Sisa satu bulan menjelang Pilpres, pertanyaan mengenai saham yang cenderung naik sebelum perhelatan politik ini mungkin telah muncul dalam pikiran Anda. Oleh karena itu, kita akan menjelajahi saham-saham anggota indeks LQ45 yang dikenal dengan likuiditas yang baik dan kapitalisasi besar.
Baca juga: Cara Menabung Uang Jajan Rp5 Ribu untuk Cepat Capai Tujuan
Perlu dicatat bahwa saham-saham LQ45 yang diperhitungkan adalah yang terdaftar secara efektif dalam indeks tersebut dari Agustus 2023 hingga Januari 2024.
Untuk melacak pergerakan harga saham, kami menggunakan data acuan sebagai berikut:
- Pilpres Juli 2009: data harga saham pada Juni 2009
- Pilpres Juli 2014: data harga saham pada Juni 2014
- Pilpres April 2019: data harga saham pada Maret 2019
Daftar Saham LQ45 yang Kerap Naik Saat Pemilu
Berdasarkan metode ini, berikut adalah daftar saham-saham LQ45 yang menunjukkan konsistensi dalam kenaikan harga menjelang Pilpres, dengan tingkat probabilitas 100%.
PT Kalbe Farma Tbk (KLBF)
PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), perusahaan farmasi, menunjukkan kecenderungan kenaikan harga sebesar 8.08 poin secara rata-rata sebulan sebelum Pilpres. Kenaikan tertinggi tercatat pada Juni 2009, mencapai 14.77 poin, sedangkan yang terendah terjadi pada Maret 2019 sebesar 1.67 poin. Dalam satu minggu terakhir, harga saham KLBF naik 0,31% ke level 1595. Secara teknikal, KLBF masih berpotensi mengalami pergerakan sideways di kisaran harga 1555-1700 dalam jangka pendek.
Baca juga: Arti Current dalam Investasi Saham
PT Astra International Tbk (ASII)
PT Astra International Tbk (ASII), perusahaan konglomerasi, menunjukkan rata-rata kenaikan sebesar 6.57 poin menjelang Pilpres. Kenaikan tertinggi terjadi pada Juni 2009 sebesar 14.42 poin, sementara yang terendah terjadi pada Maret 2019 sebesar 2.45 poin. Dalam satu minggu terakhir, ASII mengalami penurunan sebesar 1,75% ke level harga 5600. Secara teknikal, ASII sedang dalam tren sideways di kisaran harga 5400-5775 dalam jangka pendek setelah mengalami tren turun.
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), perusahaan barang konsumsi, menempati urutan ketiga dengan rata-rata kenaikan sebesar 6.49 poin. Kenaikan tertinggi terjadi pada Juni 2009 sebesar 17.83 poin, sedangkan yang terendah pada Juni 2014 sebesar 0.52 poin. Harga saham UNVR turun 2,27% dalam satu minggu terakhir ke level 3440. Secara teknikal, UNVR masih rentan terhadap pergerakan sideways di kisaran harga 3400-3650 dalam jangka pendek.
Baca juga: 1 Lot Berapa Lembar Saham? Berikut Penjelasan dan Cara Menghitungnya
PT Semen Indonesia Tbk (SMGR)
PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), perusahaan semen, menunjukkan rata-rata kenaikan sebesar 5.82 poin. Kenaikan harga saham SMGR tertinggi terjadi pada Maret 2019 sebesar 10.27 poin, sementara yang terendah pada Juni 2014 sebesar 2.38 poin. Dalam satu minggu terakhir, harga saham SMGR turun 1,93% ke level 6350. Secara teknikal, SMGR masih berpotensi mengalami pergerakan sideways di kisaran harga 6050-6700 dalam jangka pendek.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menunjukkan rata-rata kenaikan sebesar 3.03 poin selama periode Pilpres 2009, 2014, dan 2019. Kenaikan harga saham BBRI paling besar terjadi pada Maret 2019 sebesar 7.00 poin, sedangkan yang terendah pada Juni 2009 sebesar 0.82 poin. Saham BBRI naik 1,75% dalam satu minggu terakhir ke level 5800. Secara teknikal, BBRI masih dalam tren naik yang cukup solid dan berpotensi menguji area resistance di sekitar 6000.
Baca juga: Arti Bid dan Ask dalam Investasi Saham
PT Bukit Asam Tbk (PTBA)
PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menunjukkan rata-rata kenaikan sebesar 2.96 poin sebulan sebelum Pilpres. Saham PTBA mengalami kenaikan tertinggi pada Maret 2019 sebesar 5.33 poin, sementara yang terendah terjadi pada Juni 2019 sebesar 0.23 poin. Dalam satu minggu terakhir, harga saham PTBA turun 0,75% ke level 2630. Secara teknikal, PTBA telah mencapai target pattern double bottom di kisaran harga 2660 dan saat ini bergerak sideways dalam jangka pendek.
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menunjukkan rata-rata kenaikan sebesar 2.38 poin. Kenaikan tertinggi terjadi pada Juni 2009 sebesar 4.44 poin, sedangkan yang terendah terjadi pada Maret 2019 sebesar 0.63 poin. Dalam satu minggu terakhir, harga saham BBCA naik 1,58% ke level 9600. Secara teknikal, BBCA masih dalam tren naik yang solid dan saat ini menguji area resistance di sekitar 9650, dengan potensi pergerakan sideways dalam jangka pendek.
Baca juga: 8 Daftar Saham Nikel di Bursa Efek Indonesia Tahun 2023
Perlu diingat bahwa meskipun saham-saham ini menunjukkan kecenderungan kenaikan sebelum Pilpres dengan probabilitas 100%, pergerakan harga di masa lalu tidak menjamin akan terulang di masa depan.
Setelah mengetahui prospek saham diatas, apakah kamu tertarik untuk membeli saham tersebut? Jika iya, maka kamu perlu membeli di tempat yang tepat. Salah satunya adalah melalui aplikasi andal dan tepercaya BMoney.
Kamu juga bisa menyesuaikan pembelian saham dan reksa dana dengan dana yang kamu miliki karena berinvestasi di BMoney bisa dimulai dengan modal mulai dari Rp10 ribu saja. Bagaimana, tertarik untuk menggunakannya? Yuk, download aplikasinya sekarang juga melalui App Store atau Play Store!
Baca juga: Cara Menggunakan RTI Business, Kelebihan, dan Fungsinya
Disclaimer: Kinerja masa lalu tidak mencerminkan proyeksi kinerja yang akan datang. Calon pemodal wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana. Investasi reksa dana mengandung risiko, pelajari sebelum berinvestasi.