuk alat kesehatan yang diproduksinya.
Kinerja Keuangan PT Indofarma Tbk (INAF)
Seperti yang sudah disinggung sedikit di atas, sampai kuartal II tahun 2023, PT Indofarma Tbk. mengalami penurunan penjualan dari periode yang sama di tahun lalu. Hingga semester pertama di tahun ini, INAF hanya mendapatkan Rp363,97 miliar dari penjualan. Angka tersebut turun sebanyak 36,60% dibanding periode yang sama di tahun lalu yang mencapai Rp574,05 miliar.
Dari laporan keuangan perseroan BEI, INAF dapat menekan beban pokok penjualan dari Rp502,55 miliar menjadi Rp350,36 miliar pada kuartal II tahun 2023. Walaupun berhasil, perseroan hanya mendapatkan laba kotor sebesar Rp13,6 miliar. Angka ini merosot jauh sebesar 80,97% dari tahun lalu yang berhasil mendapatkan laba kotor sebesar Rp71,5 miliar.
Baca juga: 3 Jenis Investasi yang Menguntungkan dan Cocok Bagi Pemula
Untuk beban penjualan, INAF mencatatkan sebesar Rp52,4 miliar dengan beban umum dan administrasi mencapai Rp67,83 miliar serta keuntungan lainnya mencapai Rp293,06 juta. Dengan rincian seperti itu, PT Indofarma Tbk. membukukan rugi usaha lebih besar dibandingkan periode yang sama di tahun lalu, yakni dari semula hanya Rp74,33 miliar, naik menjadi Rp104,32 miliar.
Sementara itu, beban keuangan di kuartal II tahun 2023 adalah sebesar Rp23,82 miliar dengan rugi berjalan mencapai Rp120,35 miliar. Angka ini lagi-lagi naik dari tahun lalu yang berjumlah Rp90,72 miliar. Dari sisi aset perusahaan, sampai 30 Juni 2023 naik dibandingkan akhir tahun lalu, dari Rp1,53 Trilun menjadi Rp1,56 Triliun.
Pada penutupan perdagangan saham 3 Agustus 2023, saham INAF naik 1,56 % ke level Rp650 per saham. Level tertingginya berada di posisi Rp675 dan terendah di posisi Rp650 per lembar saham.
Total frekuensi perdagangan tercatat sebanyak 164 kali dan volume perdagangan mencapai 3.864 lot saham dengan nilai transaksi sebesar Rp251,1 juta. Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat perbandingan kinerja keuangan PT Indofarma berikut ini!
Komponen |
Q2 2023 |
2022 |
2021 |
2020 |
Pendapatan |
Rp169,8 miliar |
Rp574,05 Miliar |
Rp849,3 Miliar |
Rp302 miliar |
Laba Bersih |
|
|
Rp977,78 juta |
Rp27,58 juta |
Laba Kotor |
Rp13,6 miliar |
Rp110 miliar |
Rp451 miliar |
Rp400 miliar |
Total Aset |
Rp1,57 Triliun |
Rp1,53 Triliun |
Rp2,011 Triliun |
Rp1,71 Triliun |
Total Ekuitas |
Rp24,5 miliar |
Rp86,3 miliar |
Rp503,3 miliar |
Rp430,3 miliar |
Total Liabilitas |
Rp1,6 triliun |
Rp1,45 triliun |
Rp1,5 Triliun |
Rp1,28 Triliun |
* RUPST yang digelar pada 31 Mei 2023 menyepakati tidak ada penetapan laba bersih perseroan karena masih mengalami rugi bersih tahun buku 2022.
Sementara itu, untuk rasio keuangan dari saham INAF dari 2020 hingga data terbaru 2023 adalah:
Rasio |
2023 |
2022 |
2021 |
2020 |
ROA |
-7,72%. |
-27,93% |
1,87% |
0,002% |
ROE |
353,98% |
-496,23% |
7,39% |
0,01% |
NPM |
84,19% |
37,45% |
1,29% |
0,002% |
DER |
- |
- |
- |
- |
Dari tabel rasio keuangan, tampak bahwa ROA dan ROE milik PT Indofarma Tbk. terdapat minus, yang artinya perusahaan tidak mendapatkan laba bersih, melainkan kerugian.
Pembagian Dividen Pemegang Saham PT Indofarma Tbk. (INAF)
Terdapat 8 dari 12 emiten industri farmasi yang telah membagikan dividen tahun buku 2022. Sayangnya, di antara 8 emiten tersebut, INAF tidak termasuk salah satunya. INAF dan tiga emiten industri farmasi lain seperti PT Kimia Farma Tbk. (KAEF), PT Penta Valent Tbk. (PEVE), dan PT Pyridam Farma Tbk. (PYFA), absen membagi-bagikan dividen tahun 2022.
Tahun 2021, PT Indofarma Tbk. juga tidak membagikan dividennya karena perseroan masih mengalami kerugian. Tahun 2020, INAF merugi sebanyak Rp37,58 miliar, terjun bebas sebesar 173,39% dari periode yang sama di tahun lalu yang mendapatkan laba bersih Rp27,58 miliar.
Kondisi yang kurang lebih sama sebenarnya sudah terjadi sejak 2020. Di tahun itu, INAF juga tidak membagikan dividennya meskipun membukukan laba di tahun 2019.
Perseroan ini tercatat membagikan dividennya sebanyak tiga kali sejak terdaftar di BEI, yaitu di tahun 2001 dengan dividen per saham sebesar Rp12,46, tahun 2002 dengan dividen per saham sebesar Rp19,769 dan 2013 dengan dividen per saham sebesar Rp1,37.
Baca juga: Kelebihan dan Kekurangan Investasi Obligasi yang Perlu Diketahui
Prospek Bisnis Saham INAF
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, saham INAF mendapat stemple E dari BEI, yang artinya memiliki ekuitas negatif. Ini menjadi penanda bagi investor sebelum berinvestasi. Sampai 14 Agustus 2023, saham INAF memang tengah dalam pengawasan khusus karena menunjukkan kinerja keuangan yang negatif selama enam bulan pertama di tahun 2023.
Dari data milik BEI, saham INAF berada di bawah pengawasan sejak 4 Agustus 2023. Namanya tercatat dalam papan pengawasan khusus yang sengaja dibuat oleh otoritas BEI untuk meningkatkan perlindungan para investor. Dengan melihat papan pengawasan khusus tersebut, investor bisa mengetahui kondisi satu saham tertentu sehingga bisa lebih bijak dalam berinvestasi.
Sepanjang enam bulan pertama di tahun 2023, INAF banyak mencatatkan kerugian karena menurunnya pendapatan akibat angka penjualan yang anjlok. INAF tercatat mengalami penurunan penjualan sebesar 36,59% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu. Produk-produk Indofarma kompak mengalami penurunan penjualan yang signifikan.
Setelah mengetahui kondisi keuangan perusahaan dan posisi saham INAF di BEI, apakah masih tertarik untuk berinvestasi? PIkirkan baik-baik sebelum menyesal kemudian.
Jika ingin berinvestasi dan perlu rekomendasi saham yang stabil, kamu bisa mengunduh aplikasi BMoney sebagai bantuan dan memudahkan kamu dalam memilih instrumen investasi yang tepat. Kamu bisa mengunduh aplikasi tersebut melalui App Store atau Play Store.