Harga saham dari waktu ke waktu tentu akan mengalami perubahan. Perubahan atau pergerakan harga saham inilah yang kemudian membentuk suatu siklus yang sering juga disebut sebagai siklus saham.
Sama halnya dengan siklus kehidupan, siklus saham juga memiliki pola yang berulang dengan satu siklus terdiri atas posisi rendah yang kemudian naik, stabil, sampai akhirnya turun kembali. Saat satu siklus saham telah selesai, maka ia akan dilanjutkan kembali oleh siklus yang baru.
Pentingnya Memahami Siklus Saham
Siklus saham merupakan salah satu hal yang penting untuk dipahami agar investor dapat mengambil keputusan yang tepat saat momen jual beli saham. Investor yang terbiasa menggunakan analisis fundamental dan analisis teknikal saham biasanya akan menggunakan analisis siklus saham sebagai pelengkap strateginya. Dengan demikian, hasil analisis menjadi lebih akurat sehingga memberikan potensi keuntungan yang maksimal.
Siklus saham dapat dianalisis dalam jangka pendek ataupun jangka panjang, bergantung pada strategi investasi yang digunakan. Jika kamu melakukan investasi jangka pendek, maka analisis siklus yang digunakan pun sama. Begitu juga sebaliknya, analisis siklus yang digunakan pada investasi jangka panjang tentu perlu dilakukan dalam jangka panjang.
Penting untuk dipahami bahwa pergerakan siklus dalam saham sangat dipengaruhi oleh sentimen pasar, baik sentimen negatif maupun positif. Hal ini juga berlaku pada sentimen umum ataupun khusus.
Sebagai contoh, sentimen umum berupa isu global terkait krisis perbankan di Amerika Serikat dapat berpengaruh terhadap pergerakan saham nasional atau regional. Begitu juga dengan sentimen umum berupa kebijakan Arab Saudi untuk menambah nilai investasi di Indonesia yang berpengaruh terhadap siklus saham nasional.
Sementara itu, contoh sentimen khusus yang biasa dijadikan sebagai variabel dalam analisis siklus saham antara lain adalah penurunan harga kelapa sawit yang melonjak, kebijakan pemerintah untuk memperbesar tarif cukai pada industri rokok, atau kenaikan laba perusahaan yang signifikan.
Baca juga: Wajib Tahu, Ini Arti Current dalam Investasi Saham!
4 Fase dalam Siklus Saham
Terdapat empat fase yang berpengaruh dalam pergerakan saham yang berujung pada pembentukan siklus saham, yaitu sebagai berikut.
1. Akumulasi
Akumulasi merupakan fase awal pada siklus saham yang sering juga disebut tahap satu. Pada tahap ini, posisi harga saham berada di rentang yang rendah dengan valuasi saham yang bisa dibilang cukup murah untuk dibeli.
Valuasi saham dalam fase ini dianggap sebagai daya tarik bagi investor untuk membeli suatu saham. Itulah sebabnya, jumlah permintaan beli cenderung lebih tinggi ketimbang jumlah permintaan jual pada fase ini. Meski begitu, tingkat permintaan jual dalam fase ini juga mampu mengimbangi tingkat permintaan beli. Oleh karena itu, arah tren harga saham bisa bersifat stagnan dengan rentang terbatas (sideways).
Investor dapat mengetahui kapan fase akumulasi akan berakhir dan beralih ke fase berikutnya dengan menerapkan prinsip dasar analisis teknikal. Dengan mengetahui batas atas (resistance) dan batas bawah (support) dari sideways yang sedang terjadi, investor dapat melihat bahwa fase akumulasi akan berakhir ketika harga saham naik menembus batas resistance dengan volume transaksi yang lebih tinggi dari biasanya.
Selain itu, ada juga ciri lain yang menunjukkan bahwa fase akumulasi akan berakhir dan beralih ke fase berikutnya dengan melihat puncak harga yang lebih tinggi dari puncak harga sebelumnya (higher high) dan terbentuknya harga terendah yang lebih tinggi dari harga terendah sebelumnya (higher low).
