Dalam dunia investasi, terutama instrumen saham, ada beberapa fenomena musiman yang terjadi pada waktu tertentu. Misalnya, fenomena Sell in May and Go Away yang biasa terjadi pada bulan Mei. Fenomena tersebut berlangsung karena adanya anggapan bahwa saham-saham pada bulan Mei sampai Oktober memiliki kinerja yang kurang baik.
Kamu yang pertama kali mendengar istilah ini mungkin perlu mengetahui dulu definisinya sebelum mendalaminya lebih lanjut. Lantas, informasi apa saja yang perlu diketahui dan dipahami dari Sell in May and Go Away? Simak jawabannya dengan baca artikel ini sampai selesai.
Baca juga: Memahami Apa Itu Order Book Saham dan Cara Membacanya
Pengertian dan Sejarah Sell in May and Go Away
Sell in May and Go Away merupakan strategi yang bertujuan untuk mengubah diversifikasi aset investasi pada periode bulan Mei hingga Oktober. Hal ini dilakukan karena pada periode tersebut, pasar saham dianggap tidak memiliki kinerja yang baik dibandingkan dengan periode lainnya. Uniknya, fenomena ini sebenarnya biasa terjadi di luar negeri. Namun, berdampak juga terhadap bursa dalam negeri.
Secara historis, fenomena ini awalnya disebut-sebut mengacu pada kebiasaan orang Inggris yang sering kali meninggalkan negara asalnya pada bulan Mei. Pasalnya, bulan tersebut adalah waktu ketika suhu di Inggris sedang sangat panas sehingga banyak warga negara Inggris yang memilih untuk berlibur ke negara lain yang suhunya lebih dingin. Mereka kemudian akan kembali ke Inggris pada pertengahan September, tepatnya pada saat St. Leger’s Day.
Selain Inggris, ada juga Sell in May and Go Away versi Amerika Serikat yang menyebutkan bahwa pada zaman dulu, saham sektor pertanian mempunyai bobot besar ke pasar saham. Oleh karena itu, musim pertanian di negara Paman Sam tersebut mampu memengaruhi pergerakan indeks saham dan kecenderungan mereka dalam mengambil keuntungan pada aksi bulan Mei.
Sayangnya, bobot sektor pertanian ke pasar saham Amerika Serikat sudah kecil saat ini. Meski begitu, Sell in May and Go Away tetap relevan dengan kondisi saat ini karena terdapat rutinitas pembagian bonus yang dilakukan pada pertengahan bulan April sehingga meningkatkan aksi beli sepanjang bulan tersebut. Selain itu, April juga merupakan bulan pengajuan pajak penghasilan yang turut mempengaruhi aksi Sell in May and Go Away.
Dengan adanya fenomena ini, Pasar saham AS mempunyai dua siklus utama. Pertama, yaitu periode pergerakan saham terbaik yang terjadi pada periode November hingga April. Kedua, yaitu periode pergerakan harga saham yang kurang bagus yang terjadi pada periode Mei hingga Oktober.
Baca juga: Apa itu Support & Resistance dalam Saham dan Cara Menggunakannya
Sell in May and Go Away dan Dua Siklus Saham AS
Ada beberapa faktor yang membuat pergerakan saham pada periode Mei hingga Oktober menjadi kurang bagus. Berikut adalah beberapa faktor penyebabnya.
1. Window dressing
Window dressing adalah strategi yang biasa digunakan manajer investasi untuk memperbaiki portofolio investasi mereka. Strategi ini dilakukan dengan cara menjual saham pada periode September dan Oktober, lalu membeli kembali saham-saham yang memiliki fundamental bagus di bulan November dan Desember. Pembelian kembali saham tersebut biasa dilakukan dengan saham yang terdiskon. Hasilnya, investasi mereka akan terlihat bagus pada akhir tahun.
