Indonesia memiliki perkebunan karet yang sangat luas. Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), luas perkebunan karet di Indonesia sebesar 3,83 juta hektar (ha) pada tahun 2022. Luas tersebut meningkat 1,32% dibandingkan pada tahun 2021 yang sebesar 3,78 juta ha.
Dari jumlah tersebut mayoritas perkebunan karet di Indonesia dikelola oleh rakyat dengan luas 3,52 juta ha. Sedangkan perkebunan karet berskala besar yang dikelola swasta dan negara seluas 301.900 ha. Provinsi Sumatera Selatan memiliki perkebunan karet terluas hingga 919.500 ha. Setelah itu Jambi dengan luas 422.100 ha dan Kalimantan Barat dengan luas 396.800 ha.
Selain perkebunan rakyat dan swasta, lahan karet yang besar juga berada di bawah naungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu PT Perkebunan Nusantara (PTPN). Salah satunya PTPN III yang mengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei.
Inilah 5 Perusahaan Karet Terbesar di Indonesia
Terdapat lima perusahaan karet terbesar di Indonesia yang juga merupakan produsen kelapa sawit. Hal ini disebabkan oleh daerah tanamnya yang hampir sama. Berikut daftarnya.
1. PT London Sumatera Tbk (LSIP)
Perusahaan produsen karet ini merupakan bagian dari Grup Salim dan juga merupakan sister company PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) yang populer dengan produk mie instannya, Indomie.
LSIP memiliki wilayah perkebunan paling banyak di Sumatera Utara. Berdasarkan laporan keuangan perseroan per tahun 2022, penjualan perusahaan karet perusahaan tersebut berada di angka 3,6% dari total penjualan perseroan, yaitu Rp150,94 miliar. Sementara itu, harga saham karet di perusahaan tersebut per 19 November 2023 adalah Rp930 per lembarnya.
2. PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP)
Perusahaan karet terbesar di Indonesia selanjutnya berada di bawah naungan grup perkebunan Bakrie, yakni PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk. (UNSP). Emiten saham karet ini dikenal sebagai perusahaan yang memproduksi karet alam dari hulu ke hilir, mulai dari lateks hingga block skim rubber (BSR) yang diklaim menjadi keahlian perseroan.
Sama seperti perusahaan lain yang juga mengelola kelapa sawit, penjualan produksi karet dari emiten saham UNSP tersebut memang tidak banyak. Berdasarkan laporan keuangan perseroan hingga kuartal III tahun 2022, penjualan karet di perusahaan tersebut berada di kisaran 7,27% dari total penjualan perseroan, yaitu Rp304,5 miliar. Saat ini, harga saham UNSP berada di angka Rp113 per lembar.
Baca juga: Mengenal Indeks Hang Seng, Indeks Pasar Saham Paling Kesohor di Hongkong
3. PT Kirana Megatara Tbk (KMTR)
PT Kirana Megatara Tbk. merupakan perusahaan yang fokus dalam mengelola bisnis karet dengan menghasilkan barang jadi karet. Emiten dengan kode saham KMTR ini menjual barang jadi yang didominasi pasar ekspor, seperti Michelin dan Yokohama.
Menurut laporan keuangan perseroan Desember 2022, KMTR berhasil menjual karet sebesar 449,73 juta kilogram pada tahun 2022 dengan penghasilan terbesar Rp11,4 triliun yang berasal dari barang jadi karet. Angka tersebut setara dengan 99,55% dari total penjualan perseroan 2022. Per 19 November 2023, harga saham KMTR berada di angka Rp284 per lembar.
4. PT Pinago Utama Tbk (PNGO)
Emiten saham karet yang satu ini diketahui mengelola total 17.656 hektar lahan dengan luas perkebunan karet sebesar 3.960 hektare. Sementara itu, 77% dari perkebunan karet tersebut merupakan area tanaman produktif.
Sebagai perusahaan dengan porsi penjualan kelapa sawit dan karet yang berimbang, PNGO sempat meraup hasil karet kering berupa lateks dan lump sebesar 3.658 ton dengan angka yang menurun 10% dari rata-rata tahunan.
Menurut laporan keuangan perusahaan hingga akhir 2022, PNGO berhasil memperoleh pendapatan mencapai Rp752,50 miliar. Angka tersebut hampir seimbang dengan nilai penjualan minyak sawit dan inti sawit perusahaan yang dihasilkan, yakni sebesar Rp1,27 triliun. Per 19 November 2023, harga saham PNGO berada di angka Rp1.395 per lembar.
Baca juga: Daftar Saham Jangka Panjang yang Layak Koleksi untuk Masa Depan
5. PT Indo Komoditi Korpora Tbk (INCF)
Perusahaan karet terbesar di Indonesia terakhir yang masuk dalam daftar ini adalah PT Indo Komoditi Korpora Tbk., yakni perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan karet alam. Emiten dengan kode saham INCF ini beroperasi di bidang pengelolaan karet SIR 20 dan dry jelutong.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan sampai akhir tahun 2022, INCF berhasil mencatatkan penghasilan sebesar Rp315,62 miliar. Angka tersebut sebenarnya mengalami penurunan dari pendapatan tahun sebelumnya yang mencapai Rp358,9 miliar. Uniknya, saham ini dibanderol dengan harga yang relatif murah, yaitu Rp50 per lembar.
Pergerakan Saham Karet di Indonesia
Sebagai salah satu komoditas yang cukup banyak dihasilkan sektor perkebunan, para analis melihat bahwa emiten perkebunan masih mempunyai prospek bisnis yang cukup cerah ke depannya, terutama emiten sawit dan karet berkapitalisasi besar seperti LSIP.
Sementara itu, emiten saham karet seperti KMTR dianggap terlalu berisiko karena sangat bergantung pada perubahan harga komoditas dan produk. Perusahaan tidak dapat melakukan hedge dari perubahan harga komoditas dan kurs sehingga terlalu bergantung pada siklus dari industri karet.
Baca juga: Mengenal Saham Preferen, Jenis, Keunggulan, dan Cara Membelinya
Meski kinerja kuartal I-2023 perusahaan tersebut telah mencatatkan laba bersih positif, hal tersebut disebabkan oleh adanya keuntungan kurs yang belum terealisasi. Dengan kondisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan masih akan mengalami kerugian jika akun tersebut dihilangkan.
Kinerja tertinggi KMTR yang terjadi saat perusahaan IPO pada 2017 dianggap tidak mengindikasikan kinerja prospektif karena tingginya laba bersih tersebut disebabkan oleh COGS perusahaan yang dapat ditekan. Sementara itu, pendapatan perusahaan pada 2021 yang mencapai titik tertingginya tidak membuat perusahaan dapat menekan COGS.
Setelah mengetahui prospek saham emiten karet di masa depan, apakah kamu tertarik untuk membeli saham tersebut? Jika iya, maka kamu perlu membeli saham karet di tempat yang tepat. Salah satunya adalah melalui aplikasi andal dan tepercaya BMoney.
Selain membeli saham yang diterbitkan oleh perusahaan karet terbesar di Indonesia, kamu juga bisa membeli saham dari emiten lain yang memang memiliki prospek cerah. Melalui aplikasi BMoney, kamu bisa mengetahui saham apa saja yang direkomendasikan dan saham apa saja yang sebaiknya dihindari.
Kamu juga bisa menyesuaikan pembelian saham dengan dana yang kamu miliki karena berinvestasi di BMoney bisa dimulai dengan modal mulai dari Rp10 ribu saja. Bagaimana, tertarik untuk menggunakannya? Yuk, download aplikasinya sekarang juga melalui App Store atau Play Store!