Kinerja Saham INDF, Induk Usaha Indofood yang Populer di Kalangan Investor

Uji Agung Santosa

26 September 2023

Gedung Indofood
Gedung Indofood

Kamu tentu tidak asing lagi dengan sebagian besar produk Indofood seperti Indomie, Supermi,  Chitato, hingga tepung Segitiga Biru. Produk milik PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) ini banyak digemari di dalam negeri dan sudah merambah pasar internasional. Tak heran, saham INDF menjadi salah satu saham berkapitalisasi besar yang populer di kalangan investor, terutama investor jangka panjang. 

 

Sebagai informasi, Indofood adalah perusahaan yang bergerak di sektor barang konsumen (consumer goods). INDF didirikan pada tahun 1990 dengan nama awal PT Panganjaya Intikusuma. 

Emiten dengan  kode saham INDF ini kini menjalankan lima segmen bisnis utama, yaitu bogasari, agrobisnis, distribusi, budi daya dan pengolahan sayuran, serta produk konsumen bermerek yang dijalankan oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) selaku anak usaha. Baik INDF maupun ICBP termasuk perusahaan blue chip yang memiliki reputasi kuat.

Kinerja Harga Saham INDF

Kinerja Harga Saham INDF (TrandingView)
Kinerja Harga Saham INDF (TrandingView)

Saham INDF pertama kali diperdagangkan di bursa pada 1994. Harga awal per sahamnya sebesar Rp1.000 dan ditawarkan dengan harga Rp6.200. Perusahaan ini sempat nyaris pailit ketika terjadi krisis moneter pada tahun 1998. 

Namun, berhasil bangkit kembali ketika Anthony Salim mengambil alih kepemimpinan tertinggi di perusahaan tersebut. Kesuksesan bisnis INDF didorong oleh fakta bahwa produk-produknya sangat dekat dengan masyarakat, yang membuat saham INDF menjadi incaran banyak investor, baik asing maupun domestik.

Pada awal akhir September 2023, harga saham INDF diperdagangkan pada kisaran Rp6.800 per lembar saham. Sepanjang 2023, harga saham INDF mengalami fluktuasi. 

Yuk, simak lebih lanjut mengenai analisis sahamnya.

Baca juga: Kinerja dan Prospek Saham ICBP, Produsen Indomie yang Banyak Digemari 

Kinerja Keuangan INDF 

Sebanyak 50,07% saham INDF dimiliki oleh First Pacific Investment Limited, sementara 49,93% saham sisanya dikuasai oleh publik. Saat ini, kapitalisasi pasar INDF mencapai 58,83 triliun dengan harga tertinggi Rp7.550 dan harga terendah Rp6.025 selama 52 minggu terakhir.

Per tanggal 21 September 2023, harga saham INDF parkir di zona merah dengan penurunan sebesar 1,47% atau 100 poin ke level Rp6.700 dibanding sehari sebelumnya. Meski begitu, dalam 5 tahun terakhir harga sahamnya telah meningkat sebesar 13,56%, dan berfluktuasi dengan penguatan 821,60% sejak pertama melantai di bursa.

Kinerja positif harga saham INDF, terutama sepanjang 2023, tak terlepas dari kinerja yang cemerlang di semester I-2023. Laba bersih INDF melonjak hingga 92% year on year (yoy) menjadi Rp 5,57 triliun. Kenaikan ini dipicu oleh penurunan beban bunga karena nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat 4,5% selama periode tersebut. 

INDF memiliki utang dalam mata uang asing yang signifikan, yaitu 74% dari total utang berbunga dan 23% dari total penjualan dalam mata uang asing. Ini mengakibatkan penurunan beban bunga INDF seiring dengan melemahnya nilai tukar dolar terhadap rupiah.  

Dari segi margin, margin laba kotor INDF sebesar 30,9% pada Semester I-2023 relatif stabil dibandingkan dengan Semester I-2022. Namun, pada Q2 2023, EBITDA dan EBIT INDF mengalami penurunan masing-masing sebesar 20,0% dan 24,7% secara quarter-on-quarter (QoQ), menjadi Rp3,9 triliun dan Rp5,0 triliun, akibat penurunan pendapatan sebesar 16,4% QoQ menjadi Rp25,5 triliun. 

Penurunan ini terjadi karena efek inflasi dan tingkat konsumsi yang lebih rendah, terutama selama beberapa hari libur panjang sehingga berdampak pada segmen CBP dan distribusi INDF.

