Investasi dan divestasi menjadi dua istilah yang tidak bisa dipisahkan. Divestasi menjadi kebalikan dari investasi. Jika investasi adalah penyimpanan sejumlah dana untuk tujuan tertentu, maka divestasi adalah penarikan dana dari suatu kegiatan bisnis dengan tujuan tertentu.
Di kalangan investor, divestasi merupakan strategi yang umum dilakukan karena suatu alasan dan dengan suatu tujuan. Tentu saja ada berbagai alasan yang mendorong investor untuk melakukannya. Sebelum membahas hal tersebut, mari kita pahami terlebih dahulu pengertiannya.
Pengertian Divestasi
Seperti yang sudah sedikit disinggung di atas, divestasi adalah kebalikan dari investasi. Strategi ini biasa dilakukan oleh investor untuk mengurangi jumlah aset yang dimilikinya dengan tujuan memperoleh keuntungan yang lebih besar di masa depan.
Meski kebalikan dari investasi, bukan berarti divestasi merupakan hal yang merugikan. Hal ini justru dilakukan untuk memperoleh keuntungan yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Sebagai contoh, dalam dunia investasi saham, investor biasa melakukan divestasi saham. Divestasi saham adalah menjumlah sejumlah lot saham ketika harga di pasar sedang tinggi. Hal ini bertujuan untuk memperoleh profit yang lebih besar sehingga dengan menjual aset yang dimiliki, investor justru mendapatkan keuntungan yang besar.
Baca juga: Apa Itu Risk Appetite, Faktor Mempengaruhi, dan Beda dengan Risk Tolerance
Tujuan Divestasi
Meski sudah disebutkan bahwa tujuan utama investor melakukan divestasi adalah untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal, ada juga tujuan lain dari aktivitas divestasi. Berikut ini adalah tujuan divestasi yang dimaksud.
1. Normalisasi Aset
Tujuan lain dari divestasi adalah normalisasi aset. Dalam berinvestasi, suatu saham biasanya memiliki berbagai beban biaya, seperti halnya pajak, biaya perawatan, dan lain sebagainya. Nah, supaya pengeluaran tersebut tidak terlalu besar, diperlukan upaya pengurangan aset yang disebut divestasi.
2. Mengurangi Beban Kerugian
Tujuan divestasi selanjutnya adalah mengurangi beban kerugian. Seperti yang kita tahu, tidak semua aset investasi dapat memberikan keuntungan yang sesuai dengan ekspektasi. Jika aset yang dimiliki berpotensi merugi, maka investor biasanya akan melakukan divestasi untuk menghindarinya.
3. Efisiensi Profit Jangka Panjang
Tujuan selanjutnya dari divestasi adalah untuk melakukan efisiensi profit jangka panjang. Untuk memperoleh keuntungan yang maksimal, terkadang investor perlu melakukan suatu pengorbanan. Nah, pengorbanan ini biasanya dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya lewat divestasi.
Baca juga: Cum Date Dividen: Alasan Mengapa Jadi Tanggal Penting Bagi Pemburu Dividen
Dampak Divestasi untuk Investor
Sama halnya dengan investasi, strategi divestasi juga bisa memberikan dampak langsung ataupun tidak langsung bagi investor. Ada yang dampaknya bernilai positif dan ada juga yang negatif. Berikut ini adalah beberapa dampak divestasi bagi investor.
1. Pengembalian Dana Investasi
Dampak dari divestasi yang pertama adalah modal investasi yang dimiliki oleh investor dapat kembali dalam jangka waktu pendek. Begitu investor memutuskan untuk menjual asetnya, maka ia akan memperoleh dana investasi yang ditanamkan sejak awal.
Meski terlihat positif, hal ini tidak selamanya baik. Jika ingin terus memutar modal yang ditanamkan agar menghasilkan keuntungan, maka investor harus mencari instrumen investasi lain yang bisa memberikan keuntungan.
2. Pengurangan Pendapatan
Dampak selanjutnya dari penerapan strategi divestasi saham adalah pendapatan yang biasanya diperoleh jadi berkurang. Dalam investasi, investor biasanya akan memperoleh pendapatan berupa dividen atau return secara rutin. Sebaliknya, saat divestasi, investor tentu akan kehilangan salah satu sumber pendapatannya.
Meski begitu, divestasi bisa jadi strategi yang tepat untuk dilakukan jika instrumen investasi yang selama ini ditanami modal justru mengalami kerugian. Misalnya, divestasi saham adalah strategi yang tepat dilakukan jika emiten penerbit saham tidak memiliki kinerja perusahaan yang baik.