2. January effect
Alasan atau faktor lain yang juga turut memengaruhi munculnya Sell in May and Go Away adalah January effect. Fenomena tersebut mengacu pada optimisme atas peluang profit di pasar saham yang mungkin terjadi pada Januari. Hal ini biasanya ditandai oleh IHSG yang cenderung menguat dengan sebagian besar saham yang mengalami kenaikan harga ketimbang bulan lainnya.
3. Rilis laporan keuangan tahunan
Pada periode Januari hingga Maret, banyak perusahaan yang merilis laporan keuangan tahunan. Misalnya, laporan keuangan 2021 yang baru dirilis pada tahun 2022. Laporan keuangan kuartal keempat biasanya memberikan hasil yang lebih bagus ketimbang kuartal lainnya. Hal ini disebabkan oleh kuartal pertama dan kedua masih berisi perencanaan dan implementasi rencana tersebut.
Selain ketiga faktor yang sudah disebutkan di atas, fenomena bulan Mei ini bisa juga terjadi karena adanya sentimen lain dari big fund yang mulai melakukan profit taking pada pertengahan tahun, tepatnya di bulan April.
Baca juga: Pahami Apa Itu Screening Saham dan Alasan Harus Melakukannya!
Apakah Sell in May and Go Away Juga Terjadi di Indonesia?
Dalam beberapa literatur, disebutkan bahwa bulan terburuk IHSG adalah bulan yang paling banyak ruginya. Di Indonesia, bulan tersebut seharusnya jatuh pada bulan Agustus dan November karena tercatat IHSG 11 kali turun dan 9 kali naik pada kedua bulan tersebut selama 20 tahun. Sementara itu, tercatat return meningkat 12 kali dan turun 8 kali dengan rasio bulan positif 60 persen selama bulan Mei.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fenomena Sell in May and Go Away yang terjadi di luar negeri tidak terlalu berdampak signifikan terhadap pergerakan pasar saham di Indonesia. Hal ini terlihat dari penurunan harga saham sebesar 16 persen yang terjadi pada Maret 2020 karena terdampak krisis akibat pandemi COVID-19, namun bulan Desember tetap menunjukkan kinerja positif selama 20 tahun terakhir, termasuk pada saat terjadi krisis.
Baca juga: Swing Trading: Kelebihan, Kelemahan, dan Indikator
Momentum Masuk Reksa Dana Saham
Berbicara soal investasi, tentu kita juga akan berbicara tentang momentum yang tepat sekaligus strategi terbaik yang bisa dilakukan agar investasi yang dilakukan dapat memberikan keuntungan yang optimal.
Meskipun investasi reksa dana saham termasuk investasi jangka panjang dan bisa dimulai kapan saja, terkadang ada momen tertentu yang memungkinkan investor untuk memperoleh waktu yang tepat saat berinvestasi sehingga mendatangkan keuntungan yang menjanjikan. Salah satunya dengan memanfaatkan strategi
Meski demikian, terkadang ada waktu-waktu tertentu yang memungkinkan bagi investor untuk mendapatkan timing yang tepat sehingga bisa mendapat keuntungan jangka pendek / menengah. Salah satunya mungkin bisa memperhatikan strategi pada saat fenomena Sell in May and Go Away terjadi.
Anjloknya pasar saham yang terjadi pada periode tersebut bisa menjadi momentum yang tepat bagi para investor untuk masuk dan berinvestasi reksa dana saham karena harganya yang sedang murah. Dengan mempertimbangkan fundamental ekonomi Indonesia yang kuat, maka peluang penguatan pasar nasional akan sangat terbuka. Oleh karena itu, kamu yang memiliki profil risiko tinggi sangat disarankan untuk berinvestasi di reksa dana saham agresif dan jangka panjang.
Jika kamu tertarik untuk memanfaatkan fenomena tersebut dalam berinvestasi reksa dana, maka kamu bisa mulai berinvestasi dengan modal Rp10 ribu saja melalui aplikasi investasi BMoney yang bisa di-download di Play Store atau App Store. Selamat mencoba!