Dampak harga komoditas yang lebih rendah juga memengaruhi kinerja segmen Bogasari dan Agribisnis. Namun, di luar kenaikan nilai tukar yang sebesar Rp1,46 triliun, INDF berhasil mencetak kenaikan laba bersih sebesar 10% yoy menjadi Rp4,43 triliun. Realisasi ini setara dengan 47% dari proyeksi konsensus untuk tahun 2023. 

Selain itu, EBITDA tumbuh sebesar 9% YoY menjadi Rp11,2 triliun, dengan peningkatan pendapatan sebesar 6% YoY menjadi Rp56,1 triliun. Pendapatan, EBIT, dan EBITDA INDF saat ini sejalan dengan proyeksi sebelumnya untuk tahun penuh 2023, masing-masing mencapai 47%, 47%, dan 48%.

Baca juga: Kinerja dan Prospek Saham CPIN, Emiten Unggas dan Pangan Nasional 

Pembagian Dividen Pemegang Saham INDF

INDF konsisten membayarkan dividen kepada pemegang sahamnya dalam bentuk dividen tahunan. INDF juga pernah membagikan dividen tunai dan interim pada 2018-2019. Data perseroan menunjukkan bahwa pada tahun 2018, INDF memberikan dividen interim sebesar Rp65, dan pada tahun 2019, memberikan dividen final sebesar Rp171. Dalam 10 tahun terakhir (2013-2023), rata-rata persentase imbal hasil yang dibagikan adalah sekitar 3,22%.

Pada 2023, INDF memutuskan untuk membagikan dividen sebesar Rp2,25 triliun atau setara dengan Rp257 per saham. Jumlah ini merupakan yang tertinggi dalam 10 tahun terakhir.  

Memberikan dividen secara reguler merupakan keunggulan bagi perusahaan, karena tidak banyak yang mampu mempertahankan konsistensi dalam pembayaran dividen kepada para pemegang sahamnya. 

Oleh karena itu, saham INDF merupakan pilihan yang sesuai bagi investor jangka panjang yang ingin merasakan pendapatan rutin dari dividen setiap tahunnya, tanpa perlu menjual saham yang dimiliki.

Baca juga: Menilik Kinerja, Pergerakan Harga, dan Prospek Saham KAEF 

Prospek Bisnis INDF

Brand Indofood
Brand Indofood

Di paruh kedua 2023, sejumlah analis melihat beberapa sentimen positif yang akan mendukung kinerja INDF. 

Pertama-tama, peningkatan permintaan dari pelanggan ICBP akan mendorong laba bersih INDF lebih tinggi. Lalu, INDF akan diuntungkan rebound harga komoditas, terutama gandum dan crude palm oil (CPO), akibat gangguan pasokan yang disebabkan oleh perang Rusia-Ukraina dan fenomena El Nino. Hal ini karena INDF termasuk dalam sektor konsumen yang defensif.

Kemudian, meningkatnya kontribusi pendapatan dari Pinehill Company Limited di negara-negara Timur Tengah dan Afrika diprediksi akan meningkatkan risiko nilai tukar INDF. Selain itu, harga gandum global dan CPO yang mengalami penurunan dapat memengaruhi pendapatan Bogasari dan INDF, serta menurunkan pendapatan agribisnis INDF.

Dengan demikian, para analis melihat prospek cerah pada segmen agribisnis INDF karena meningkatnya permintaan minyak sawit yang didorong oleh implementasi wajib B35 di Indonesia dan perayaan Deepavali di kuartal IV-2023. 

Pendapatan dan laba bersih 2023 juga diprediksi mengalami kenaikan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. 

Baca juga: Kinerja dan Prospek Saham PANI, Pengembang Properti PIK 2 

Untuk saat ini hingga beberapa waktu ke depan, sejumlah sekuritas merekomendasikan untuk membeli saham INDF dengan target harga yang berbeda. 

Nah, bagi kamu yang tertarik mengoleksi saham Indofood secara online, pastikan hanya membelinya melalui aplikasi investasi tepercaya seperti BMoney. Selain lebih cepat, mudah, dan memberi return optimal karena didukung berbagai fitur menarik, berinvestasi lewat BMoney juga aman lantaran sudah terdaftar dan diawasi OJK. 

Kamu yang masih pemula juga bisa memilih berbagai instrumen investasi lainnya yang lebih minim risiko, seperti reksa dana. Download aplikasinya secara gratis di App Store atau Play Store.

 

Artikel menarik lainnya

reksadana_hero_image

Selalu update bareng komunitas investor BMoney!