EBITDA merupakan singkatan dari Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization. EBITDA menjadi salah satu istilah yang terdapat di dunia ekonomi, khususnya akuntansi.
Bagi sebagian orang, istilah tersebut mungkin masih terdengar asing di telinga, terutama jika orang tersebut tidak bekerja di bidang akuntansi. Namun, kamu yang memiliki pekerjaan di bidang tersebut pasti sudah familiar dengan istilah tersebut, kan?
EBITDA atau pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi, secara umum mengacu pada alat yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan. Untuk lebih memahaminya, simak penjelasan dalam artikel ini sampai tuntas!
Apa Itu EBITDA?
EBITDA adalah pendapatan perusahaan yang dihitung sebelum dikurangi bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi. Catatan keuangan ini biasanya dipakai untuk melihat profit perusahaan, meskipun bukan laba keseluruhan.
Meski demikian, Bapak Investor Warren Buffett menganggap bahwa EBITDA bukan indikator keuangan yang cukup berarti. Menurutnya, indikator tersebut bersifat mendistorsi dan tidak memberikan gambaran yang akurat tentang pendapatan suatu bisnis.
EBITDA tidak sama dengan laporan keuangan yang dapat memperlihatkan arus kas perusahaan sehingga pada gilirannya bisa dipergunakan untuk menilai kinerja perusahaan tersebut. Hal ini disebabkan oleh beban-beban perusahaan yang tidak dimasukkan dalam rumus EBITDA.
Baca juga: Prospektus Ringkas: Pengertian, Fungsi, dan Cara Membacanya
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa EBITDA adalah ukuran kinerja keuangan perusahaan yang hanya bersifat sebagai alternatif dalam mengukur pendapatan atau laba bersih.
Beberapa kalangan investor, pemilik bisnis, dan lembaga pemeringkat sering menggunakan EBITDA sebagai alat untuk menentukan nilai sebuah perusahaan dengan berfokus pada hasil keuangan dari keputusan sejumlah kegiatan bisnisnya.
4 Elemen Pembentuk EBITDA
Setelah mengetahui apa itu EBITDA, kamu juga perlu mengenal elemen apa saja yang terdapat di dalamnya. Sesuai dengan singkatannya, berikut empat elemen pembentuk EBITDA.
1. Earnings atau Penghasilan
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan penghasilan perusahaan bukan hanya hasil penjualan. Akan tetapi, segala sesuatu yang diperoleh sebagai hasil dari usaha bisa juga disebut penghasilan. Beberapa contohnya adalah aset perusahaan, deposito, surat berharga, modal, dan lain sebagainya.
2. Interest atau Bunga
Elemen EBITDA yang satu ini mengacu pada pengeluaran bisnis yang berasal dari pinjaman yang belum dilunasi. Meski begitu, EBITDA memberikan pengecualian dalam menghitung bunga karena struktur pembiayaan dan struktur modal sebuah perusahaan biasanya memiliki beban bunga yang berbeda.
Baca juga: Struktur Pasar Modal: Pengertian, Instrumen, dan Fungsinya
Pembayaran bunga biasanya dapat dikurangkan dari pajak. Artinya, perusahaan dapat mengambil keuntungan dari sini untuk melindungi pajak perusahaan. Dengan begitu, EBITDA akan membantu menambahkan kembali beban bunga yang bertujuan untuk membandingkan kinerja relatif suatu perusahaan.
3. Tax atau Pajak
Seperti yang mungkin sudah kita ketahui, pajak merupakan pengeluaran bisnis yang harus dibayarkan oleh perusahaan kepada negara berdasarkan tarif yang sudah ditentukan oleh regulasi. Jenis pajak dalam perusahaan sifatnya bervariasi, bergantung pada wilayah operasional bisnis tersebut.
4. Depreciation dan Amortization
Depresiasi alias penyusutan adalah biaya nontunai yang mengacu pada penurunan nilai aset perusahaan secara bertahap yang muncul secara historis dari aset perusahaan, bukan dari kinerja perusahaan. Sementara itu, amortisasi adalah biaya nontunai yang mengacu pada biaya aset tidak berwujud dari waktu ke waktu.
Beban penyusutan dan amortisasi dapat ditemukan dalam laporan arus kas bagian kegiatan operasional. Keduanya akan ditambahkan untuk memperoleh angka pengeluaran kas yang sesungguhnya.
Fungsi EBITDA
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, Warren Buffett berpendapat bahwa EBITDA adalah sesuatu yang tidak dapat dijadikan sebagai tolok ukur untuk melihat arus kas perusahaan secara detail.
