Usai mengalami jatuh bangun, emiten produsen rokok kembali mencatatkan kinerja laba yang positif sepanjang semester pertama 2023. Bagi kamu yang tertarik menjadikannya sebagai investasi, ketahui dulu deretan saham rokok Tanah Air yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Selain itu, kamu juga perlu mengenali profil dan kinerja masing-masing emiten rokok agar tak salah pilih saat membeli. Jadi, mau mengenal lebih jauh mengenai saham emiten rokok di Indonesia? Yuk simak ulasannya dalam artikel di bawah ini.
Mengenal Saham Rokok di Indonesia
Saham rokok mengacu pada saham dari perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam industri tembakau atau produksi rokok. BEI sendiri telah menetapkan klasifikasi perusahaan industri untuk emiten rokok dalam kategori sektor consumer non-cyclicals dengan subindustri Tembakau.
Sejauh ini, ada 5 emiten rokok Indonesia beserta kode sahamnya yang terdaftar di BEI, yaitu sebagai berikut.
- PT Gudang Garam Tbk - GGRM
- PT H.M. Sampoerna Tbk - HMSP
- PT Indonesian Tobacco Tbk - ITIC
- PT Bentoel Internasional Investama Tbk - RMBA
-
PT Wismilak Inti Makmur Tbk - WIIM
Sepanjang semester I 2023, lima emiten rokok ini kompak mencatat kenaikan kinerja keuangan yang didorong dari peningkatan penjualan. Hal ini menandakan bahwa tingkat konsumsi rokok terus bertambah meskipun pemerintah telah menaikkan cukai rokok rata-rata 10% mulai 1 Januari 2023 yang berdampak pada kenaikan harga rokok.
Baca juga: Daftar Saham Gocap Terbaru, Risiko dan Keuntungannya
Daftar Saham Rokok Indonesia yang Tercatat di BEI
Berikut ini adalah daftar saham rokok di Indonesia yang tercatat di BEI dan layak dipertimbangkan dalam berinvestasi.
1. PT Gudang Garam Tbk. (GGRM)
Pada semester 1 2023, GGRM mencatat laba bersih sebesar Rp3,28 triliun, naik 243,9% secara tahunan (yoy). Laba bersih ini melesat di tengah pendapatan yang merosot 9,43% yoy menjadi Rp55,85 triliun. Per September 2023, saham emiten dengan kapitalisasi mencapai Rp46,66 triliun ini menduduki posisi Rp24.250, turun 66,95% dibanding 5 tahun terakhir.
Meski begitu, secara tren, saham emiten yang terkenal rajin bagi-bagi dividen ini sedang dalam proses membalik arah (reversal) usai menyentuh level bottom di kisaran Rp15.800 pada awal Januari 2023. Terlebih lagi, GGRM telah resmi masuk kembali ke dalam indeks LQ45 karena pulihnya kinerja dan prospek ekonomi domestik yang positif.
Baca juga: Kinerja dan Harga Saham GGRM, Apakah Bagus untuk Investasi?
2. PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (HMSP)
Selain GGRM, HMSP juga menjadi emiten saham rokok yang namanya familiar di tengah masyarakat. Sejumlah produknya yang kesohor yaitu A Mild, Magnum, Marlboro, Sampoerna Kretek, Dji Sam Soe, Panamas Kretek, dan tembakau tanpa asap (IQOS).
Per 29 Maret 2023, harga HMSP sempat melonjak Rp1.165 per saham dengan kenaikan Januari hingga akhir Maret mencapai 47%. Namun, di awal September, harga saham HMSP hanya bertengger di level Rp875. Dalam kurun 5 tahun terakhir, harga HMSP bahkan mengalami penurunan sebesar 77,45% atau merosot 3.005 poin.
Kendati demikian, sepanjang semester 1 2023, emiten yang tidak pernah absen membagikan dividen tunai setiap tahun ini mencatatkan laba periode berjalan sebesar Rp3,74 triliun, naik 18,69% dari periode sebelumnya. Perolehan tersebut tidak terlepas dari penjualan bersih perusahaan sebesar Rp56,15 triliun. Saat ini, kapitalisasi pasar HMSP tetap tergolong besar yakni senilai Rp101,78 riliun
Baca juga: Ini Harga Saham HMSP yang Rutin Bagi-Bagi Dividen
3. PT Wismilak Inti Makmur Tbk. (WIIM)
PT Wismilak Inti Makmur Tbk. dengan kode saham WIIM berdiri sejak tahun 1994 dan melakukan IPO pada 2012. Beberapa produk terlaris WIIM di antaranya Wismilak, Diplomat, dan Galan kretek.
