PT Telekomunikasi Selular atau biasa disingkat Telkomsel adalah salah satu perusahaan operator seluler terbesar di Indonesia yang memiliki jangkauan jaringan paling luas hingga ke daerah terpencil.
Sejak didirikan pada tahun 1995, anak perusahaan dari Telkom Indonesia ini telah memberikan dividen cukup besar di pasar saham Indonesia lewat saham Telkomsel, pun mencatatkan keuntungan yang signifikan dari tahun ke tahun lewat layanan telepon seluler, internet, dan berbagai layanan pelanggan lainnya di seluruh Tanah Air.
Sebagai perusahaan operator telekomunikasi terbesar di Indonesia, Telkomsel memiliki strategi bisnis yang fokus pada pengembangan jaringan dan teknologi guna meningkatkan kualitas layanan serta memperkuat basis pelanggan yang ada. Telkomsel juga terus melakukan inovasi pada pengembangan produk dan kebutuhan pelanggan, seperti layanan 5G, Internet of Things (IoT), dan digital payment.
Bahkan, Telkomsel masuk dalam jenis operator telekomunikasi jasa telepon seluler yang mengadopsi teknologi terkini Global System for Mobile Communication (GSM). Dalam beberapa tahun terakhir, Telkomsel juga memperkuat bisnisnya di bidang digital, melalui aplikasi MyTelkomsel dan layanan Telkomsel Cloud.
Lantas, bagaimana rekam jejak saham Telkomsel sejauh ini? Mengapa Telkomsel tidak melakukan Initial Public Offering (IPO)? Siapa sajakah pemiliknya dan apakah kita bisa turut serta menjadi bagian dari pemegang saham? Berikut seluruh hal yang perlu kamu tahu terkait Telkomsel dan sahamnya.
Kepemilikan dan Pemegang Saham Telkomsel
Sampai saat ini, Telkomsel masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom), dengan kode saham TLKM.
Saham TLKM merupakan salah satu saham blue-chip atau saham unggulan di BEI, yang sering menjadi pilihan bagi para investor institusional dan ritel karena stabilitasnya dalam jangka panjang, relatif aman, dan likuiditasnya yang tinggi. Saham TLKM juga memiliki rekam jejak yang positif dalam hal memberikan dividen yang menarik bagi para pemegang sahamnya.
Telkomsel sendiri adalah sebuah perusahaan patungan (joint venture) antara PT Telkom dan Singtel Group. Telkom memiliki 65% saham, sedangkan Singtel memiliki 35% saham. Sebagai informasi, Singtel Group merupakan suatu penyedia layanan telekomunikasi multinasional terbesar di Asia yang berbasis di Singapura, dan dimiliki oleh BUMN investasi pemerintah Singapura bernama Temasek Holdings.
Singtel Group juga memiliki beberapa anak perusahaan dengan kepemilikan saham di Telkomsel, seperti Singapore Telecom International Pte Ltd (35,2%), Bharti Telecom Limited (7,39%), dan Keppel T&T Pte Ltd (3,5%). Dengan demikian, Telkomsel memiliki struktur kepemilikan yang terdiversifikasi dan melibatkan beberapa pemegang saham asing dan lokal.
Saat ini, ada sejumlah nama yang terdaftar sebagai pemegang saham TLKM, dan tertinggi dipegang oleh Pemerintah Republik Indonesia (melalui Kementerian BUMN) dengan persentase kepemilikan di atas 50%.
Baca juga: Mengenal Arti Scalping dalam Transaksi Saham
Cara Jadi Pemegang Saham TLKM
Untuk menjadi pemegang saham Telkomsel, satu-satunya cara legal yang bisa kamu lakukan adalah dengan membeli saham TLKM milik Telkom yang terdaftar di BEI melalui perusahaan sekuritas atau broker saham terpercaya.
Sebab, hingga saat ini Telkomsel masih belum melakukan penawaran umum perdana atau IPO di BEI, meskipun telah lama beroperasi di Indonesia dan memiliki pangsa pasar yang signifikan. Menjadi pemegang saham atau berinvestasi di suatu perusahaan yang belum IPO bisa dilakukan, tapi lebih berisiko. Misalnya, dengan penawaran saham privat atau melalui platform crowdfunding.
Terkait alasan Telkomsel tak kunjung melakukan IPO dan go public hingga saat ini, bisa dilandasi banyak faktor, di antaranya:
1. Posisi sebagai anak perusahaan BUMN
Telkomsel merupakan anak perusahaan BUMN Telkom Indonesia, dan sebagai perusahaan BUMN, keputusan untuk melakukan IPO boleh jadi lebih rumit karena harus mempertimbangkan banyak hal, seperti dampak terhadap pemilik saham mayoritas (pemerintah), kebijakan pemerintah, dan kondisi pasar. Terlebih lagi, keuntungan Telkom masih kalah jauh dari Telkomsel.