Kalau memang benar apa yang dikatakan Buffett, lantas apa sebenarnya fungsi dari EBITDA? Berikut ini adalah beberapa fungsi yang bisa dimanfaatkan dalam perhitungan EBITDA.
1. Membandingkan Tingkat Keuntungan
Tingkat keuntungan suatu perusahaan dengan perusahaan lain atau suatu industri dengan industri lain dapat dilihat dengan menggunakan perhitungan EBITDA. Hal ini disebabkan oleh perhitungan tersebut dapat mengeliminasi dampak dari keputusan keuangan dan akuntansi.
2. Memberikan Kebebasan
EBITDA adalah perhitungan yang tidak terikat dengan kebijakan perusahaan sehingga seorang akuntan dapat membuat laporan keuangan secara leluasa tanpa dicampurtangani oleh standar otoritatif dewan perusahaan, baik dalam hal pembuatan maupun perekaman laporan keuangan.
Baca juga: Penjelasan Lengkap Apa Itu PDB: Pengertian, Rumus, dan Efek ke Investasi
3. Melihat Keuntungan
Selain dapat membandingkan tingkat keuntungan antarindustri atau perusahaan, perhitungan EBITDA juga berfungsi sebagai alat untuk melihat dan mengevaluasi keuntungan suatu perusahaan. Namun, kamu tidak bisa menggunakan perhitungan ini untuk melihat arus kas perusahaan.
4. Memperindah Laba Perusahaan
Laba dan profit yang dihitung dalam EBITDA adalah laba yang belum dikurangi dengan beban bunga, pajak, dan beban perusahaan lainnya sehingga keuangan perusahaan akan terlihat baik-baik saja. Itulah sebabnya, EBITDA sering kali dianggap sebagai alat untuk “memperindah” laba perusahaan.
Rumus EBITDA dan Cara Menghitungnya
Setelah mengenal elemen pembentuknya dan apa saja fungsinya, saatnya kamu memahami bagaimana rumus dan cara menghitung EBITDA ini. Berikut ini adalah salah satu rumus yang biasa digunakan dalam perhitungan indikator keuangan tersebut.
Rumus EBITDA = Laba Operasional + Biaya Amortisasi + Beban Depresiasi
Sebagai contoh, sebuah perusahaan yang berada di bawah naungan PT Indonesia Raya Merdeka memiliki laba operasional sebesar Rp500 juta dengan biaya amortisasi sebesar Rp50 juta dan beban depresiasi sebesar Rp30 juta. Berdasarkan kondisi tersebut, dapat diketahui bahwa EBITDA perusahaan tersebut adalah sebagai berikut.
EBITDA = Rp500.000.000 + Rp50.000.000 + Rp30.000.000 = Rp580.000.000
Meski begitu, angka tersebut bisa juga dimanipulasi oleh suatu perusahaan sehingga keuntungannya akan terlihat lebih besar dari yang sesungguhnya sehingga pada saham atau nilai investasi perusahaan.
Baca juga: Rekening Koran: Pengertian, Cara Mendapatkan, dan Fungsi
Selain rumus di atas, kamu juga bisa menggunakan rumus berikut untuk menghitung EBITDA:
Rumus EBITDA = Laba bersih + Bunga + Pajak + Amortisasi + Depresiasi
Demikianlah penjelasan mengenai apa itu EBITDA, apa saja elemen pembentuknya, apa saja fungsinya, dan bagaimana cara menghitungnya. Informasi ini mungkin dianggap penting bagi sebagian investor, tapi dianggap tidak terlalu akurat bagi investor yang lain.
Namun, kamu yang baru terjun ke dunia investasi mungkin bisa menjadikan informasi ini sebagai tambahan pengetahuan tentang indikator keuangan yang bisa dipakai dalam melihat performa suatu perusahaan.
Jika kamu merasa belum dapat menggunakan berbagai indikator untuk menganalisis kinerja suatu perusahaan, maka kamu bisa memanfaatkan aplikasi investasi BMoney untuk memperoleh informasi tentang saham-saham berdasarkan kinerja perusahaan yang layak dikoleksi.
Dengan menggunakan aplikasi ini, kamu tidak hanya dapat berinvestasi di instrumen yang tepat, tapi juga bisa memilih instrumen yang sesuai dengan profil risiko dan tingkat keuntungan yang ingin diperoleh. Bahkan, kamu juga bisa mulai berinvestasi dengan dana sebesar Rp10 ribu saja. Penasaran mau mencoba aplikasi yang satu ini? Langsung saja download aplikasinya melalui App Store atau Play Store!