Hingga September 2023, harga saham emiten dengan kapitalisasi pasar senilai Rp3,7 triliun ini bertengger di posisi Rp1.760. Pergerakannya fluktuatif dan meningkat 877,78% dalam 5 tahun terakhir. Dibanding HMSP dan GGRM,WIIM menjadi emiten rokok dengan pertumbuhan paling tinggi. WIIM mencatat kinerja cemerlang lewat pendapatan dan laba bersih yang konsisten meningkat dari tahun ke tahun.
Pada semester I-2023, penjualan WIIM melesat hingga 46,37% menjadi Rp2,38 triliun yang berdampak pada pertumbuhan laba bersih sebesar 200,49% secara yoy menjadi Rp246,87 miliar. Situasi saham WIIM juga dalam tren kenaikan yang terbilang positif setidaknya sejak April 2022. Bahkan lebih baik dari HMSP dan GGRM, dengan kinerja YtD menyentuh 188,89%.
Baca juga: Deretan Saham Sektor Retail yang Bisa Dipilih Tahun 2023
4. PT Indonesian Tobacco Tbk. (ITIC)
PT Indonesian Tobacco Tbk. dengan kode saham ITIC didirikan pada 16 Mei 1955 dan resmi melantai di bursa pada Juli 2019 dengan harga IPO Rp219 per lembar saham. ITIC memproduksi beberapa merek alternatif rokok lebih ekonomis, di antaranya Manna, Butterfly, varian Kuda Terbang, DC 9, Djago Tarung, Anggur Kupu, Bunga Sakura, Pohon Sagu, Deer, Save, dan banyak lagi. yang didir. Secara resmi tercatat dalam papan bursa saham
Per September 2023, ITIC yang tergolong saham small cap dengan kapitalisasi Rp270,93 miliar berada pada harga Rp288 per saham, menurun 30,1% sejak IPO. Meski begitu, ITIC sukses meningkatkan pendapatan secara konsisten tiap tahunnya, meskipun pada 2019 mencetak rugi bersih Rp7 miliar. Pada semester I 2023, kenaikan laba bersih dan pendapatannya sebesar 23,47% dan 12,07%, dengan kerugian yang mengecil menjadi Rp13,53 juta.
Baca juga: Daftar Saham Indeks LQ45, Kriteria, dan Bedanya dengan Saham Blue Chip
5. PT Bentoel Internasional Investama Tbk. (RMBA)
Saham rokok yang terakhir adalah PT Bentoel Internasional Investama dengan kode saham RMBA yang memasuki IPO pada tahun 1990 dengan harga penawaran Rp3.380. Portofolio perusahaan mencakup merek lokal seperti Sejati, Star Mild, Club Mild, Neo Mild, Tali Jagat, Bintang Buana, dan Uno Mild, serta merek global seperti Dunhill, Lucky Strike, Ardath, dan Pall Mall.
Emiten yang akan segera go private ini mencatatkan pertumbuhan kinerja keuangan yang cukup baik. Pada semester I 2023, laba bersih Perseroan naik 154% menjadi Rp40,68 miliar secara tahunan. Peningkatan laba didorong oleh pertumbuhan pendapatan sebesar 27%, dan penurunan pada beban operasi lainnya.
Sejak Agustus 2021, saham RMBA telah berstatus suspend lantaran tengah dalam proses delisting atau keluar dari pasar saham BEI untuk go private atau menjadi perusahaan tertutup.
Baca juga: Daftar Saham BUMN dengan Kinerja Terbaik Tahun 2023
Prospek Saham Rokok
Saham rokok saat ini menunggu momentum baru untuk menentukan arah. Produksi rokok diperkirakan akan meningkat menjelang Pemilu 2024 pada November 2023. Sejarah menunjukkan bahwa produksi rokok biasanya naik selama kampanye pemilu.
Pada kampanye 2019, produksi rata-rata mencapai 29,6 miliar batang, sedangkan pada periode 2017-2018 hanya 24,36 miliar batang. Namun, risiko daya beli yang lemah dan downtrading (peralihan ke rokok lebih murah) masih menjadi ancaman bagi emiten rokok, terutama bagi HMSP dan GGRM.
Demikian informasi mengenai deretan saham rokok di Indonesia yang bisa kamu pertimbangkan untuk dikoleksi.
Bagi kamu yang telah memutuskan untuk berinvestasi saham emiten rokok, jangan lupa menggunakan aplikasi BMoney yang andal, terpercaya, dan aman lantaran sudah terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Lewat aplikasi satu ini, kamu bukan hanya bisa membeli saham, tapi juga produk investasi lain seperti reksa dana.
Tak hanya itu, ada banyak keuntungan yang bakal kamu dapat. Mulai dari pemantauan secara real-time, informasi up-to-date, hingga dukungan berbagai fitur yang akan mempermudahmu dalam bertransaksi.
Untuk membeli saham di BMoney supported by CGS International Sekuritas Indonesia caranya mudah. Silakan download aplikasinya di Play Store atau App Store dan simak panduan lengkap cara jual-beli saham melalui aplikasi BMoney.