Strategi Barbel: Strategi Menyeimbangkan Portofolio Investasi

Uji Agung Santosa

19 September 2023

Mengenal strategi barbel dan penerapannya (123rf.com)
Mengenal strategi barbel dan penerapannya (123rf.com)

Strategi barbel merupakan pendekatan yang digunakan dalam manajemen risiko dan investasi untuk menyeimbangkan antara risiko dan pengembalian (return). Istilah "barbel" mengacu pada perangkat angkat beban yang memiliki bobot besar di kedua ujungnya dan batang yang ringan di tengahnya.

 

Dalam konteks investasi, strategi ini digunakan untuk mencapai keseimbangan antara dua jenis investasi yang berbeda. Yakni antara investasi yang relatif aman tetapi memiliki potensi pengembalian lebih rendah, dan investasi yang lebih berisiko tetapi memiliki potensi pengembalian lebih tinggi.

Baca juga: Mengenal Agio Saham, Manfaat, Jenis, dan Cara Menghitungnya

Definisi Strategi Barbel

Strategi Barbel adalah salah satu strategi berinvestasi untuk mencapai keseimbangan antara risiko dan return dari suatu aset atau portofolio investasi. Dalam strategi ini, investor akan mengombinasikan dua jenis aset atau investasi yang memiliki karakteristik berlawanan.

Karakteristik pertama mencakup investasi dengan risiko rendah yang cenderung stabil, aman, dan mungkin memberikan pengembalian yang lebih rendah. Misalnya obligasi atau instrumen keuangan berpendapatan tetap. Aset-aset ini bertujuan untuk melindungi modal investor dari fluktuasi pasar yang signifikan dan mengurangi risiko portofolio.

Karakteristik kedua mencakup investasi berisiko tinggi. Misalnya saham atau instrumen investasi berisiko lainnya, yang memiliki potensi pengembalian lebih tinggi tetapi juga lebih rentan terhadap volatilitas pasar. Aset-aset ini bertujuan untuk memberikan peluang pertumbuhan yang signifikan dalam jangka panjang.

Dengan menggabungkan kedua jenis aset ini dalam portofolio, investor dapat mencapai keseimbangan yang bertujuan melindungi modal, sambil  tetap memanfaatkan peluang pertumbuhan dalam jangka panjang. 

Proporsi aset yang aman dan aset yang berisiko dalam strategi barbel dapat bervariasi tergantung pada profil risiko dan tujuan investasi individu. Biasanya, sebagian besar dana investasi dialokasikan untuk jenis yang aman dan sebagian kecil untuk yang lebih berisiko.

Meski begitu, keberhasilan strategi barbel biasanya tergantung pada jangka waktu investasi. Strategi ini lebih cocok untuk investor dengan jangka waktu investasi jangka panjang, karena ini memungkinkan untuk lebih baik memanfaatkan potensi pertumbuhan dalam investasi berisiko.

Baca juga: Mengenal Saham Preferen, Jenis, Keunggulan, dan Cara Membelinya

Penerapan Strategi Barbel

Penerapan Strategi Barbel
Penerapan Strategi Barbel

Penerapan strategi barbel dalam konteks alokasi aset di portofolio investasi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk. Yang pasti tujuannya mencapai keseimbangan risiko dan return dalam dua kategori aset yang berbeda.

Misalnya, jika kamu mengalokasikan aset untuk saham, kamu bisa membagi investasi antara saham berkapitalisasi besar (big-caps) dan saham berkapitalisasi kecil-menengah (small-mid caps). Tujuannya mencapai keseimbangan antara potensi pertumbuhan yang lebih tinggi (small-mid caps) dan stabilitas (big-caps) dalam portofolio saham.

Lantas, bagaimana jika ingin mengalokasikan aset untuk obligasi? Dalam alokasi obligasi, ada dua parameter berbeda yang digunakan untuk melancarkan strategi barbel, yaitu jenis penerbit dan tenor obligasi. Berikut penjelasannya.

Baca juga: Mengenal Shooting Star Candle dan Cara Memanfaatkan untuk Trading Saham

1. Jenis Penerbit

Setiap penerbit obligasi atau surat utang memiliki tingkat kredit atau peringkat kredit yang berbeda. Peringkat kredit ini mencerminkan kemampuan penerbit untuk memenuhi kewajiban pembayaran surat utang saat jatuh tempo. Secara umum, obligasi pemerintah dianggap memiliki risiko yang lebih rendah daripada obligasi korporasi.

2. Tenor Obligasi

Obligasi jangka pendek memiliki tingkat likuiditas yang lebih tinggi dan tingkat risiko yang lebih rendah ketimbang obligasi dengan durasi jangka menengah hingga panjang.