Baca juga: Jangan Salah, Begini Cara Kelola Idle Fund yang Baik
2. Mark up
Setelah melewati fase akumulasi, saham yang sudah menunjukkan adanya breakout akan masuk ke tahap selanjutnya, yaitu mark up atau biasa juga disebut fase partisipasi. Pada tahap ini, kondisi pasar saham bergerak naik dan terjadi uptrend atau tren kenaikan.
Pada fase ini, investor retail biasanya akan mulai membeli saham karena trennya sudah mulai naik. Mayoritas investor akan optimis pada tahap ini sehingga volume transaksi meningkat dan harga saham pun semakin mahal. Fase ini akan berakhir setelah pergerakan harga saham mencapai titik harga tertentu yang dianggap mahal atau terlalu tinggi.
3. Distribusi
Distribusi adalah fase siklus saham ketiga yang terjadi ketika harga saham yang awalnya terus naik dan membentuk puncak harga tertinggi (highest high) mulai bergerak turun. Momen inilah yang kemudian menyebabkan banyak investor menjual saham mereka sehingga jumlah permintaan jual lebih banyak dibandingkan dengan permintaan beli.
Namun, jumlah permintaan beli yang masih terbilang tinggi dan mampu mengimbangi permintaan jual menyebabkan arah tren saham adalah sideways. Fase ini ditandai dengan volume transaksi yang tinggi saat harga turun dan volume transaksi yang kecil saat harga naik.
Fase distribusi akan berakhir karena dua faktor, yaitu tren saham menjadi turun untuk kemudian beralih ke fase berikutnya atau tren saham menjadi naik untuk kembali ke fase sebelumnya.
Tren penurunan saham terjadi akibat jumlah permintaan beli tidak dapat mengimbangi jumlah permintaan jual. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan harga saham yang menembus batas support sehingga fase distribusi beralih ke fase mark down.
Sebaliknya, tren saham sideways berakhir dan mengalami kenaikan akibat permintaan jual yang tidak mengimbangi permintaan beli. Berakhirnya fase distribusi pada momen ini ditandai dengan kenaikan harga saham yang menembus batas resistance sehingga fase distribusi akan kembali ke fase mark up.
Baca juga: Expense Ratio adalah: Pengertian dan Cara Menghitungnya
4. Mark down
Fase terakhir yang akan ditemui dalam siklus saham adalah mark down atau sering juga disebut kapitulasi. Pada fase ini, terjadi penurunan harga saham karena saham-saham yang sebelumnya dibeli bandar sudah dilepaskan pada fase distribusi. Pada tahap ini, saham yang beredar di pasar akan lebih dikendalikan oleh investor retail dengan strategi transaksi yang berbeda-beda.
Penting untuk diketahui bahwa fase ini sering kali terjadi panic selling akibat kekhawatiran para trader retail ketika melihat harga saham sudah turun drastis sampai level terendah. Dengan adanya momen tersebut, tidak heran jika penurunan harga saham akan semakin menukik.
Saat sudah mencapai titik harga tertentu, harga saham dapat dianggap sudah terlalu murah sehingga banyak investor memutuskan untuk kembali membeli saham. Inilah yang menyebabkan fase mark down berakhir dan beralih kembali ke fase awal, yaitu akumulasi.
Demikianlah informasi tentang empat fase dalam siklus saham yang wajib diketahui investor atau trader. Dengan memahami fase tersebut, para investor diharapkan mampu membuat strategi yang tepat dalam berinvestasi.
Untuk mendapat informasi lain terkait investasi, kamu bisa menggalinya dari berbagai sumber, salah satunya lewat aplikasi BMoney yang hadir untuk memudahkan investor dalam berinvestasi. Download aplikasinya sekarang di Play Store atau App Store.