2. Regulasi dan aturan di Indonesia
Indonesia menetapkan berbagai peraturan dan regulasi yang mungkin menghalangi Telkomsel untuk melakukan IPO, seperti persyaratan untuk menjual saham kepada investor ritel, persyaratan pemerintah, hingga biaya dan waktu yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan tersebut.
3. Strategi bisnis
Telkomsel mungkin memilih untuk tidak melakukan IPO karena memiliki strategi bisnis jangka panjang yang berbeda. Misalnya fokus pada ekspansi ke pasar lain atau pengembangan produk baru sehingga tidak ingin terganggu oleh pengaruh pemegang saham publik dalam keputusan bisnisnya.
Baca juga: Valuasi Saham: Pengertian, Manfaat, dan Cara Menghitungnya
Kinerja TLKM
Di tengah ketatnya persaingan sektor telekomunikasi saat ini, kinerja TLKM masih tergolong baik dan tetap menjadi perusahaan telekomunikasi terbesar yang paling diandalkan di Indonesia.
TLKM mencatatkan pertumbuhan pelanggan yang stabil di berbagai layanan, termasuk layanan telepon seluler, internet, dan telepon kabel. Total pelanggan Telkomsel mencapai 215,4 juta, yang menjangkau lebih dari 90% populasi.
TLKM juga telah melakukan investasi besar-besaran dalam pengembangan infrastruktur jaringan, seperti membangun jaringan 5G dan meningkatkan jaringan internet fiber optic.
Pada tahun 2022, laporan keuangan PT Telkom menunjukkan bahwa TLKM berhasil mencatatkan pendapatan sebesar Rp89 triliun. Pendapatan tersebut berasal dari berbagai layanan, seperti layanan telepon seluler, internet, dan telepon kabel.
Masih di tahun yang sama, TLKM mencatatkan laba bersih sebesar Rp18,5 triliun. Laba tersebut didukung oleh pertumbuhan pendapatan yang sehat dan efisiensi operasional, yang 70% di antaranya menjadi penghasilan Telkom.
Baca juga: Pengertian Pialang Saham, Peran, dan Fungsinya
Apakah Saham TLKM Layak Dibeli?
Keputusan untuk membeli saham Telkom atau tidak, sejatinya tergantung pada berbagai faktor seperti tujuan investasi, profil risiko dan toleransi risiko, serta situasi pasar saat ini. Namun, secara menyeluruh, TLKM layak dibeli.
Sebagai salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, TLKM memiliki pangsa pasar yang kuat dan memiliki potensi pertumbuhan yang baik di masa depan dengan adanya permintaan yang terus meningkat terhadap layanan telekomunikasi. Selain itu, TLKM memiliki portofolio produk yang lengkap dan terus berinovasi, serta telah melakukan investasi besar-besaran dalam pengembangan infrastruktur jaringan yang dapat memberikan keuntungan jangka panjang.
Pada 2019, di tengah sengitnya perang dagang Tiongkok dan Amerika, ditambah agenda politik pemilihan presiden dan wakil presiden Indonesia, kinerja TLKM tetap menunjukkan pertumbuhan yang stabil dan sehat.
Selain jumlah pelanggan yang meningkat, TLKM terus berinvestasi dalam perluasan akses jaringan dan inovasi, membangun tower BTS, serta mengembangkan kemitraan strategis dengan perusahaan lain seperti Gojek dan Bukalapak, untuk meningkatkan portofolio produk dan layanan digital.
Lalu, pada 2020, meskipun TLKM mengalami penurunan pendapatan dan laba bersih akibat pandemi COVID-19, tetapi kinerja yang stabil dan sehat tetap terlihat dari pertumbuhan pelanggan. TLKM juga terus berinvestasi dalam pengembangan jaringan dan inovasi, terutama untuk 4G, 4.5G, dan fiber optic.
Di 2021, TLKM kembali menunjukkan peningkatan dalam hal pendapatan, laba bersih, dan pertumbuhan pelanggan. Bahkan, TLKM mulai melakukan investasi besar-besaran dalam infrastruktur jaringan, seperti membangun jaringan 5G dan meningkatkan jaringan internet fiber optic.
Baca juga: Pengertian Sekuritas, Jenis, dan Bentuknya
Jadi, tertarik membeli TLKM yang juga bagian saham Telkomsel? Jika iya, kamu bisa membelinya melalui aplikasi BMoney yang menyediakan layanan perdagangan saham dan informasi pasar modal. Melalui aplikasi ini, kamu bisa memantau harga saham secara real-time, melihat grafik pergerakan harga saham, dan menambahkan saham-saham yang ingin dipantau dalam daftar watchlist.
Selain itu, aplikasi aman dan terpercaya di bawah naungan OJK ini juga menyediakan berbagai informasi penting lain, seperti informasi tentang indeks saham, perusahaan-perusahaan publik, juga seputar ekonomi dan bisnis. Kamu juga dapat melakukan transaksi jual-beli saham melalui aplikasi ini. Selamat berinvestasi!