Ketika memilih untuk menerapkan strategi barbel berdasarkan tenor, ada 3 kategori tenor obligasi yang tersedia, yakni durasi pendek (kurang dari 5 tahun), durasi menengah (antara 5-15 tahun), dan durasi panjang (lebih dari 15 tahun).

Ciri-ciri obligasi tenor pendek di antaranya volatilitas lebih rendah dengan yield yang cenderung lebih kecil, serta tidak terlalu responsif terhadap faktor-faktor fundamental dan perubahan suku bunga acuan. Kategori ini cocok untuk investor yang memiliki profil konservatif dengan jangka waktu investasi yang singkat.

Sementara itu, ciri-ciri obligasi durasi menengah dan panjang di antaranya volatilitas lebih tinggi dengan yield cenderung lebih besar, serta lebih responsif terhadap faktor-faktor fundamental dan perubahan suku bunga acuan. Kategori ini cocok untuk investor yang memiliki profil lebih agresif dengan jangka waktu investasi lebih panjang.

Strategi barbel berdasarkan tenor obligasi bertujuan memperlambat penurunan harga dalam portofolio obligasi saat pasar dalam keadaan bearish, lantaran memiliki serangkaian obligasi durasi pendek. Sebaliknya, jika harga obligasi dengan durasi menengah hingga panjang naik, maka peningkatan harga dalam portofolio obligasi akan dipercepat.

Baca juga: Arti Listing, Delisting, dan Relisting di Pasar Modal yang Lengkap

Contoh Penerapan Strategi Barbel

Contoh Penerapan Strategi Barbel Investasi
Contoh Penerapan Strategi Barbel Investasi

Ada dua langkah yang dapat dilakukan untuk menerapkan strategi barbel, yakni mengalokasikan aset dan melakukan diversifikasi lebih lanjut. Berikut contoh penerapan paling umum dalam aset saham dan obligasi.

Misalnya, kamu memiliki portofolio investasi dengan total dana Rp1 juta. Maka, agar seimbang antara  perlindungan modal dan pertumbuhan, kamu perlu mengalokasikan dana 60% dari portofolio, yaitu Rp600.000 dalam instrumen keuangan yang stabil, dan 40% sisanya dialokasikan ke dalam saham atau instrumen berisiko lainnya yang memiliki potensi pertumbuhan lebih tinggi. 

Proporsi dari masing-masing jenis investasi ini boleh bervariasi tergantung pada toleransi risiko, tujuan investasi, dan kondisi pasar saat itu. Kamu juga dapat memilih saham dari berbagai sektor atau saham dari pasar berkembang sesuai preferensimu.

Baca juga: Imbal Hasil Treasury Melangit, Dolar AS Melejit

Kemudian, dari masing-masing alokasi kategori aset tadi, kamu dapat melakukan diversifikasi lebih lanjut. Contohnya:

  1. Untuk investasi stabil (obligasi) sebesar 60%, dibagi lagi menjadi Rp300 ribu dalam obligasi pemerintah dengan tenor pendek (risiko rendah), dan Rp300 ribu dalam obligasi korporasi berkualitas tinggi dengan tenor menengah (risiko sedang).
  2. Lalu, dari investasi pertumbuhan (saham) sebesar 40%, dibagi lagi menjadi Rp200 ribu dalam saham perusahaan teknologi (risiko tinggi, potensi pertumbuhan tinggi), dan Rp200 ribu dalam saham perusahaan manufaktur (risiko menengah, pertumbuhan moderat).

Dengan melakukan strategi ini, kamu bisa mencapai lebih banyak diversifikasi dalam masing-masing kategori aset. Bagian dari portofolio obligasi akan mencakup obligasi dengan berbagai tenor dan jenis penerbit, sedangkan bagian dari portofolio saham akan mencakup sektor yang berbeda-beda.

Hasilnya, kamu akan memiliki perlindungan sebagian besar modal dari fluktuasi pasar yang besar melalui alokasi dalam instrumen obligasi, sekaligus tetap memiliki potensi pertumbuhan melalui saham-saham yang kamu pilih.

 

Mulai Berinvestasi dengan BMoney

Nah, bagi kamu yang ingin mencoba menerapkan strategi barbel untuk return optimal, jangan lupa menggunakan bantuan aplikasi investasi BMoney. Selain memiliki banyak fitur menarik yang akan mempermudahmu berinvestasi, aplikasi ini juga terjamin andal, terpercaya, dan aman lantaran telah diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Segera unduh BMoney secara gratis melalui App Store atau Play Store!

Artikel menarik lainnya

reksadana_hero_image

Selalu update bareng komunitas investor BMoney!