Baca juga: Apa Itu IPO? Ini Strategi, Manfaat, dan Mekanismenya
3. Hilangnya Hak Atas Sebuah Perusahaan
Dengan melakukan divestasi, investor akan kehilangan hak yang selama ini dimilikinya atas suatu perusahaan. Saat berinvestasi, seorang investor akan memperoleh sekian persentase kepemilikan perusahaan. Saat melakukan divestasi, maka modal tersebut otomatis dicabut dan kepemilikan hak atas perusahaan tersebut juga tidak lagi dimiliki investor.
4. Potensi Redistribusi Kekayaan
Dampak divestasi yang terakhir adalah adanya potensi redistribusi kekayaan. Artinya, hasil keuntungan dari aset yang dikurangi atau dijual bisa dipergunakan untuk melakukan kegiatan produktif lain yang berpotensi menghasilkan keuntungan. Namun, investor perlu memastikan bahwa analisis divestasi dilakukan secara akurat sehingga benar-benar menghasilkan profit.
Macam-Macam Metode Divestasi
Divestasi saham adalah salah satu contoh paling umum dalam kegiatan divestasi. Nah, dalam kegiatan divestasi sendiri, terdapat beberapa metode yang biasa dilakukan oleh investor. Berikut ulasannya.
1. Metode Direct Selling
Metode divestasi yang pertama adalah direct selling, yaitu aktivitas yang biasa dilakukan dengan cara melakukan penjualan saham, unit bisnis, dan beberapa jenis aset perusahaan lainnya. Metode ini sangat populer di kalangan pebisnis dan investor karena caranya yang terbilang mudah dan potensi keuntungannya yang menjanjikan.
2. Metode Spin-Off
Metode ini biasa dilakukan dengan cara meleburkan suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang masih menjadi bagian dari perusahaan induk menjadi entitas lain secara terpisah. Cara ini akan berdampak terhadap pembagian pemegang saham entitas, meskipun pemegang sahamnya tetap sama. Keuntungan yang diperoleh dari metode spin-off bukan berupa uang tunai, melainkan efisiensi biaya.
Baca juga: Pengertian Emiten, Fungsi, Tujuan, dan Efek yang Ditawarkan
3. Metode Carve-Out
Kebalikan dari spin-off, metode carve-out justru dilakukan dengan melepaskan cabang dari perusahaan induk menjadi sebuah entitas yang terpisah. Dengan demikian, entitas baru tersebut tidak ada kaitannya dengan perusahaan sebelumnya. Setelah itu, barulah saham dari cabang perusahaan tersebut akan ditawarkan kepada masyarakat.
4. Metode Tracking Stock
Metode tracking stock adalah strategi divestasi yang biasa dilakukan dengan cara memilih satu unit bisnis paling menguntungkan dan menjual sahamnya ke masyarakat. Dalam metode ini, perusahaan induk tidak melepaskan 100% saham unit bisnisnya sehingga kepemilikan terbesar unit bisnis tersebut tetap ada pada perusahaan induk.
Contoh Divestasi di Indonesia
Ada sejumlah perusahaan di Indonesia yang melakukan kegiatan divestasi, di antaranya adalah PT Aneka Tambang Tbk. (ANTAM) dan Standard Chartered Bank (StanChart).
ANTAM pernah melakukan divestasi dengan cara menjual 20% saham kepemilikannya kepada PT Dairi Prima Mineral pada tahun 2018. Langkah ini diambil dengan tujuan untuk memperkuat keuangan perusahaan sehingga perusahaan tersebut dapat fokus pada bisnis inti perusahaan.
Sementara itu, divestasi Standard Chartered Bank (StanChart) dilakukan dengan menjual kepemilikan senilai 45% kepada Bank Permata pada tahun 2019. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperoleh modal yang lebih besar sehingga perusahaan bisa memperluas skala bisnisnya.
Demikian penjelasan tentang divestasi, tujuan, dampak, dan macam-macam metodenya. Berdasarkan paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa divestasi adalah salah satu strategi efisiensi biaya yang layak dipelajari oleh para pebisnis dan investor untuk mengurangi beban biaya atau memaksimalkan keuntungan.
Pelajari lebih banyak berbagai macam istilah dalam dunia bisnis dan investasi dengan mengakses aplikasi investasi BMoney. Melalui aplikasi ini, kamu juga bisa mendapatkan keuntungan dengan cara berinvestasi atau melakukan trading saham, reksa dana, dan instrumen investasi lainnya.
Kamu juga tidak perlu khawatir tentang keamanannya karena BMoney sudah tercatat resmi dan berada di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Yuk, saatnya download aplikasi BMoney melalui App Store atau Play Store!